BAB I
PENDAHULUAN
Kepala sekolah mempunyai dua peran utama, pertama sebagai pemimpin institusi bagi para guru, dan kedua memberikan pimpinan dalam manajemen.
Pembaharuan pendidikan melalui manajemen berbasis sekolah (MBS) dan komite sekolah yang diperkenalkan sebagai bagian dari desentralisasi memberikan kepada kepala sekolah kesempatan yang lebih besar untuk menerapkan dengan lebih mantap berbagai fungsi dari kedua peran tsb
Beberapa kepala sekolah yang lebih berani, berada dalam tahap di mana mereka dan beberapa guru-gurunya dapat mengembangkan inovasi mereka sendiri, sehingga menyebabkan guru dari sekolah lain beramai-ramai mengunjungi sekolah tsb dalam usaha mereka mencari gagasan gagasan baru. Kepala sekolah yang lebih progresif ini juga menggunakan berbagai strategi yang juga merupakan suatu inovasi untuk mendorong agar guru berinovasi, dan menularkan inovasi mereka ke guru lain di sekolah tsb.
Banyak kepala sekolah menyesuaikan kinerjanya agar memenuhi situasi baru di sekolah dan di masyarakat, dan menerapkan perubahan-perubahan. Mereka menyadari bahwa mereka harus lebih menjadi kolega dari pada atasan dari para guru dan bekerjasama lebih erat dengan para guru dan masyarakat dalam menangani permasalah-permasalah pendidikan.
Kerjasama penanganan masalah ini termasuk tugas pengelolaan penting, seperti: supervisi kelas untuk mendorong dan mendukung pelaksanaan PAKEM, memimpin pertemuan informal dengan para guru, untuk menstimulasi, berdiskusi dan berbagi pengalaman mengenai inovasi, menghargai dan mendukung hasil kerja dari komite sekolah untuk sekolah
Beberapa perubahan kinerja kepala sekolah yang dilaporkan termasuk: (i) manajemen terbuka-menjadi transparan, akuntabel, dan melibatkan banyak pihak dalam perencanaan, keuangan dan pengembangan program sekolah bersama sama dengan para guru dan masyarakat; (ii) menciptakan dan mengelola suasana belajar yang ramah dan positif di sekolah; (iii) terbuka dan mendukung inovasi.
Di lain pihak, kepala sekolah lebih enggan dalam hal-hal lain, seperti mendelegasikan tanggung jawab pelaksanaan program sekolah kepada yang lain, mengunjungi dan memonitor guru kelas, atau memimpin rapat formal dengan komite dan orang tua murid lebih sering dari kebiasaan selama ini, yakni sebulan sekali, atau satu semester sekali.
Sebagai simpulan, kepala sekolah nampak lebih nyaman melakukan peran pimpinan manajemen dari pada pimpinan pembelajaran. Beberapa kepala sekolah mempunyai persepsi mereka sendiri mengenai perannya lebih terfokus pada pimpinan institusi dan menganggap bahwa "mengajar adalah urusan guru".
BAB II
KEPALA SEKOLAH SEBAGAI PIMPINAN SEKOLAH
Sebagaimana diketahui bahwa pendidikan tidak hanya ditunjang oleh satu komponen saja melainkan beberapa komponen yang saling mendukung satu dengan lainnya seperti misalnya kurikulum, pendidik, instansi terkait, fasilitas dan sebagainya. Salah satu komponen pentingnya adalah kepala sekolah. Sebagai pimpinan dalam satuan unit terkecil di pendidikan, kepala sekolah memiliki peran penting dan vital dalam tugasnya. Kepala sekolah tidak hanya sebagai pemimpin, tetapi juga dituntut juga untuk membina guru dalam lingkungan sekolahnya, melaksanakan manajemen sekolah, berperan ganda sebagai pendidik dan tugas-tugas lainnya. Untuk itu diperlukan sosok kepala sekolah yang memiliki kemampuan kepemimpinan, wawasan luas, terampil dan kompeten dalam menjalankan tugasnya.
Kualitas siswa lulusan suatu sekolah ditentukan oleh mutu proses pengajaran maupun pengelolaan sekolah secara keseluruhan. Karena itu, peranan dan kemampuan Kepala Sekolah sebagai pimpinan dan penanggung jawab pengelolaan sekolah sangat menentukan dalam menghasilkan kualitas sekolah. Demikian pula tidak kalah penting, peran guru, baik sebagai pengajar sekaligus sebagai pembimbing anak didik memiliki pengaruh besar dalam menghasilkan mutu sekolah yang akan menentukan kemampuan dalam kehidupan selanjutnya.
A. Kualitas Pemimpin Pendidikan
Setiap jabatan menggambarkan status yang diemban pemegangnya. Status itu, pada gilirannya, menunjukkan peran yang harus dilakukan pejabatnya. Peran utama yang harus diemban oleh kepala sekolah yang membedakannya dari jabatan-jabatan kepala lainnya adalah peran sebagai pemimpin pendidikan. Kepemimpinan pendidikan mengacu pada kualitas tertentu yang harus dimiliki kepala sekolah untuk dapat mengemban tanggung jawabnya secara berhasil. Apa saja kualitas itu? Pertama, kepala sekolah harus tahu persis apa yang ingin dicapainya (visi) dan bagaimana mencapainya (misi). Kedua, kepala sekolah harus memiliki sejumlah kompetensi untuk melaksanakan misi guna mewujudkan visi itu. Dan ketiga, kepala sekolah harus memiliki karakter tertentu yang menunjukkan integritasnya.
Selain itu kepala sekolah juga mesti memiliki kompetensi. Kompetensi adalah kemampuan atau kecakapan yang diperlihatkan seseorang ketika melakukan sesuatu. Agar berhasil, kepala sekolah harus memiliki kompetensi yang disyaratkan untuk dapat mengemban tanggung jawabnya dengan baik dan benar. Apa saja kompetensi yang harus dimiliki kepala sekolah? Setidaknya ada kesepakatan bahwa kepala sekolah perlu memiliki sejumlah kompetensi berikut
1. Memfasilitasi pengembangan, penyebarluasan, dan pelaksanaan visi pembelajaran yang dikomunikasikan dengan baik dan didukung oleh komunitas sekolah.
2. Membantu, membina, dan mempertahankan lingkungan sekolah dan program pengajaran yang kondusif bagi proses belajar peserta didik dan pertumbuhan profesional para guru dan staf.
3. Menjamin bahwa manajemen organisasi dan pengoperasian sumber daya sekolah digunakan untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman, sehat, efisien, dan efektif.
4. Bekerja sama dengan orang tua murid dan anggota masyarakat, menanggapi kepentingan dan kebutuhan komunitas yang beragam, dan memobilisasi sumber daya masyarakat.
5. Memberi contoh (teladan) tindakan berintegritas.
6. Memahami, menanggapi, dan mempengaruhi lingkungan politik, sosial, ekonomi, dan budaya yang lebih luas.
B. Peran Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin
Sekolah sebagai organisasi membutuhkan pimpinan, tanpa didukung oleh pimpinan yang layak dan berkualitas, sekolah akan mengalami banyak hambatan dalam mencapai tujuannya. Kepala sekolah sebagai pimpinan jelas bukan penguasa yang hanya memerintah guru untuk bekerja. Kepala sekolah merupakan sosok yang mampu memberi dorongan, dukungan dan arahan kepada guru untuk melaksanakan fungsinya secara optimal.
Dalam teori kepemimpinan, terdapat enam sifat yang membedakan pemimpin dengan bukan pemimpin di antaranya adalah :
1. Semangat dan ambisi
2. Keinginan untuk memimpin dan mempengaruhi orang lain
3. Kejujuran dan integritas
4. Percaya diri
5. Pintar
6. Menguasai pengetahuan teknis yang berhubungan dengan area tanggung jawab
mereka
Mengacu pada teori kepemimpinan tersebut, kepala sekolah dengan segala otoritas yang dimiliki mulai membangun semangat dan ambisi kerja guru agar berkembang ke arah yang lebih positif. Ambisi guru sebagai agen pembaharu perlu dibangun dan ditingkatkan secara berencana dan berjenjang.
Membangun semangat dan ambisi kerja, dilakukan dengan memadukan pendekatan kekeluargaan dan profesionalisme kerja. Konsep tersebut diawali dengan membuka komunikasi dengan seluruh guru, berbagai saran dan keluhan disampaikan secara tertulis atau lisan, dan dapat pula disampaikan di luar lingkungan sekolah maupun di dalam lingkungan sekolah. Langkah ini dimaksudkan untuk memetakan seluruh harapan dan keinginan serta hambatan yang dialami guru dalam melaksanakan tugas.
Dalam hal ini kepala sekolah sebagai pimpinan, harus mampu mengelola dan mengendalikan emosi. Karena akan banyak informasi yang kurang mendukung atau informasi yang dapat menyakitkan hati sebagai seorang pimpinan. Hal yang perlu dimiliki adalah memaksimalkan fungsi telinga dalam mereka seluruh informasi yang ada baik positif maupun negative.
Dengan terangkumnya seluruh informasi yang ada, akan lebih mudah disusun rumusan riil, guna merealisasikan harapan dan tujuan sekolah. Rumusan dan kebijakan sekolah dilakukan dengan menganalisis bersama antara kepala sekolah dan guru berdasarkan informasi lisan dan tertulis yang telah disampaikan oleh guru sebelum rapat berlangsung.
Untuk tidak menimbulkan kondisi pro kontra yang dapat mengarah pada suasana yang tidak nyaman, perlu dibangun sistem yang lebih demokratis, hak masing-masing anggota rapat perlu dihormati dengan dijaga secara baik. Rumusan diperolah dan disusun dengan mengedepankan konsep kebersamaan dan kerjasama team.
C. Keterbukaan Dalam Menyusun Kebijakan
Keterbukaan dalam pengambilan keputusan dan penyusunan kebijakan sekolah diharapkan mampu membangun rasa saling menghormati dan sikap saling mempercayai antara guru dan kepala sekolah dan guru dengan guru. Yang pada akhirnya akan berkembang menjadi sebuah kekuatan dan usaha bersama dalam meningkatkan kinerja individu dan kinerja sekolah.
Paradigma baru pendidikan memberikan kewenangan luas kepada kepala sekolah dalam mengembangkan berbagai potensinya dalam melaksanakan fungsi manajerialnya agar dapat mencapai tujuan sesuai visi dan misi sekolah.
Kepala sekolah tidak lagi terlalu menghambakan diri pada kebijakan atasan, namun ia harus mampu menyusun perencanaan sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik sekolah. Kemampuan memandang jauh ke depan dan kecakapan menyusun strategi besar dalam meraih visi merupakan sebuah kebutuhan mendasar yang harus dilakukan kepala sekolah untuk dapat mengembangkan institusi sekolah yang dimpimpinnya.
Dengan berpedoman pada teori tersebut, kepala sekolah berusaha membangun visi sesuai dengan kondisi sekolah, kesesuaian tersebut sangat dibutuhkan agar masyarakat sekolah tidak terlalu jauh untuk melangkah guna meraih dan merealisasikan visi. Searahnya visi dan misi sekolah dengan kenyataan yang ada ternyata mampu memberi rasa percaya diri bagi masyarakat sekolah, baik orang tua, siswa dan guru.
Yang selanjutnya secara bersama-sama ketiga komponen tersebut membentuk sebuah kesatuan besar yang saling membantu, sehingga setiap kegiatan sekolah dapat berjalan dengan baik. Proses pembelajaran yang pada awalnya berjalan tersendat Karena kurangnya tanggung jawab guru dapat diminimalisir demikian pula dengan hambatan belajar yang dialami siswa mulai dapat diatasi dengan baik.
D. Kepala Sekolah Sebagai Pimpinan Managemen Sekolah
James Stoner dikutip dari Ketonegoro menyatakan bahwa tugas manejer adalah :
1. Bertanggung jawab atas tindakan sendiri dan tindakan bawahan
2. Menyelaraskan tujuan yang saling bersaingan dengan memberikan prioritas sesuai waktu, sumber daya dan kemampuan karyawan
3. Memikir secara konseptual, mampu melihat seluruh tugas secara abstrak, memikir secara analitis, dan memperoleh pemecahan atas masalah konkrit
4. Bekerja dengan dan melalui orang lain, bawahan, atasan, sejawat, dan melakukan komunikasi untuk bertukar informasi
5. Bertindak secara mediator, arbitrator, dan hakim untuk menyelesaikan perselisihan dan ketidak cocokan antar karyawan
6. Sebagai politisi membentuk aliansi, koalisi dan saling tanggung jawab serta menggunakan persuasi untuk kompromi
7. Sebagai diplomat, mewakili unit kerjanya atau organisasinya secara keseluruhan dalam negoisiasi
8. Membuat keputusan yang sulit, meskipun keputusan itu tidak popular
Searah dengan pernyataan tersebut, kepala sekolah perlu mengoptimalkan fungsi mata untuk melihat seluruh kondisi masa kini dan harapan masa depan sekolah. Sesuai keterbatasan yang dimiliki, kepala sekolah juga perlu mengoptimalkan fungsi mata dari seluruh komponen sekolah. Kerjasama seluruh kekuatan yang ada akan mampu melihat seluruh kebutuhan yang ada. Baik kebutuhan sekolah secara umum, kebutuhan siswa sebagai peserta didik, kebutuhan guru sebagai team kerja dan kebutuhan guru sebagai individu.
Kepala sekolah harus memendam kepentingan pribadi, karena ia harus mampu melihat kebutuhan sekolah secara menyeluruh. Sukses kepala sekolah sebagai pimpinan, jelas merupakan sukses guru dalam merealisasikan konsep dan operasional sekolah. Setiap individu guru perlu diberi haknya untuk maju, difasilitasi setiap kondisi yang ada agar potensi yang ada dapat berkembang secara optimal.
Dalam konteks ini fungsi mata dari seorang pemimpin sangat berperan guna membangun organisasi sekolah yang sesuai dengan harapan dan keinginan dari seluruh pihak. Konsep kebersamaan dan tenggang rasa dan tidak mementingkan pribadi sendiri merupakan tonggak utama dalam membangun organisasi sekolah yang profesional.
Wahjosumidjo menyatakan kepemimpinan sebagai suatu proses yang menyangkut beberapa hal diantaranya :
1. Keterlibatan orang lain atau sekelompok orang (follower, subordinates) dalam kegiatan mencapai tujuan.
2. Adanya faktor tertentu yang ada pada pemimpin sehingga orang lain bersedia digerakkan dan dipengaruhi untuk berbuat mencapai tujuan.
3. Adanya usaha bersama serta pengerahan berbagai sumber .
Optimalnya peran kepala sekolah sebagai pimpinan terletak pada kuat atau rendahnya dukungan guru terhadap kepemimpinan yang dilakukan. Semakin sesuai langkah yang dilakukan kepala sekolah dengan harapan guru akan semakin kuat keberadaan kepala sekolah dalam lingkungan sekolah.
Kepala sekolah yang dihormati oleh guru sebagai follower akan lebih mudah menggerakkan guru untuk bekerja optimal dalam mencapai tujuan. Usaha menggerakkan guru sebagai bawahan untuk melaksanakan kebijakan yang ada hanya mungkin dilakukan dengan dukungan fungsi hati dari seorang pemimpin.
Kepala sekolah sebagai pimpinan perlu bertindak bijak, dan penuh pengertian dengan guru, pekerjaan dan tugas yang dibebankan kepada guru harus didasarkan oleh perhitungan yang baik, dengan mensejajarkan antara tingkat kesulitan kerja dengan kemampuan guru. Selanjutnya kepala sekolah harus memiliki perhatian terhadap keberadaan guru. Hal ini dimaksudkan agar guru tidak merasa dirinya tertekan dengan kondisi kerja yang ada.
Sikap hormat menghormati antar pimpinan dan bawahan perlu dikelola secara bijak, hal ini merupakan sebuah bentuk tenaga yang mampu membangun fungsi hati dari seorang pimpinan dalam membangun organisasi sekolah yang terampil dalam mengelola sumber daya yang dimiliki.
Dengan mengembangkan ketiga komponen tersebut, guru sebagai bawahan merasa dirinya menjadi bagian dari keberhasilan sekolah. Yang selanjutnya dari sikap tersebut tumbuh sebuah sikap hormat dan patuh terhadap pimpinan. Harapan kepala sekolah untuk dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran dapat terwujud karena seluruh komponen yang ada dapat dengan rela melaksanakan tugas sesuai pembagian kerja.
Pada sisi lain, kepala sekolah tidak hanya bekerja sendiri namun bekerja secara team yang saling isi mengisi, saling melengkapi, keberadaan kepala sekolah bukan sebagai penguasa yang perlu dilayani, namun kehadiran kepala sekolah lebih sebagai pengarah dan penyusun strategi kerja yang lebih professional, lebih terarah. Dengan membangun kepemimpinan yang menedepankan fungsi mata, hati dan telinga seperti yang disebutkan diatas, fungsi manajemen dapat berlangsung lebih efektif.
Secara umum fungsi manajemen seorang pimpinan diantaranya adalah :
1. Perencanaan, yaitu memikirkan terlebih dahulu kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan, termasuk menetapkan tujuan dan program untuk mencapainya, pemilihan kegiatan harus dipikirkan secara baik, dengan mempertimbangkan faktor pendukung dan faktor penghalang, keduanya secara langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi operasional organisasi
2. Pengorganisasian, yaitu mengkoordininasikan berbagai sumber daya termasuk menyusun struktur dan pembagian tugas kerja untuk melaksanakan program, dalam konteks ini manajer atau pimpinan perlu memikirkan dan memiliki data yang akurat dari pegawainya, sehingga penetapan kebijakan tepat sasaran
3. Pengarahan, yaitu mengarahkan dan memotivasi anggota organisasi agar dapat melaksanakan tugas dengan baik dalam mencapai tujuan organisasi, langkah ini harus dilakukan secara berkesinambungan dan bersifat mendidik, tidak mendikte dan memaksakan kehendak pada bawahan.
4. Pengawasan, kegiatan pengawasan dibutuhkan sebagai sarana untuk menjamin agar organisasi bergerak menuju tujuan, termasuk pengendalian kegiatan agar sesuai dengan rencana dan melakukan koreksi sesuai keperluan.
E. Sekolah sebagai Organisasi
Sekolah sebagai sebuah organisasi melibatkan begitu banyak individu yang memiliki kecenderungan yang berbeda satu sama lain. Baik dari latar belakang social, pendidikan bahkan sebagai individu yang memiliki kepribadian yang juga berbeda satu sama lain. Masing – masing individu itu saling bekerja sama satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan yang sama dari organisasi yang menaunginya.
Bukan hal mudah bagi seorang pemimpin organisasi untuk membangun kerja sama yang harmonis dalam organisasi yang menjadi tanggung jawabnya. Pemimpin organisasi yang dalam hal ini diperankan oleh kepala sekolah harus mampu mengelola organisasi dengan baik lebih – lebih pada aspek pengelolaan personalia sebagai sumber daya manusia yang menjadi motor penggerak suatu organisasi.
Pengelolaan personalia ini dimanifestasikan pada job description yang jelas untuk menghindari terjadinya job overlapping. Pengelolaan personalia ini dimulai sejak tahap rencana pengadaan pegawai, penempatan, penyesuaian diri, evaluasi, perbaikan, kompensasi pegawai sampai pemberhentian pegawai. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan profil pegawai yang benar - benar memiliki kualifikasi dari segi keahlian, kecakapan, motivasi, dan kreatifitas yang maksimal.
Maka, pada akhirnya orang yang paling menentukan keberhasilan suatu sekolah adalah kepala sekolah. Dibutuhkan konsentrasi kepemimpinan dalam arti kesungguhan dalam mencapai tujuan organisasi dengan cara : memelihara para anggotanya, berinisiatif dan berkreatifitas dalam menjalankan tugas – tugasnya sehingga terjadi hubungan proses administrative dan akan saling mengaitkan proses administrasi yang pada akhirnya akan tercipta keserasian antara tujuan organisasi dan usaha – usaha individu.
BAB III
KESIMPULAN
Kualitas siswa lulusan suatu sekolah ditentukan oleh mutu proses pengajaran maupun pengelolaan sekolah secara keseluruhan. Karena itu, peranan dan kemampuan Kepala Sekolah sebagai pimpinan dan penanggung jawab pengelolaan sekolah sangat menentukan dalam menghasilkan kualitas sekolah.
Sekolah sebagai organisasi membutuhkan pimpinan, tanpa didukung oleh pimpinan yang layak dan berkualitas, sekolah akan mengalami banyak hambatan dalam mencapai tujuannya. Kepala sekolah sebagai pimpinan jelas bukan penguasa yang hanya memerintah guru untuk bekerja. Kepala sekolah merupakan sosok yang mampu memberi dorongan, dukungan dan arahan kepada guru untuk melaksanakan fungsinya secara optimal.
Sekolah sebagai sebuah organisasi melibatkan begitu banyak individu yang memiliki kecenderungan yang berbeda satu sama lain. Baik dari latar belakang social, pendidikan bahkan sebagai individu yang memiliki kepribadian yang juga berbeda satu sama lain. Masing – masing individu itu saling bekerja sama satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan yang sama dari organisasi yang menaunginya
Secara garis besar dari makalah di atas, dapat kami simpulkan bahwa Kepala Sekolah selaku pimpinan mempunyai tugas :
o 1. Menyusun perencanaa
o 2. Mengiorganisasikan kegiatan
o 3. Mengarahkan kegiatan
o 4. Mengkoordinasikan kegiatan
o 5. Melaksanakan pengawasan
o 6. Melakukan evaluasi terhadap kegiatan
o 7. Menentukan kebijaksanaan
o 8. Mengadakan rapat
o 9. Mengambil keputusan
o 10. Mengatur proses belajar mengajar
o 11. Mengatur administrasi : kantor, siswa, pegawai, perlengkapan dan keuangan (RAPBS)
o 12. Mengatur Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS)
o 13. Mengatur hubungan sekolah dengan masyarakat, perguruan tinggi dan dunia usaha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar