BAB I
PENDAHULUAN
Tahun pertama atau lebih spesifik lagi dalam bulan-bulan awal sejak handphone mulai dipasarkan, bisa menjadi hari-hari panjang penuh kekhawatiran dan ketidaksabaran. Khawatir kalau-kalau usaha penjualan tidak jalan, tidak didatangi calon pelanggan, tidak ada pemasukan yang diharapkan. Tidak sabar ketika usahanya tersendat-sendat, tak kunjung ramai pembeli, bertanya-tanya dalam hati kapan keuntungan mulai datang. Pendeknya, menjadi hari-hari penuh keprihatinan. Sementara hasil usaha pemasaran handphone belum banyak memberikan keuntungan, tetapi biaya-biaya rutin bulanan tetap harus dikeluarkan.
Biaya awal untuk menutup biaya operasional itulah yang saya maksud dengan modal kerja operasional yang harus kita sediakan dulu, sampai pada gilirannya nanti keuntungan dari penjualan mampu mengambilalih menutupnya. Jangan sampai terjadi, baru membuka satu bidang usaha sudah uring-uringan, nggrundel, wong belum ada untung kok sudah mbayar ini-itu. Jadi, harus benar-benar dipahami bahwa ada atau tidak ada keuntungan, maka biaya modal kerja operasional, biaya promosi dan biaya lainnya tetap harus dikeluarkan. Agar tidak terus terus-terusan mengeluarkan biaya awal ini, maka satu-satunya cara hanyalah berusaha agar usahanya segera menggapai keuntungan.
Biar tidak terlampau kaget, maka pada saat menyusun business plan hendaknya semua biaya operasi sudah diidentifikasi. Biaya-biaya apa sajakah gerangan yang perlu dibayar setiap bulan? Konkritnya, konsentrasikan saja pada biaya-biaya yang nyata. Menilik pada saat awal berdirinya “Toko Buku Alhasby.” hanyalah toko kecil yang belum terlampau memerlukan analisa keuangan yang rumit bin njlimet, maka saya menyederhanakan biaya overhead dan mengabaikan depresiasi serta nilai sisa (salvage value), dan cukup semuanya saya bungkus ke dalam kelompok biaya lain-lain saja. Gampang-gampangan wae……, tapi tidak berarti menggampangkan.
BAB II
PROMOSI UNTUK MERAIH KEUNTUNGAN
Biaya promosi. Biaya ini saya kaitkan dengan biaya sumbangan sosial. Bukan berarti kalau kita nyumbang lalu dibebani promosi, melainkan kalau kita berpromosi bisa melalui pemberian sumbangan. Ada bedanya, lho…..! Kalaupun tidak dikait-kaitkan juga tidak jadi masalah. Anggaran biaya untuk promosi saya asumsikan sekitar 10 % dari total pemasukan kotor atau omset penjualan. Mempertimbangkan bahwa “NOKOI” masih tergolong kelas teri dalam bisnis Handphone, maka 10 % adalah angka yang cukup moderat untuk usaha yang masih muntup-muntup ini. Seiring perkembangan usaha angka ini dapat ditingkatkan. Pada tahap permulaan, jumlah yang lebih besar dapat dialokasikan tersendiri sebagai modal awal promosi untuk grand-opening.. Melakukan studi kelayakan kecil-kecilan dan sederhana untuk program pengiklanan juga akan membantu sampai setinggi apa persentase biaya promosi perlu dipatok atau dikeluarkan pada waktu-waktu tertentu.
Kita misalkan bahwa Handphone “NOKOI” Pada awal peluncurannya menawarkan 10 macam type Handphone anyar.
1. N-641 6. CC-7
2. N-645 7. KQ-2
3. N-6464 8. KQ-4
4. CC-2 9. S-008
5. CC-6 10. S-0809
DANA UNTUK PROMOSI HANDPHONE
NO TYPE HARGA JUAL MODAL LABA KOTOR UNIT BRUTO 10 % UNTUK PROMOSI
1 N-641 Rp 800.000 Rp 400.000 Rp 400.000 1000 unit Rp 400.000.000 Rp 40.000.000
2 N-645 Rp 900.000 Rp 450.000 Rp 450.000 1000 unit Rp 450.000.000 Rp 45.000.000
3 N-6464 Rp 1.200.000 Rp 700.000 Rp 500.000 1000 unit Rp 500.000.000 Rp 50.000.000
4 CC-2 Rp 900.000 Rp 450.000 Rp 450.000 1000 unit Rp 450.000.000 Rp 45.000.000
5 CC-6 Rp 1.500.000 Rp 780.000 Rp 720.000 800 unit Rp 576.000.000 Rp 57.600.000
6 CC-7 Rp 2.000.000 Rp 1.000.000 Rp 1.000.000 700 unit Rp 700.000.000 Rp 70.000.000
7 KQ-2 Rp 1.800.000 Rp 900.000 Rp 900.000 700 unit Rp 630.000.000 Rp 63.000.000
8 KQ-4 Rp 2.200.000 Rp 1.100.000 Rp 1.100.000 1000 unit Rp 1.100.000.000 Rp 110.000.000
9 S-008 Rp 2.500.000 Rp 1.300.000 Rp 1.200.000 800 unit Rp 960.000.000 Rp 96.000.000
10 S-0809 Rp 2.700.000 Rp 1.400.000 Rp 1.300.000 800 unit Rp 1.040.000.000 Rp 104.000.000
Jumlah Dana Yanmg tersedia Rp 680.600.000
Setelah saya mendapati bahwa dana yang tersedia untuk biaya promosi adalah
Rp 640.600.000 maka yang harus dilakukan adalah mengalokasikan dana tersebut pada tempatnya. Selanjutnya untuk promosi Handphone “NOKOI” maka akan saya bagi menjadi 5 klasifikasi
1. Televisi nasional
2. Koran Nasional
3. Radio FM
4. Spanduk/Poster
5. Selebaran
Selanjutnya adalah membagi dana yang tersedia dengan langsung melihat pangsa pasar yang ada, apakah kemungkinan yang akan diraih ? berapa banya pelanggan baru yang akan di dapat ? dan sebagainya.
Untuk itu disini saya akan berusaha untuk menguraikannya satu persatu. Yang pertam saya akan menguraikan tentang sarana promosi dan peluangnya untuk dilihat khalayak ramai, biaya yang akan dikeluarkan dan target pelanggan baru. (lihat table sebelah) dan yang kedua adalah memperkirakan double target.
TAKSASI DANA UNTUK PROMOSI
NO SARANA PROMOSI PANGSA PASAR JUMLAH REKANAN BIAYA PER VIEW JUMLAH VIEW TOTAL BIAYA TARGET PASAR
1 Televisi nasional ± 150.000.000 orang 3 Stasiun Televisi Rp 7.000.000 30 Rp 210.000.000 1 %
2 Koran nasional ± 50.000.000 orang 10 Koran Nasional Rp 800.000 150 Rp 120.000.000 1 %
3 Radio ± 75.000.000 orang 5 Siaran Radio FM Rp 100.000 500 Rp 50.000.000 0,5 %
4 Spanduk/Poster ± 50.000.000 orang 5 Provinsi Utama Rp 3.500.000 100 Rp 150.000.000 0,5 %
5 Selebaran -------------- 5 Provinsi Utama Rp 1000/lbr 30.000 Rp 30.000.000 ----------
JUMLAH BIAYA YANG DIKELUARKAN Rp. 560.000.000
Dari table diatas secara kasar promosi ini akan meraih pangsa pasar sekitar
NO SARANA PROMOSI PANGSA PASAR TARGET HASIL
1 Televisi nasional ± 150.000.000 orang 1 %
1.500.000 pelanggan
2 Koran nasional ± 50.000.000 orang 1 % 500.000 pelanggan
3 Radio ± 75.000.000 orang 0,5 % 375.000 pelanggan
4 Spanduk/Poster ± 50.000.000 orang 0,5 % 250.000 pelanggan
5 Selebaran -------------- ---------- -------
JUMLAH TARGET PELANGGAN BARU
2.625.000 pelanggan
Tapi ini masih hitungan secara kasar dan belum melihat double target seperti yang saya kata tuliskan tadi. Double target adalah satu orang calon pelanggan baru yang mungkin saja melihat dan mendengar dua sarana promosi atau lebih.
Untuk itu secara halus dan memperkirakan peluang pasar yang ada, saya akan membagi jumlah target pelanggan baru dengan sarana yang dilakukan
Itulah jumlah target pasar yang saya canangkan, tampaknya memang sedikit dari jumlah masyarakat Indonesia, tapi bila dibandingkan dengan jumlah produk perdana yang hanya berjumlah 8.800 unit, ini merupakan peningkatan yang sangat signifikan.
Dan khusus untuk sisa dana yang berjumlah Rp 80.600.000 ini dapat dipergunakan untuk gaji karyawan di bidang promosi ini, dan biaya tidak terduga yang memang dari awal belum diperhitungkan.
KESIMPULAN
Promosi adalah satu hal mutlak yang harus dilakukan suatu bidang usaha untuk meningkatkan penjualan dari barang yang ditawarkannya ke pasar. Untuk itu kita mesti memahami bahwa promosi adalah hal yang sangat menguntungkan di hari yang akan dating setelah proses promosi. Ibarat sebuah tabungan, itulah promosi.
Jadi untuk itu kita tidak perlu mempermasalahkan berapa dana yang keluar, akan tetapi lihat hasil yang diraih nantinya dan jangan lupa untuk menggunakan dana seefisien mungkin,.
Maka berpromosilah untuk meraih kesuksesan yang lebih baik….!!!
26 Juli 2008
24 Juli 2008
Sentence
BAB I
PENDAHULUAN
Bahasa memiliki sistem tata bahasa. Dalam tata bahasa ada lima hierarki satuan bahasa.
1. Kalimat. (Sentence)
Kalimat sederhana (simple sentence) terdiri dari beberapa kata yang digabungkan dan mempunyai kaitan antara satu kata dengan kata lainnya dan terdiri dari Subjek dan Predikat (dalam bahasa Inggris ada Subyek and 'Verb'):
Contoh: Nina telah menyelesaikan pekerjaannya.
contoh in English : She has finished her work.
2. Klausa. (Clause)
Terdiri dari beberapa kata yang mempunyai arti. Klausa disebut juga anak kalimat dan tidak bisa berdiri sendiri. Terdiri dari Subjek dan Predikat dan memiliki kata penghubung:
contoh : bahwa dia sudah menikah.
contoh in English : that he has gotten married.
Kedua kalimat diatas tidak bisa berdiri sendiri karena kata penghubung yang membuatnya tidak mempunyai makna yang tuntas
3. Phrasa (Frase)
Terdiri dari beberapa kata yang mengandung arti tertentu. Tidak ada Subjek dan Predikat.
contoh: Buku bagus.
contoh in english : a good book.
4. Kata (Word)
Kata merupakan unsur utama pembentuk phrasa, klausa dan sentence. Terdapat dua unsur utama dalam kata, yairu kata dasar dan kata berimbuhan (akhiran, awalan atau sisipan).
contoh : tangkap (kata), penangkapan (berimbuhan)
contoh in english : teach (word), teacher (has suffix)
5. Morfem (in english Morfem [baca:morfim]
Morfem adalah satuan terkecil dalam kata yang mengandung makna.
contoh, morfem [-lah] dalam "Dialah yang mengambil buku".....mengandung makna pengeras. Dalam bahasa Inggris, contohnya, akhiran [-s] dalam kata books adalah morfem imbuhan karena ia mengandung makna "jamak"
Dan khusus untuk makalah kali ini saya akan coba membahas mengenai yang pertama yakni sentence.
BAB II
SENTENCE (KALIMAT)
A. Pengertian Sentence (Kalimat)
Menurut Ilmu Bahasa, sentence (kalimat) adalah sekumpulan kata yang mempunyai paling sedikit satu subjek dan satu predikat serta mengandung pengertian yang sempurna (lengkap). Sebuah kalimat diawali dengan huruf besar dan diakhiri dengan titik.
Atau didalam wikipedia ada dijelaskan akan tetapi saya tidak mendapati yang berbahasa Indonesia dan hanya mendapati yang berbahasa Inggris. Adapun yang tertulis didalam wikipedia adalah sebagai berikut : In linguistics, a sentence is a grammatical unit of one or more words, bearing minimal syntactic relation to the words that precede or follow it, often preceded and followed in speech by pauses, having one of a small number of characteristic intonation patterns, and typically expressing an independent statement, question, request, command, etc. Sentences are generally characterized in most languages by the presence of a finite verb.
B. Pembagian Kalimat
• Simple Sentence (Kalimat Sederhana) yaitu kalimat yang hanya mengandung satu verb (kata keja) utama yang mencerminkan adanya satu gagasan saja.
• Compound Sentence (Kalimat Majemuk) yaitu kalimat yang mengandung dua verb utama atau lebih yang menggambarkan 2 gagasan atau lebih yang disambungkan dengan kata sambung (conjunctions).
• Complex Sentence (Kalimat Sempurna) yaitu kalimat yang mengandung 1 main clause (kalimat induk) dan 1 atau lebih anak kalimat yang dihubungkan dengan Kata Ganti Penghubung (Relative Pronouns).
• Complex-Compound Sentence (Kalimat Majemuk Sempurna) yaitu kalimat gabungan antara kalimat majemuk dan kalimat sempurna yaitu kalimat yang terdiri dari 1 atau lebih kalimat utama dan 1 atau lebih anak kalimat .
Perhatikan contoh-contoh kalimat berikut ini:
• Jean is in the house (simple sentence)
• It’s starting to rain and I have left my deck-chair outside (Compound Sentence)
• The suspect denied that he had been in the neighborhood (Complex Sentence)
• The man stole the jewelry and he did it in his home until he could safely get out of town. (Complex-Compound Sentence)
1. Simple Sentence
A simple sentence is a sentence structure that contains one independent clause and no dependent clauses.
Examples
• The singer bowed.
This simple sentence has one independent clause which contains one subject, singer, and one predicate, bowed.
• The baby cried.
This simple sentence has one independent clause which contains one subject, baby, and one predicate, cried.
2. Compound sentence (linguistics)
In the English language, a compound sentence is composed of at least two independent clauses. It does not require a dependent clause. The clauses are joined by a coordinating conjunction (with or without a comma), a correlative conjunction (with or without a comma), or a semicolon that functions as a conjunction. A conjunction can be used to make a compound sentence. The use of a comma to separate two independent clauses in a sentence is accepted as part of the English language.
Example: My honey invited me to a cinema, but I do not want to go.
3. Complex sentence
A complex sentence is a sentence with an independent clause and at least one dependent clause (subordinating clause). The dependent clause is introduced by either a subordinate conjunction such as although, or because or a relative pronoun such as who or which.
Examples
• When I saw what you had done, I was sad.
o Independent clause: I was sad
o Dependent clauses: When I saw and what you had done
• Knowing that you hate me makes me sad.
o A complex sentence with a sub-clause functioning as a subject.
o Independent clause: (subject) makes me sad.
o Dependent clause: That you hate me (acting as the subject)
Also when using a verb don't use "ing" endings.
• Some voters want special consideration that accounts for their handicaps.
o This complex sentence's subordinate clause is offset by a relative pronoun rather than by a subordinating conjunction. "That" serves a nominal function and serves as a substitute for the noun "consideration" in the independent clause.
o Independent clause: Some voters want special consideration
o Dependent clause: that accounts for their handicaps (modifies the noun in the independent clause)
4. Complex-compound sentence
In syntax, a sentence with at least two independent clauses and one or more dependent clauses is referred to as a complex-compound sentence. Sometimes also called a compound-complex sentence.
Examples
The cat lived in the backyard, but the dog, who knew he was superior, lived inside the house.
Independent clauses:
• The cat lived in the backyard.
Dependent clause:
• who knew he was superior
Though the movie had been tested on the market, The Last Shadow did not fare well in the United States, but it did develop a huge following in Europe, which usually does not go for this movie genre.
C. Pembagian Kalimat Berdasarkan Fungsi Penggunaannya
• Declarative Sentence (Statement) - yaitu kalimat berita atau pernyataan, yang positif maupun negatif, yang benar atau bohong. Posisi Subjek kalimat sebelum kata kerja kalimat tersebut.
• Interrogative Sentence (Question) - yaitu kalimat pertanyaan. Kalimat ini terbagi lagi menjadi Yes/No Question (Kalimat yang jawabannya yes/no yang diawali dengan Auxiliary), Information Question (Kalimat tanya yang jawabannya memerlukan keterangan dan diawali dengan kata tanya), dan Embedded Questions (Pertanyaan di dalam sebuah pernyataan).
• Exclamatory Sentence (Exclamation) - yaitu kalimat yang menyatakan seruan atau ucapan yang spontan karena heran, kagum, terkejut, sedih, dll.
• Imperative Sentence (Command) - yaitu kalimat perintah yang mencakup kalimat permohonan, doa dan sebagainya.
Perhatikan contoh-contoh kalimatnya berikut ini:
• How many spoons are in that box? (Question - Information Question)
• Are you alone? (Question - Yes/No Question)
• What good boy! (Exclamation)
BAB III
KESIMPULAN
Bahasa memiliki sistem tata bahasa. Dalam tata bahasa ada lima hierarki satuan bahasa.
1. Kalimat. (Sentence)
2. Klausa. (Clause)
3. Phrasa (Frase)
4. Kata (Word)
5. Morfem
Menurut Ilmu Bahasa, sentence (kalimat) adalah sekumpulan kata yang mempunyai paling sedikit satu subjek dan satu predikat serta mengandung pengertian yang sempurna (lengkap). Sebuah kalimat diawali dengan huruf besar dan diakhiri dengan titik.
Sementara pembagian kalimat didalam bahasa Inggris terbagi kepada :
• Simple Sentence (Kalimat Sederhana)
• Compound Sentence (Kalimat Majemuk)
• Complex Sentence (Kalimat Sempurna)
• Complex-Compound Sentence
PENDAHULUAN
Bahasa memiliki sistem tata bahasa. Dalam tata bahasa ada lima hierarki satuan bahasa.
1. Kalimat. (Sentence)
Kalimat sederhana (simple sentence) terdiri dari beberapa kata yang digabungkan dan mempunyai kaitan antara satu kata dengan kata lainnya dan terdiri dari Subjek dan Predikat (dalam bahasa Inggris ada Subyek and 'Verb'):
Contoh: Nina telah menyelesaikan pekerjaannya.
contoh in English : She has finished her work.
2. Klausa. (Clause)
Terdiri dari beberapa kata yang mempunyai arti. Klausa disebut juga anak kalimat dan tidak bisa berdiri sendiri. Terdiri dari Subjek dan Predikat dan memiliki kata penghubung:
contoh : bahwa dia sudah menikah.
contoh in English : that he has gotten married.
Kedua kalimat diatas tidak bisa berdiri sendiri karena kata penghubung yang membuatnya tidak mempunyai makna yang tuntas
3. Phrasa (Frase)
Terdiri dari beberapa kata yang mengandung arti tertentu. Tidak ada Subjek dan Predikat.
contoh: Buku bagus.
contoh in english : a good book.
4. Kata (Word)
Kata merupakan unsur utama pembentuk phrasa, klausa dan sentence. Terdapat dua unsur utama dalam kata, yairu kata dasar dan kata berimbuhan (akhiran, awalan atau sisipan).
contoh : tangkap (kata), penangkapan (berimbuhan)
contoh in english : teach (word), teacher (has suffix)
5. Morfem (in english Morfem [baca:morfim]
Morfem adalah satuan terkecil dalam kata yang mengandung makna.
contoh, morfem [-lah] dalam "Dialah yang mengambil buku".....mengandung makna pengeras. Dalam bahasa Inggris, contohnya, akhiran [-s] dalam kata books adalah morfem imbuhan karena ia mengandung makna "jamak"
Dan khusus untuk makalah kali ini saya akan coba membahas mengenai yang pertama yakni sentence.
BAB II
SENTENCE (KALIMAT)
A. Pengertian Sentence (Kalimat)
Menurut Ilmu Bahasa, sentence (kalimat) adalah sekumpulan kata yang mempunyai paling sedikit satu subjek dan satu predikat serta mengandung pengertian yang sempurna (lengkap). Sebuah kalimat diawali dengan huruf besar dan diakhiri dengan titik.
Atau didalam wikipedia ada dijelaskan akan tetapi saya tidak mendapati yang berbahasa Indonesia dan hanya mendapati yang berbahasa Inggris. Adapun yang tertulis didalam wikipedia adalah sebagai berikut : In linguistics, a sentence is a grammatical unit of one or more words, bearing minimal syntactic relation to the words that precede or follow it, often preceded and followed in speech by pauses, having one of a small number of characteristic intonation patterns, and typically expressing an independent statement, question, request, command, etc. Sentences are generally characterized in most languages by the presence of a finite verb.
B. Pembagian Kalimat
• Simple Sentence (Kalimat Sederhana) yaitu kalimat yang hanya mengandung satu verb (kata keja) utama yang mencerminkan adanya satu gagasan saja.
• Compound Sentence (Kalimat Majemuk) yaitu kalimat yang mengandung dua verb utama atau lebih yang menggambarkan 2 gagasan atau lebih yang disambungkan dengan kata sambung (conjunctions).
• Complex Sentence (Kalimat Sempurna) yaitu kalimat yang mengandung 1 main clause (kalimat induk) dan 1 atau lebih anak kalimat yang dihubungkan dengan Kata Ganti Penghubung (Relative Pronouns).
• Complex-Compound Sentence (Kalimat Majemuk Sempurna) yaitu kalimat gabungan antara kalimat majemuk dan kalimat sempurna yaitu kalimat yang terdiri dari 1 atau lebih kalimat utama dan 1 atau lebih anak kalimat .
Perhatikan contoh-contoh kalimat berikut ini:
• Jean is in the house (simple sentence)
• It’s starting to rain and I have left my deck-chair outside (Compound Sentence)
• The suspect denied that he had been in the neighborhood (Complex Sentence)
• The man stole the jewelry and he did it in his home until he could safely get out of town. (Complex-Compound Sentence)
1. Simple Sentence
A simple sentence is a sentence structure that contains one independent clause and no dependent clauses.
Examples
• The singer bowed.
This simple sentence has one independent clause which contains one subject, singer, and one predicate, bowed.
• The baby cried.
This simple sentence has one independent clause which contains one subject, baby, and one predicate, cried.
2. Compound sentence (linguistics)
In the English language, a compound sentence is composed of at least two independent clauses. It does not require a dependent clause. The clauses are joined by a coordinating conjunction (with or without a comma), a correlative conjunction (with or without a comma), or a semicolon that functions as a conjunction. A conjunction can be used to make a compound sentence. The use of a comma to separate two independent clauses in a sentence is accepted as part of the English language.
Example: My honey invited me to a cinema, but I do not want to go.
3. Complex sentence
A complex sentence is a sentence with an independent clause and at least one dependent clause (subordinating clause). The dependent clause is introduced by either a subordinate conjunction such as although, or because or a relative pronoun such as who or which.
Examples
• When I saw what you had done, I was sad.
o Independent clause: I was sad
o Dependent clauses: When I saw and what you had done
• Knowing that you hate me makes me sad.
o A complex sentence with a sub-clause functioning as a subject.
o Independent clause: (subject) makes me sad.
o Dependent clause: That you hate me (acting as the subject)
Also when using a verb don't use "ing" endings.
• Some voters want special consideration that accounts for their handicaps.
o This complex sentence's subordinate clause is offset by a relative pronoun rather than by a subordinating conjunction. "That" serves a nominal function and serves as a substitute for the noun "consideration" in the independent clause.
o Independent clause: Some voters want special consideration
o Dependent clause: that accounts for their handicaps (modifies the noun in the independent clause)
4. Complex-compound sentence
In syntax, a sentence with at least two independent clauses and one or more dependent clauses is referred to as a complex-compound sentence. Sometimes also called a compound-complex sentence.
Examples
The cat lived in the backyard, but the dog, who knew he was superior, lived inside the house.
Independent clauses:
• The cat lived in the backyard.
Dependent clause:
• who knew he was superior
Though the movie had been tested on the market, The Last Shadow did not fare well in the United States, but it did develop a huge following in Europe, which usually does not go for this movie genre.
C. Pembagian Kalimat Berdasarkan Fungsi Penggunaannya
• Declarative Sentence (Statement) - yaitu kalimat berita atau pernyataan, yang positif maupun negatif, yang benar atau bohong. Posisi Subjek kalimat sebelum kata kerja kalimat tersebut.
• Interrogative Sentence (Question) - yaitu kalimat pertanyaan. Kalimat ini terbagi lagi menjadi Yes/No Question (Kalimat yang jawabannya yes/no yang diawali dengan Auxiliary), Information Question (Kalimat tanya yang jawabannya memerlukan keterangan dan diawali dengan kata tanya), dan Embedded Questions (Pertanyaan di dalam sebuah pernyataan).
• Exclamatory Sentence (Exclamation) - yaitu kalimat yang menyatakan seruan atau ucapan yang spontan karena heran, kagum, terkejut, sedih, dll.
• Imperative Sentence (Command) - yaitu kalimat perintah yang mencakup kalimat permohonan, doa dan sebagainya.
Perhatikan contoh-contoh kalimatnya berikut ini:
• How many spoons are in that box? (Question - Information Question)
• Are you alone? (Question - Yes/No Question)
• What good boy! (Exclamation)
BAB III
KESIMPULAN
Bahasa memiliki sistem tata bahasa. Dalam tata bahasa ada lima hierarki satuan bahasa.
1. Kalimat. (Sentence)
2. Klausa. (Clause)
3. Phrasa (Frase)
4. Kata (Word)
5. Morfem
Menurut Ilmu Bahasa, sentence (kalimat) adalah sekumpulan kata yang mempunyai paling sedikit satu subjek dan satu predikat serta mengandung pengertian yang sempurna (lengkap). Sebuah kalimat diawali dengan huruf besar dan diakhiri dengan titik.
Sementara pembagian kalimat didalam bahasa Inggris terbagi kepada :
• Simple Sentence (Kalimat Sederhana)
• Compound Sentence (Kalimat Majemuk)
• Complex Sentence (Kalimat Sempurna)
• Complex-Compound Sentence
Basic Skill Of English Language
BAB I
PENDAHULUAN
Adanya beberapa masalah yang dihadapi baik oleh guru maupun oleh siswa dalam pembelajaran bahasa Inggris. Secara urnum dalam belajar bahasa Inggris siswa harus menguasai empat keterampilan berbahasa, yaitu: keterampilan mendengar (listening), berbicara (speaking), membaca (reading) dan menulis (writing), Namun dalam penelitian ini hanya difokuskan pada masalah yang timbul dalam kegiatan menulis, khususnya dalam membuat kalimat bahasa Inggris sederhana.
Data dari lapangan menunjukkan bahwa kemampuan membuat kalimat bahasa Inggris siswa sangat memprihatinkan atau masih rendah, yaitu nilai rata-rata 4,10 setelah diadakan tes awal kemampuan siswa dalam membuat kalimat bahasa Inggris (t-O).
Rendahnya kemampuan siswa dalam membuat kalimat bahasa Inggris ini tentunya dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain: kurangnya latihan yang diberikan guru, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas kurang bervariasi dan kurangnya tugas yang diberikan oleh guru. Dan pastinya kurangnya kemampuan siswa dalam keterampilan mendengar (listening), berbicara (speaking), membaca (reading) dan menulis (writing).
BAB II
BASIC SKILL OF ENGLISH LANGUAGE
Yang dimaksud dengan basic skill of English language adalah : Listening, Reading, Writing dan Speaking.
A. Listening
Kadang - kadang kita tanya sama diri kita sendiri, terus juga sama guru Inggris kita ” Ngapain sih belajar listening?” . Banyak siswa yang merasa listening itu tidak berguna. Wah apa ya gunanya listening , Coba simak saja pentingnya listening berikut ini.
Several years back there was a public service announcement that ran on television. It talked about the importance of good listening skills and the difference between hearing and listening. Hearing is a physical ability while listening is a skill. Listening skills allow one to make sense of and understand what another person is saying. In other words, listening skills allow you to understand what someone is “talking about”. In 1991 the United States Department of Labor Secretary’s Commission on Achieving Necessary Skills (SCANS) identified five competencies and three foundation skills that are essential for those entering the workforce. Listening skills were among the foundation skills SCANS identified.
How to Listen Well
The following tips will help you listen well. Doing these things will also demonstrate to the speaker that you are paying attention. While you may in fact be able to listen while looking down at the floor, doing so may imply that you are not.
• maintain eye contact;
• don’t interrupt the speaker;
• sit still;
• nod your head;
• lean toward the speaker;
• repeat instructions and ask appropriate questions when the speaker has finished.
A good listener knows that being attentive to what the speaker doesn’t say is as important as being attentive to what he does say. Look for non-verbal cues such as facial expressions and posture to get the full gist of what the speaker is telling you.
B. Reading
Ternyata banyak lho mahasiswa - mahasiswa Indonesia yang saat berhadapan dengan literatur - literatur Berbahasa Inggris jadi pusing tujuh keliling. Dan bias jadi kita adalah salah satunya. Walaupun sudah belajar Bahasa Inggris sejak SMP, namun tetap saja kalau sudah berhadapan dengan berbagai literatur dalam Bahasa Inggris , jadi pusing. Kalau sudah begini jadi pingin bisa membaca dalam Bahasa Inggris dengan baik. Gimana caranya ? ada cara - cara fun untuk pelan - pelan meningkatkan kemampuan membaca Bahasa Inggris kita.
Make a habit of reading regularly. Read as many English books, newspapers and magazines as you can find. Again this should be fun so make sure the texts you choose are not too too difficult for you. If the book or article you are reading is difficult, then find something easier.
Find an author that you like and read all their books. By doing this you will get used to the style of a particular author and the typical vocabulary and grammar they use. As you read more of his/her books you will find it easier and easier.
If you have a local library find out if they stock English books or if they have bilingual editions of English classics. Or ask them to stock English translations of books you are already familiar with.
Try reading things more than once. Read something and then read it again a few weeks/months later. You should find your understanding has improved.
Don’t try to read “the classics”. Save them for later, start with contemporary short stories. And don’t forget, there are loads of excellent comics out there too.
Learning Tip - don’t try to understand every word. Try to understand the overall meaning of a sentence or passage.
Learning Tip - don’t translate - only use a dictionary if a word keeps appearing in a text and you still don’t understand it.
C. Writing
Kita semua pasti pada kenal sama J.K. Rowling ?.Ya, dia adalah nggak lain dan nggak bukan, penulis novel Harry Potter yang dahsyat bangat. Jika ingin menjadi seperti J.K. Rowling mari kita menulis, tapi, mungkin susah kalau langsung disuruh nulis novel, makanya pertama-tama coba kita tulis cerita pendek dulu. Ada tips tentang cara - cara nulis short story yang asyik.
Writing short stories allows the writer to experiment and find himself. Beginners very rarely have their natural voice when they begin writing. By learning about themselves, through writing many separate pieces, they find those styles, points-of-view, viewpoints, and language that are more natural to them. Commonly, beginners try to write like those authors they admire or authors who have written books similar to the kind they hope to write. Often this style may not be the one best suited to the particular writer. It is also common to see beginners change styles WITHIN books.
1. Burn Off the Autobiographical Urge
A common failing with beginning writers is that they write too close to themselves, producing autobiographical or near-autobiographical work. Though some great autobiographical novels have been written, most creative writing teachers are well aware that the autobiographical urge needs to be spent before the beginner learns that good writing needs to be generalisable. The writing of many short stories usually burns off this rarely desirable tendency and should some of the material be noticeably special it is still available as the basis for a longer work.
2. Variety of Experience
If students are writing a single novel, perhaps two in their first year, though this would be rare, they can, at the most, explore writing in two genres. If, on the other hand, students are writing, say, one short story a week they can try many many genres, styles, viewpoints; they can explore the terse hard-boiled Ford/Hemingway approach, the lyrical styles of Laurie Lee or Dylan Thomas, John Irving, and many points in between. This is not the case if they are writing novels.
3. Beginners Get Used to Completing Tasks.
One major advantage of writing short stories to begin with is that the one or two thousand word task seems less intimidating than the novel and far more achieveable.
4. Quicker, Better Feedback.
It is easier to get proper feedback on a short story because it is a complete entity. Thus, by writing many shorts the student gets repeated feedback and learns more quickly about his strengths and weaknesses.
5. Easily Focussed Teaching/Learning.
A sympathetic teacher can design short story tasks to develop those areas seen as weakest. This is virtually impossible if the student is writing a novel.
6. More Meaningful Cross-criticism
Students writing short stories can be encouraged to exchange works and learn by cross-reviewing each other’s work. Though this can be done with novel extracts, the story, by being complete, being finite, is more easy to judge. Further, where same-subject shorts are being exchanged, it is easier and clearer to understand how different approaches to the same intial subject alter the final work. With differently-titled novels, approach may well be obscured by subject matter.
7. Comparison and Identifying Voice and Style
In classes, getting students to produce shorts has the advantage of compare and contrast. This is obviously less easy with novels on often vastly different subjects. By creating a single subject task, the teacher has the advantage that all students are working in roughly the same area, and, since the initial subject matter is the same, s/he is more easily able to note the student’s individual characteristic set against a constant.<
8. Discipline
The discipline of the short story, the need to say as much as possible in a few words as possible is an excellent teacher. The ability to paint briefly is not wasted but makes the eventual novelist a better one. John Gardner was very keen to emphasise the usefulness of small focussed exercises in which the student could concentrate on selected areas of his art. Teachers can shape and point far easier when the target is an exercise or short story
9. Less Waste, More Material
A wasted novel is for most beginners a wasted year. A wasted short story is typically a few days or a week. Though it is true that theoretically a student could write 52 consecutive wasted short stories, experience tells us otherwise, since, after every story, finite, complete, the student has usually learned something. In the case of the novel the student does not learn much until he has completed his long and arduous task and submits.
10. Nothing Wasted
Novels are rarely honed down to short stories. The reverse is not true. Short stories have been made into novellas, short stories made into novels, and short stories have been made into films.
11. Short stories contain all the major elements of good writing.
Beginning, middle and end, dialogue, characterisation, conflict and change. It is easier to teach for example, the idea of premise/theme on a single short than on a novel. A student can be asked to write a 2,000 word short illustrating a proverb without ever referring to it or proving a statement such as “All men are pigs”. It hardly needs saying that a teacher cannot realistically ask students to produce a novel to do the same.
D. Speaking
Tentunya ketika orang belajar Bahasa Inggris mereka berharap akan dapat menggunakan bahasa itu untuk dapat berkomunikasi dengan orang lain, mengungkapan maksud mereka, memahami serta dipahami oleh orang lain dalam bahasa tersebut. Namun, sungguh sayang, faktanya ketika seorang pelajar di Indonesia yang sudah belajar Bahasa Inggris selama minimal 6 tahun (3 tahun di SMP, 3 tahun di SMA), masih banyak sekali yang tidak bisa berbicara dengan lancar. Jangankan dengan lancar, mengucapkan kata - katanya saja susahnya bukan main. Ada apa sebenarnya dengan pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah - sekolah kita ? Siapa yang salah ? Gurunya yang tidak bisa mengajar atau muridnya yang malas belajar?
Bukan tujuan dari makalah ini untuk mengetahui apa penyebab pasti hal tersebut terjadi. makalah ini lebih ingin membagikan tips bagi para siswa, untuk merubah cara belajar mereka dalam Bahasa Inggris. Kalau selama ini para siswa belajar Bahasa Inggris secara pasif, tulisan ini ingin mengajak semua pelajar untuk secara lebih aktif mengambil peran dalam pembelajaran.
Cara - cara ini bisa dipakai untuk setidaknya untuk bisa belajar Bahasa Inggris secara lebih aktif baik di sekolah maupun luar sekolah.
1. Ingatkan Bapak / Ibu Guru untuk secara dominan menggunakan Bahasa Inggris dalam mengajar!
2. Sering - seringlah mendengar lagu - lagu dalam Bahasa Inggris. Catak liriknya dan cari tahu arti dan cara pengucapannya di kamus. Apabila masih kurang jelas tanyakan pada Bapak / Ibu guru di sekolah.
3. Usahakan melihat acara - acara di TV atau mendengar siaran radio yang berbahasa Inggris! Mungkin pertama kalian akan menemukan banyak kesulitan namun lama kelamaan akan terbiasa. Catat kata - kata baru yang kalian dengar dan cari penggunaanya di dalam kamus.
4. Kalau kalian melihat Film dalam Bahasa Inggris, jangan terus tergantung pada terjemahan yang ada! Coba gunakan kemampuan kalian sendiri untuk mendengar dan memahami ucapan - ucapan yang kalian dengar!
5. Selalu ulang terus kata - kata yang kalian temukan! Kalau kata baru yang kalian temukan tidak dipakai lama - kelamaan akan hilang!
6. Coba gunakan Bahasa Inggris dengan teman - teman kalian, dengan guru, atau kalau mungkin dengan orang tua kalian dalam percakapan sehari - hari! Jangan takut salah, bahkan orang - orang native speaker pun juga kadang - kadang salah. Yang penting terus coba dan coba!
7. Akhirnya, No practice no progress! Practice makes Perfect! Jadi berlatih terus dan jangan malu!
BAB III
KESIMPULAN
1. Yang dimaksud dengan basic skill of English language adalah : Listening, Speaking, Reading dan Writing.
2. Adanya beberapa masalah yang dihadapi baik oleh guru maupun oleh siswa dalam pembelajaran bahasa Inggris. Secara urnum dalam belajar bahasa Inggris siswa harus menguasai empat keterampilan berbahasa, yaitu: keterampilan mendengar (listening), berbicara (speaking), membaca (reading) dan menulis (writing).
3. Tips to listen will maintain eye contact;
• don’t interrupt the speaker;
• sit still;
• nod your head;
• lean toward the speaker;
• repeat instructions and ask appropriate questions when the speaker has finished.
3. Kita semua pasti pada kenal sama J.K. Rowling ?.Ya, dia adalah nggak lain dan nggak bukan, penulis novel Harry Potter yang dahsyat bangat. Jika ingin menjadi seperti J.K. Rowling mari kita menulis.
4. Tips tentang cara - cara nulis short story yang asyik.
a. Burn Off the Autobiographical Urge
b. Variety of Experience
c. Beginners Get Used to Completing Tasks.
d. Quicker, Better Feedback.
e. Easily Focussed Teaching/Learning.
f. More Meaningful Cross-criticism
g. Comparison and Identifying Voice and Style
h. Discipline
i. Less Waste, More Material
j. Nothing Wasted
k. Short stories contain all the major elements of good writing.
5. Cara - cara ini bisa dipakai untuk setidaknya untuk bisa belajar Bahasa Inggris secara lebih aktif baik di sekolah maupun luar sekolah.
a. . Ingatkan Bapak / Ibu Guru untuk berbahasa Inggris dalam mengajar!
b. Sering - seringlah mendengar lagu - lagu dalam Bahasa Inggris.
c. Usahakan melihat acara - acara di TV atau mendengar siaran radio yang berbahasa Inggris!
d. Kalau kalian melihat Film dalam Bahasa Inggris, jangan terus tergantung pada terjemahan yang ada!
e. Selalu ulang terus kata - kata yang kita temukan
f. Coba gunakan Bahasa Inggris
g. Akhirnya, No practice no progress! Practice makes Perfect!
DAFTAR REFERENSI
http://pakguruonline.pendidikan.net/Peningkatan%20Kemampuan%20Membuat%20Kalimat%20Bahasa%20Inggris.RTF
http://francisxavier.blog2.plasa.com/2008/05/13/pengin-jadi-kayak-jk-rowling-makanya-nulis/
http://francisxavier.blog2.plasa.com/2008/04/29/improve-your-reading-skills/
http://francisxavier.blog2.plasa.com/2008/05/10/listening-skill-buat-apa-sich/
http://www.uny.ac.id/akademik/sharefile/files/06062007134630_ELCR.doc
http://lcc-ptc.blogspot.com/2008/05/meningkatkan-kemampuan-membaca.html
PENDAHULUAN
Adanya beberapa masalah yang dihadapi baik oleh guru maupun oleh siswa dalam pembelajaran bahasa Inggris. Secara urnum dalam belajar bahasa Inggris siswa harus menguasai empat keterampilan berbahasa, yaitu: keterampilan mendengar (listening), berbicara (speaking), membaca (reading) dan menulis (writing), Namun dalam penelitian ini hanya difokuskan pada masalah yang timbul dalam kegiatan menulis, khususnya dalam membuat kalimat bahasa Inggris sederhana.
Data dari lapangan menunjukkan bahwa kemampuan membuat kalimat bahasa Inggris siswa sangat memprihatinkan atau masih rendah, yaitu nilai rata-rata 4,10 setelah diadakan tes awal kemampuan siswa dalam membuat kalimat bahasa Inggris (t-O).
Rendahnya kemampuan siswa dalam membuat kalimat bahasa Inggris ini tentunya dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain: kurangnya latihan yang diberikan guru, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas kurang bervariasi dan kurangnya tugas yang diberikan oleh guru. Dan pastinya kurangnya kemampuan siswa dalam keterampilan mendengar (listening), berbicara (speaking), membaca (reading) dan menulis (writing).
BAB II
BASIC SKILL OF ENGLISH LANGUAGE
Yang dimaksud dengan basic skill of English language adalah : Listening, Reading, Writing dan Speaking.
A. Listening
Kadang - kadang kita tanya sama diri kita sendiri, terus juga sama guru Inggris kita ” Ngapain sih belajar listening?” . Banyak siswa yang merasa listening itu tidak berguna. Wah apa ya gunanya listening , Coba simak saja pentingnya listening berikut ini.
Several years back there was a public service announcement that ran on television. It talked about the importance of good listening skills and the difference between hearing and listening. Hearing is a physical ability while listening is a skill. Listening skills allow one to make sense of and understand what another person is saying. In other words, listening skills allow you to understand what someone is “talking about”. In 1991 the United States Department of Labor Secretary’s Commission on Achieving Necessary Skills (SCANS) identified five competencies and three foundation skills that are essential for those entering the workforce. Listening skills were among the foundation skills SCANS identified.
How to Listen Well
The following tips will help you listen well. Doing these things will also demonstrate to the speaker that you are paying attention. While you may in fact be able to listen while looking down at the floor, doing so may imply that you are not.
• maintain eye contact;
• don’t interrupt the speaker;
• sit still;
• nod your head;
• lean toward the speaker;
• repeat instructions and ask appropriate questions when the speaker has finished.
A good listener knows that being attentive to what the speaker doesn’t say is as important as being attentive to what he does say. Look for non-verbal cues such as facial expressions and posture to get the full gist of what the speaker is telling you.
B. Reading
Ternyata banyak lho mahasiswa - mahasiswa Indonesia yang saat berhadapan dengan literatur - literatur Berbahasa Inggris jadi pusing tujuh keliling. Dan bias jadi kita adalah salah satunya. Walaupun sudah belajar Bahasa Inggris sejak SMP, namun tetap saja kalau sudah berhadapan dengan berbagai literatur dalam Bahasa Inggris , jadi pusing. Kalau sudah begini jadi pingin bisa membaca dalam Bahasa Inggris dengan baik. Gimana caranya ? ada cara - cara fun untuk pelan - pelan meningkatkan kemampuan membaca Bahasa Inggris kita.
Make a habit of reading regularly. Read as many English books, newspapers and magazines as you can find. Again this should be fun so make sure the texts you choose are not too too difficult for you. If the book or article you are reading is difficult, then find something easier.
Find an author that you like and read all their books. By doing this you will get used to the style of a particular author and the typical vocabulary and grammar they use. As you read more of his/her books you will find it easier and easier.
If you have a local library find out if they stock English books or if they have bilingual editions of English classics. Or ask them to stock English translations of books you are already familiar with.
Try reading things more than once. Read something and then read it again a few weeks/months later. You should find your understanding has improved.
Don’t try to read “the classics”. Save them for later, start with contemporary short stories. And don’t forget, there are loads of excellent comics out there too.
Learning Tip - don’t try to understand every word. Try to understand the overall meaning of a sentence or passage.
Learning Tip - don’t translate - only use a dictionary if a word keeps appearing in a text and you still don’t understand it.
C. Writing
Kita semua pasti pada kenal sama J.K. Rowling ?.Ya, dia adalah nggak lain dan nggak bukan, penulis novel Harry Potter yang dahsyat bangat. Jika ingin menjadi seperti J.K. Rowling mari kita menulis, tapi, mungkin susah kalau langsung disuruh nulis novel, makanya pertama-tama coba kita tulis cerita pendek dulu. Ada tips tentang cara - cara nulis short story yang asyik.
Writing short stories allows the writer to experiment and find himself. Beginners very rarely have their natural voice when they begin writing. By learning about themselves, through writing many separate pieces, they find those styles, points-of-view, viewpoints, and language that are more natural to them. Commonly, beginners try to write like those authors they admire or authors who have written books similar to the kind they hope to write. Often this style may not be the one best suited to the particular writer. It is also common to see beginners change styles WITHIN books.
1. Burn Off the Autobiographical Urge
A common failing with beginning writers is that they write too close to themselves, producing autobiographical or near-autobiographical work. Though some great autobiographical novels have been written, most creative writing teachers are well aware that the autobiographical urge needs to be spent before the beginner learns that good writing needs to be generalisable. The writing of many short stories usually burns off this rarely desirable tendency and should some of the material be noticeably special it is still available as the basis for a longer work.
2. Variety of Experience
If students are writing a single novel, perhaps two in their first year, though this would be rare, they can, at the most, explore writing in two genres. If, on the other hand, students are writing, say, one short story a week they can try many many genres, styles, viewpoints; they can explore the terse hard-boiled Ford/Hemingway approach, the lyrical styles of Laurie Lee or Dylan Thomas, John Irving, and many points in between. This is not the case if they are writing novels.
3. Beginners Get Used to Completing Tasks.
One major advantage of writing short stories to begin with is that the one or two thousand word task seems less intimidating than the novel and far more achieveable.
4. Quicker, Better Feedback.
It is easier to get proper feedback on a short story because it is a complete entity. Thus, by writing many shorts the student gets repeated feedback and learns more quickly about his strengths and weaknesses.
5. Easily Focussed Teaching/Learning.
A sympathetic teacher can design short story tasks to develop those areas seen as weakest. This is virtually impossible if the student is writing a novel.
6. More Meaningful Cross-criticism
Students writing short stories can be encouraged to exchange works and learn by cross-reviewing each other’s work. Though this can be done with novel extracts, the story, by being complete, being finite, is more easy to judge. Further, where same-subject shorts are being exchanged, it is easier and clearer to understand how different approaches to the same intial subject alter the final work. With differently-titled novels, approach may well be obscured by subject matter.
7. Comparison and Identifying Voice and Style
In classes, getting students to produce shorts has the advantage of compare and contrast. This is obviously less easy with novels on often vastly different subjects. By creating a single subject task, the teacher has the advantage that all students are working in roughly the same area, and, since the initial subject matter is the same, s/he is more easily able to note the student’s individual characteristic set against a constant.<
8. Discipline
The discipline of the short story, the need to say as much as possible in a few words as possible is an excellent teacher. The ability to paint briefly is not wasted but makes the eventual novelist a better one. John Gardner was very keen to emphasise the usefulness of small focussed exercises in which the student could concentrate on selected areas of his art. Teachers can shape and point far easier when the target is an exercise or short story
9. Less Waste, More Material
A wasted novel is for most beginners a wasted year. A wasted short story is typically a few days or a week. Though it is true that theoretically a student could write 52 consecutive wasted short stories, experience tells us otherwise, since, after every story, finite, complete, the student has usually learned something. In the case of the novel the student does not learn much until he has completed his long and arduous task and submits.
10. Nothing Wasted
Novels are rarely honed down to short stories. The reverse is not true. Short stories have been made into novellas, short stories made into novels, and short stories have been made into films.
11. Short stories contain all the major elements of good writing.
Beginning, middle and end, dialogue, characterisation, conflict and change. It is easier to teach for example, the idea of premise/theme on a single short than on a novel. A student can be asked to write a 2,000 word short illustrating a proverb without ever referring to it or proving a statement such as “All men are pigs”. It hardly needs saying that a teacher cannot realistically ask students to produce a novel to do the same.
D. Speaking
Tentunya ketika orang belajar Bahasa Inggris mereka berharap akan dapat menggunakan bahasa itu untuk dapat berkomunikasi dengan orang lain, mengungkapan maksud mereka, memahami serta dipahami oleh orang lain dalam bahasa tersebut. Namun, sungguh sayang, faktanya ketika seorang pelajar di Indonesia yang sudah belajar Bahasa Inggris selama minimal 6 tahun (3 tahun di SMP, 3 tahun di SMA), masih banyak sekali yang tidak bisa berbicara dengan lancar. Jangankan dengan lancar, mengucapkan kata - katanya saja susahnya bukan main. Ada apa sebenarnya dengan pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah - sekolah kita ? Siapa yang salah ? Gurunya yang tidak bisa mengajar atau muridnya yang malas belajar?
Bukan tujuan dari makalah ini untuk mengetahui apa penyebab pasti hal tersebut terjadi. makalah ini lebih ingin membagikan tips bagi para siswa, untuk merubah cara belajar mereka dalam Bahasa Inggris. Kalau selama ini para siswa belajar Bahasa Inggris secara pasif, tulisan ini ingin mengajak semua pelajar untuk secara lebih aktif mengambil peran dalam pembelajaran.
Cara - cara ini bisa dipakai untuk setidaknya untuk bisa belajar Bahasa Inggris secara lebih aktif baik di sekolah maupun luar sekolah.
1. Ingatkan Bapak / Ibu Guru untuk secara dominan menggunakan Bahasa Inggris dalam mengajar!
2. Sering - seringlah mendengar lagu - lagu dalam Bahasa Inggris. Catak liriknya dan cari tahu arti dan cara pengucapannya di kamus. Apabila masih kurang jelas tanyakan pada Bapak / Ibu guru di sekolah.
3. Usahakan melihat acara - acara di TV atau mendengar siaran radio yang berbahasa Inggris! Mungkin pertama kalian akan menemukan banyak kesulitan namun lama kelamaan akan terbiasa. Catat kata - kata baru yang kalian dengar dan cari penggunaanya di dalam kamus.
4. Kalau kalian melihat Film dalam Bahasa Inggris, jangan terus tergantung pada terjemahan yang ada! Coba gunakan kemampuan kalian sendiri untuk mendengar dan memahami ucapan - ucapan yang kalian dengar!
5. Selalu ulang terus kata - kata yang kalian temukan! Kalau kata baru yang kalian temukan tidak dipakai lama - kelamaan akan hilang!
6. Coba gunakan Bahasa Inggris dengan teman - teman kalian, dengan guru, atau kalau mungkin dengan orang tua kalian dalam percakapan sehari - hari! Jangan takut salah, bahkan orang - orang native speaker pun juga kadang - kadang salah. Yang penting terus coba dan coba!
7. Akhirnya, No practice no progress! Practice makes Perfect! Jadi berlatih terus dan jangan malu!
BAB III
KESIMPULAN
1. Yang dimaksud dengan basic skill of English language adalah : Listening, Speaking, Reading dan Writing.
2. Adanya beberapa masalah yang dihadapi baik oleh guru maupun oleh siswa dalam pembelajaran bahasa Inggris. Secara urnum dalam belajar bahasa Inggris siswa harus menguasai empat keterampilan berbahasa, yaitu: keterampilan mendengar (listening), berbicara (speaking), membaca (reading) dan menulis (writing).
3. Tips to listen will maintain eye contact;
• don’t interrupt the speaker;
• sit still;
• nod your head;
• lean toward the speaker;
• repeat instructions and ask appropriate questions when the speaker has finished.
3. Kita semua pasti pada kenal sama J.K. Rowling ?.Ya, dia adalah nggak lain dan nggak bukan, penulis novel Harry Potter yang dahsyat bangat. Jika ingin menjadi seperti J.K. Rowling mari kita menulis.
4. Tips tentang cara - cara nulis short story yang asyik.
a. Burn Off the Autobiographical Urge
b. Variety of Experience
c. Beginners Get Used to Completing Tasks.
d. Quicker, Better Feedback.
e. Easily Focussed Teaching/Learning.
f. More Meaningful Cross-criticism
g. Comparison and Identifying Voice and Style
h. Discipline
i. Less Waste, More Material
j. Nothing Wasted
k. Short stories contain all the major elements of good writing.
5. Cara - cara ini bisa dipakai untuk setidaknya untuk bisa belajar Bahasa Inggris secara lebih aktif baik di sekolah maupun luar sekolah.
a. . Ingatkan Bapak / Ibu Guru untuk berbahasa Inggris dalam mengajar!
b. Sering - seringlah mendengar lagu - lagu dalam Bahasa Inggris.
c. Usahakan melihat acara - acara di TV atau mendengar siaran radio yang berbahasa Inggris!
d. Kalau kalian melihat Film dalam Bahasa Inggris, jangan terus tergantung pada terjemahan yang ada!
e. Selalu ulang terus kata - kata yang kita temukan
f. Coba gunakan Bahasa Inggris
g. Akhirnya, No practice no progress! Practice makes Perfect!
DAFTAR REFERENSI
http://pakguruonline.pendidikan.net/Peningkatan%20Kemampuan%20Membuat%20Kalimat%20Bahasa%20Inggris.RTF
http://francisxavier.blog2.plasa.com/2008/05/13/pengin-jadi-kayak-jk-rowling-makanya-nulis/
http://francisxavier.blog2.plasa.com/2008/04/29/improve-your-reading-skills/
http://francisxavier.blog2.plasa.com/2008/05/10/listening-skill-buat-apa-sich/
http://www.uny.ac.id/akademik/sharefile/files/06062007134630_ELCR.doc
http://lcc-ptc.blogspot.com/2008/05/meningkatkan-kemampuan-membaca.html
tenses
BAB I
PENDAHULUAN
Tenses adalah bentuk dari kata kerja (verb ) yang menunjukan waktu suatu tindakan dalam kalimat bahasa inggris, misalnya waktu lampau, sekarang atau akan datang. Bahasa inggris mempunyai tiga pembagian waktu yakni past (lampau), present(sekarang), dan future(akan datang). Berdasarkan pembagian waktu tersebut, dibentuklah tiga kelompok Tense utama yang masing-masing waktu tersebut, dibentuklah tiga kelompok Tense utama yang masing-masing dirinci lagi untuk menyatakan tindakan dalam waktu yang lebih spesifik.
Tense Secara Umum adalah sbb:
Present Past
1. Present Simple Tense
2. Present Continuous Tense
3. Present Perfect Tense
4. Present Perfect Continuous Tense 1. Past Simple Tense
2. Past Continuous Tense
3. Past Perfect Tense
4. Past Perfect Continuous Tense
Future Past Future
1. Future Simple Tense
2. Future Continuous Tense
3. Future Perfect Tense
4. Future Perfect Continuous Tense 1. Past Future Simple Tense
2. Past Future Continuous Tense
3. Past Future Perfect Tense
4. Past Future Perfect Continuous Tense
BAB II
T E N S E S- T E N S E S
A. Simple Present Tenses
Walaupun Present artinya sekarang tetapi hal ini jangan ditapsirkan bahwa tindakan tersebut dilakukan pada saat ini. Tenses ini digunakan untuk menyatakan sesuatu yang bersifat tetap, kebiasaan atau kebenaran yang hakiki. Karena sering menyangkut kejadian diwaktu lamapu, sekarang dan akan datang, Tenses ini paling sedikit mempunyai keterangan waktu tertentu.
Kalimat-kalimat bahasa inggris umumnya harus mempunyai subject(s) dan predicate(p). karena itu semua Tenses akan dipormulasi seperti itu.
Rumus:
Subject + Auxiliary verb + Main verb
Contoh :
The Moon goes round the Earth
Simple Present Tense dipakai ketika:
• Kejadiannya bersifat umum, atau
• Terjadi sepanjang waktu, atau kebiasaan di masa lampau, sekarang dan masa yang akan datang, atau
• Kejadiannya tidak hanya terjadi sekarang, atau
• Bersifat kebenaran umum, yang orang lain tidak dapat menyangkal lagi akan kebenarannya.
B. Present Continuous Tense
Tenses ini digunakan untuk menyatakan suatu tindakan yang benar-benar sedang dilakukan saat ini. Kalimat-kalimat dalam Tenses ini lebih sering dipakai dari pada present Tenses.
Rumus:
subject + is, am, are + kata kerja + ing
Tense ini dipakai untuk menjelaskan tentang:
• Kejadian yang sedang terjadi sekarang, atau
• Kejadian yang akan terjadi di masa yang akan dating
Contoh :
She is not Staying in Medan.
C. Present Perfect Tense
Rumus:
subject + have + past participle (Kata Kerja Bentuk ke-3)
Tense ini digunakan untuk:
• Pengalaman
• Perubahan
• Situasi Yang berkelanjutan
Perhatikan contoh-contoh kalimatnya berikut ini:
• I have lived in Medan for 3 years.
D. Present Perfect Continuous Tense
Rumus:
subject + have / has + been + K.Kerja + ing
Kita menggunakan Tense ini untuk menjelaskan:
• Satu kejadian/kegiatan yang baru saja berlangsung
• Satu perbuatan yang berlangsung hingga sekarang (pada saat bicara masih terjadi)
Perhatikan contoh kalimat berikut:
• I have been reading for 2 hours (Sekarang masih membaca buku)
E. Simple Past Tense
Rumus Kalimat Positif:
subject + Kata Kerja Bentuk ke - 2
Rumus Kalimat Negatif :
subject + did + not + Kata Kerja Bentuk ke - 1
Rumus Kalimat Tanya:
Did + subject + Kata Kerja Bentuk ke - 1
Pengecualian: Ketika Predikat suatu kalimat bukan kata kerja, maka pengganti kata kerja tersebut adalah was (I, she, he, it) dan were (we, you, they).
Kapan kita memakai Simple Past Tense?
Kita memakai Tense ini untuk membicarakan tentang satu perbuatan yang terjadi di masa lampau.
Perhatikan contoh kalimat berikut:
• Barbara was here 5 minutes ago.
F. Past Continuous Tense
Rumus:
subject + was, were + Kata Kerja + ing
Kapan kita menggunakan Tense ini?
Tense ini menggambarkan suatu tindakan atau kejadian pada waktu tertentu di masa lampau. Contoh:
We were not joking.
G. Past Perfect Tense
Rumus:
subject + had + Kata Kerja Bentuk ke - 3
Kapan kita menggunakan Past Perfect Tense?
Tense ini mengekspresikan tindakan di masa lalu sebelum tindakan lain terjadi, namun kejadiannya di masa lampau.
Perhatikan:
She had not gone to school.
H. Past Perfect Continuous Tense
Rumus:
subject + had + been + Kata Kerja + ing
Kapan Kita menggunakan Past Perfect Continuous Tense?
Tense ini sama pemakaiannya dengan Past Perfect Tense, namun mengekspresikan tindakan-tindakan yang lebih lama di masa lampau sebelum tindakan lain terjadi.
Perhatikan:
We had not been expecting her.
I. Simple Future Tense
Rumus:
subject + WILL/SHALL + Kata Kerja Bentuk I
Kapan kita mengunakan Simple Future Tense?
a. Tidak Ada Rencana Sebelumnya
contoh :
• Hold on. I‘ll get a pen.
b. Prediksi
Contoh:
• It will rain tomorrow.
KALIMAT NON-VERBAL
Ketika predikat suatu kalimat bukan kata kerja, maka gunakan be untuk menggantikan kata kerja tersebut. Contoh:
• I‘ll be in London tomorrow.
Catatan:
Ketika kita mempunyai rencana atau keinginan untuk melakukan suatu kegiatan di masa yang akan datang, maka gunakan be going to atau Present Continuous Tense untuk menggantikan will/shall.
J. Future Continuous Tense
Rumus:
subject + WILL + BE + Kata Kerja + ing
Kapan kita menggunakan Future Continuous Tense?
Tense ini menggambarkan suatu tindakan yang akan terjadi di waktu tertentu di masa yang akan datang.
Contoh:
• She will not be sleeping when you telephone her.
• We ‘ll be having dinner when the film starts.
K. Future Perfect Tense
Rumus:
subject + WILL + HAVE + Kata Kerja Bentuk ke 3
Kapan Kita Menggunakan Future Perfect Tense?
Tense ini kita pakai untuk menggambarkan suatu kegiatan yang akan terjadi di masa yang akan datang sebelum kegiatan lain terjadi. Contoh:
Contoh:
• They will be tired when they arrive. They will not have slept for a long time.
L. Future Perfect Continuous Tense
Rumus:
Subject + WILL + HAVE + BEEN + Kata Kerja I + ing
Kapan kita memakai Future Perfect Continuous Tense?
Kita menggunakan Tense ini untuk membicarakan tentang suatu tindakan/kegiatan yang panjang sebelum beberapa saat di masa yang akan datang. Contoh:
• He will be tired when he arrives. He will have been traveling for 24 hours.
M. Past Future Tense
Rumus:
subject + WOULD + Kata Kerja Bentuk I
Contoh :
She would not be at school tomorrow.
N. Past Future Continuous Tense
Rumus:
subject + WOULD + BE + Kata Kerja + ing
Contoh:
We would not be having dinner at home.
O. Past Future Perfect Tense
Rumus:
subject + WOULD + HAVE + Kata Kerja Bentuk ke 3
Contoh:
We would not have left.
P. Past Future Perfect Continuous Tense
Rumus:
Subject + WOULD + HAVE + BEEN + Kata Kerja I + ing
Contoh:
We would not have been waiting long.
BAB III
KESIMPULAN
Rumus Umum Tense adalah sbb:
No Tenses Rumus
1 Present Simple Tense S + V1 + dll
2 Present Continuous Tense S + is, am, are + V-ing + dll
3 Present Perfect Tense S + have,has + V3 + dll
4 Present Perfect Continuous Tense S + have, has + been + V-ing + dll
5 Past Simple Tense S + V2 + dll
6 Past Continuous Tense S + was, were + V-ing + dll
7 Past Perfect Tense S + had + V3 + dll
8 Past Perfect Continuous Tense S + had + been + V-ing + dll
9 Future Simple Tense S + will + V1 + dll
10 Future Continuous Tense S + will + be + V-ing + dll
11 Future Perfect Tense S + will + have + V3 + dll
12 Future Perfect Continuous Tense S + will + have + been + V-ing + dll
13 Past Future Simple Tense S + would + V1 + dll
14 Past Future Continuous Tense S + would + be + V-ing + dll
15 Past Future Perfect Tense S + would + have + V3 + dll
16 Past Future Perfect Continuous Tense S + would + have + been + V-ing + dll
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Artona Wardiman, Bahasa Inggris Untuk SMA Kelas II GBPP 1987, GANECA EXACT BANDUNG, Cetakan kedua Januari 1988
Drs. Artona Wardiman, Bahasa Inggris Untuk SMA Kelas III GBPP 1987, GANECA EXACT BANDUNG, Cetakan kedua Januari 1988
http://smpn1jatmjk.blogspot.com/2007/11/Tenses_21.html
http://ismailworld.wordpress.com/2008/02/06/Tense-summary/
http://en.wikipedia.org/w/index.php?title=Tenses&redirect=no
PENDAHULUAN
Tenses adalah bentuk dari kata kerja (verb ) yang menunjukan waktu suatu tindakan dalam kalimat bahasa inggris, misalnya waktu lampau, sekarang atau akan datang. Bahasa inggris mempunyai tiga pembagian waktu yakni past (lampau), present(sekarang), dan future(akan datang). Berdasarkan pembagian waktu tersebut, dibentuklah tiga kelompok Tense utama yang masing-masing waktu tersebut, dibentuklah tiga kelompok Tense utama yang masing-masing dirinci lagi untuk menyatakan tindakan dalam waktu yang lebih spesifik.
Tense Secara Umum adalah sbb:
Present Past
1. Present Simple Tense
2. Present Continuous Tense
3. Present Perfect Tense
4. Present Perfect Continuous Tense 1. Past Simple Tense
2. Past Continuous Tense
3. Past Perfect Tense
4. Past Perfect Continuous Tense
Future Past Future
1. Future Simple Tense
2. Future Continuous Tense
3. Future Perfect Tense
4. Future Perfect Continuous Tense 1. Past Future Simple Tense
2. Past Future Continuous Tense
3. Past Future Perfect Tense
4. Past Future Perfect Continuous Tense
BAB II
T E N S E S- T E N S E S
A. Simple Present Tenses
Walaupun Present artinya sekarang tetapi hal ini jangan ditapsirkan bahwa tindakan tersebut dilakukan pada saat ini. Tenses ini digunakan untuk menyatakan sesuatu yang bersifat tetap, kebiasaan atau kebenaran yang hakiki. Karena sering menyangkut kejadian diwaktu lamapu, sekarang dan akan datang, Tenses ini paling sedikit mempunyai keterangan waktu tertentu.
Kalimat-kalimat bahasa inggris umumnya harus mempunyai subject(s) dan predicate(p). karena itu semua Tenses akan dipormulasi seperti itu.
Rumus:
Subject + Auxiliary verb + Main verb
Contoh :
The Moon goes round the Earth
Simple Present Tense dipakai ketika:
• Kejadiannya bersifat umum, atau
• Terjadi sepanjang waktu, atau kebiasaan di masa lampau, sekarang dan masa yang akan datang, atau
• Kejadiannya tidak hanya terjadi sekarang, atau
• Bersifat kebenaran umum, yang orang lain tidak dapat menyangkal lagi akan kebenarannya.
B. Present Continuous Tense
Tenses ini digunakan untuk menyatakan suatu tindakan yang benar-benar sedang dilakukan saat ini. Kalimat-kalimat dalam Tenses ini lebih sering dipakai dari pada present Tenses.
Rumus:
subject + is, am, are + kata kerja + ing
Tense ini dipakai untuk menjelaskan tentang:
• Kejadian yang sedang terjadi sekarang, atau
• Kejadian yang akan terjadi di masa yang akan dating
Contoh :
She is not Staying in Medan.
C. Present Perfect Tense
Rumus:
subject + have + past participle (Kata Kerja Bentuk ke-3)
Tense ini digunakan untuk:
• Pengalaman
• Perubahan
• Situasi Yang berkelanjutan
Perhatikan contoh-contoh kalimatnya berikut ini:
• I have lived in Medan for 3 years.
D. Present Perfect Continuous Tense
Rumus:
subject + have / has + been + K.Kerja + ing
Kita menggunakan Tense ini untuk menjelaskan:
• Satu kejadian/kegiatan yang baru saja berlangsung
• Satu perbuatan yang berlangsung hingga sekarang (pada saat bicara masih terjadi)
Perhatikan contoh kalimat berikut:
• I have been reading for 2 hours (Sekarang masih membaca buku)
E. Simple Past Tense
Rumus Kalimat Positif:
subject + Kata Kerja Bentuk ke - 2
Rumus Kalimat Negatif :
subject + did + not + Kata Kerja Bentuk ke - 1
Rumus Kalimat Tanya:
Did + subject + Kata Kerja Bentuk ke - 1
Pengecualian: Ketika Predikat suatu kalimat bukan kata kerja, maka pengganti kata kerja tersebut adalah was (I, she, he, it) dan were (we, you, they).
Kapan kita memakai Simple Past Tense?
Kita memakai Tense ini untuk membicarakan tentang satu perbuatan yang terjadi di masa lampau.
Perhatikan contoh kalimat berikut:
• Barbara was here 5 minutes ago.
F. Past Continuous Tense
Rumus:
subject + was, were + Kata Kerja + ing
Kapan kita menggunakan Tense ini?
Tense ini menggambarkan suatu tindakan atau kejadian pada waktu tertentu di masa lampau. Contoh:
We were not joking.
G. Past Perfect Tense
Rumus:
subject + had + Kata Kerja Bentuk ke - 3
Kapan kita menggunakan Past Perfect Tense?
Tense ini mengekspresikan tindakan di masa lalu sebelum tindakan lain terjadi, namun kejadiannya di masa lampau.
Perhatikan:
She had not gone to school.
H. Past Perfect Continuous Tense
Rumus:
subject + had + been + Kata Kerja + ing
Kapan Kita menggunakan Past Perfect Continuous Tense?
Tense ini sama pemakaiannya dengan Past Perfect Tense, namun mengekspresikan tindakan-tindakan yang lebih lama di masa lampau sebelum tindakan lain terjadi.
Perhatikan:
We had not been expecting her.
I. Simple Future Tense
Rumus:
subject + WILL/SHALL + Kata Kerja Bentuk I
Kapan kita mengunakan Simple Future Tense?
a. Tidak Ada Rencana Sebelumnya
contoh :
• Hold on. I‘ll get a pen.
b. Prediksi
Contoh:
• It will rain tomorrow.
KALIMAT NON-VERBAL
Ketika predikat suatu kalimat bukan kata kerja, maka gunakan be untuk menggantikan kata kerja tersebut. Contoh:
• I‘ll be in London tomorrow.
Catatan:
Ketika kita mempunyai rencana atau keinginan untuk melakukan suatu kegiatan di masa yang akan datang, maka gunakan be going to atau Present Continuous Tense untuk menggantikan will/shall.
J. Future Continuous Tense
Rumus:
subject + WILL + BE + Kata Kerja + ing
Kapan kita menggunakan Future Continuous Tense?
Tense ini menggambarkan suatu tindakan yang akan terjadi di waktu tertentu di masa yang akan datang.
Contoh:
• She will not be sleeping when you telephone her.
• We ‘ll be having dinner when the film starts.
K. Future Perfect Tense
Rumus:
subject + WILL + HAVE + Kata Kerja Bentuk ke 3
Kapan Kita Menggunakan Future Perfect Tense?
Tense ini kita pakai untuk menggambarkan suatu kegiatan yang akan terjadi di masa yang akan datang sebelum kegiatan lain terjadi. Contoh:
Contoh:
• They will be tired when they arrive. They will not have slept for a long time.
L. Future Perfect Continuous Tense
Rumus:
Subject + WILL + HAVE + BEEN + Kata Kerja I + ing
Kapan kita memakai Future Perfect Continuous Tense?
Kita menggunakan Tense ini untuk membicarakan tentang suatu tindakan/kegiatan yang panjang sebelum beberapa saat di masa yang akan datang. Contoh:
• He will be tired when he arrives. He will have been traveling for 24 hours.
M. Past Future Tense
Rumus:
subject + WOULD + Kata Kerja Bentuk I
Contoh :
She would not be at school tomorrow.
N. Past Future Continuous Tense
Rumus:
subject + WOULD + BE + Kata Kerja + ing
Contoh:
We would not be having dinner at home.
O. Past Future Perfect Tense
Rumus:
subject + WOULD + HAVE + Kata Kerja Bentuk ke 3
Contoh:
We would not have left.
P. Past Future Perfect Continuous Tense
Rumus:
Subject + WOULD + HAVE + BEEN + Kata Kerja I + ing
Contoh:
We would not have been waiting long.
BAB III
KESIMPULAN
Rumus Umum Tense adalah sbb:
No Tenses Rumus
1 Present Simple Tense S + V1 + dll
2 Present Continuous Tense S + is, am, are + V-ing + dll
3 Present Perfect Tense S + have,has + V3 + dll
4 Present Perfect Continuous Tense S + have, has + been + V-ing + dll
5 Past Simple Tense S + V2 + dll
6 Past Continuous Tense S + was, were + V-ing + dll
7 Past Perfect Tense S + had + V3 + dll
8 Past Perfect Continuous Tense S + had + been + V-ing + dll
9 Future Simple Tense S + will + V1 + dll
10 Future Continuous Tense S + will + be + V-ing + dll
11 Future Perfect Tense S + will + have + V3 + dll
12 Future Perfect Continuous Tense S + will + have + been + V-ing + dll
13 Past Future Simple Tense S + would + V1 + dll
14 Past Future Continuous Tense S + would + be + V-ing + dll
15 Past Future Perfect Tense S + would + have + V3 + dll
16 Past Future Perfect Continuous Tense S + would + have + been + V-ing + dll
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Artona Wardiman, Bahasa Inggris Untuk SMA Kelas II GBPP 1987, GANECA EXACT BANDUNG, Cetakan kedua Januari 1988
Drs. Artona Wardiman, Bahasa Inggris Untuk SMA Kelas III GBPP 1987, GANECA EXACT BANDUNG, Cetakan kedua Januari 1988
http://smpn1jatmjk.blogspot.com/2007/11/Tenses_21.html
http://ismailworld.wordpress.com/2008/02/06/Tense-summary/
http://en.wikipedia.org/w/index.php?title=Tenses&redirect=no
23 Juli 2008
Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat
BAB I
PENDAHULUAN
Bertolak dari penyelenggaraan sistem pemerintahan yang berupa desentralistik, maka hal ini berdampak pula terhadap reorintasi Visi dan Misi Pendidikan Nasional yang di dalamnya menyangkut pula tentang Standar Pengelolaan Sistem Pendidikan Nasional. Yang berimbas pula pada Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan, Pendanaaan, dan Strategi Pembangunan Pendidikan Nasional.
Implementasi otonomi terhadap lembaga pendidikan terwujud dalam School Based Management atau Manajemen Berbasis Sekolah. Dikarenakan Manajemen Berbasis Sekolah ini adalah upaya kemandirian, kreativitas sekolah dalam peningkatan kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas dalam peningkatan mutu melalui kerjasama atau pemberdayaan pemerintah dan masyarakat, maka diperlukan pula administrasi pendidikan di bidang hubungan sekolah dengan masyarakat.
Dari paparan di atas, maka melalui makalah ini kami mencoba mengupas hubungan antara sekolah dan masyarakat dalam pelaksanaan pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hubungan Sekolah dengan Masyarakat.
Istilah hubungan dengan masyarakat dikemukakan kali pertama oleh presiden Amerika Serikat, Thomas Jefferson tahun 1807 dengan istilah Public Relations. Hingga saat ini pengertian hubungan dengan masyarakat itu sendiri belum mencapai suatu mufakat konvensional.
Adapun pengertian hubungan dengan masyarakat menurut Abdurrachman ialah kegiatan untuk menanamkan dan memperoleh pengertian, good will, kepercayaan, penghargaan dari publik sesuatu badan khususnya dan masyarakat pada umumnya (Suryosubroto, 2004: 155).
Hubungan sekolah dengan masyarakat merupakan jalinan interaksi yang diupayakan oleh sekolah agar dapat diterima di tengah-tengah masyarakat untuk mendapatkan aspirasi, simpati dari masyarakat. Dan mengupayakan terjadinya kerjasama yang baik antar sekolah dengan masyarakat dalam pelaksanaan pendidikan untuk kebaikan bersama.
B. Tugas Pokok Hubungan Sekolah dan Masyarakat dalam Pendidikan
Tugas pokok hubungan sekolah dengan masyarakat dalam pendidikan antara lain:
B.1 Memberikan informasi dan menyampaikan ide atau gagasan kepada masyarakat atau pihak-pihak lain yang membutuhkannya.
B.2 Membantu pemimpin yang karena tugas-tugasnya tidak dapat langsung memberikan informasi kepada masyarakat atau pihak-pihak yang memerlukannya.
B.3 Membantu pemimpin mempersiapkan bahan-bahan tentang permasalahan dan informasi yang akan disampaikan atau yang menarik perhatian masyarakat pada saat tertentu.
B.4 Melaporkan tentang pikiran-pikiran yang berkembang dalam masyarakat tentang masalah pendidikan.
B.5 Membantu kepala sekolah bagaimana usaha untuk memperoleh bantuan dan kerja sama.
B.6 Menyusun rencana bagaimana cara-cara memperoleh bantuan untuk kemajuan pelaksanaan pendidikan.
C. Faktor Pendukung Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat bisa berjalan baik apabila di dukung oleh beberapa faktor yakni:
C.1 Adanya program dan perencanaan yang sistematis.
C.2 Tersedia basis dokumentasi yang lengkap.
C.3 Tersedia tenaga ahli, terampil dan alat sarana serta dana yang memadai.
C.4 Kondisi organisasi sekolah yang memungkinkan untuk meningkatkan kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat.
D. Tujuan Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Hubungan sekolah dengan masyarakat dibangun dengan tujuan popularitas sekolah di mata masyarakat. Popularitas sekolah akan tinggi jika mampu menciptakan program-program sekolah yang bermutu dan relevan dengan kebutuhan dan cita-cita bersama dan dari program tersebut mampu melahirkan sosok–sosok individu yang mapan secara intelektual dan spiritual. Dengan popularitas ini sekolah eksis dan semakin maju. Tujuan hubungan sekolah dengan masyarakat diantaranya sebagai berikut:
D.1 Memberi penjelasan tentang kebijaksanaan penyelenggaraan sekolah situasi dan perkembangannya.
D.2 Menampung sarana-sarana dan pendapat-pendapat dari warga sekolah dalam hubungannya dengan pembinaan dan pengembangan sekolah.
D.3 Dapat memelihara hubungan yang harmonis dan terciptanya kerja sama antar warga sekolah sendiri.
Sedangkan menurut Mulyasa (2007: 50), tujuan dari hubungan sekolah dengan masyarakat adalah: (1) memajukan kualitas pembelajaran dan pertumbuhan peserta didik; (2) memperkokoh tujuan serta meningkatkan kualitas hidup dan penghidupan masyarakat; dan (3) menggairahkan masyarakat untuk menjalin hubungan dengan sekolah.
E. Bentuk Opersional Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Tergantung pada inisiatif dan kreatifitas sekolah, kondisi dan situasi, fasilitas sekolah dan sebagainya.
D.1 Di bidang Sarana Akademik
Tinggi rendahnya prestasi lulusan (kualitas maupun kuantitas), penelitian, karya ilmiah (lokal, nasional, internasiona), jumlah dan tingkat kesarjanaan pendidiknya, sarana dan prasarana akademik termasuk laboratorium dan perpustakaan atau PSB, SB yang mutakhir serta teknologi instruksional yang mendukung PBM, termasuk ukuran prestasi dan prestise-nya.
D.2 Di bidang Sarana Pendidikan
Gedung atau bangunan sekolah termasuk ruang belajar, ruang praktikum, kantor dan sebagainya beserta perabot atau mebeuler yang memadai akan memiliki daya tarik tersendiri bagi popularitas sekolah.
D.3 Di bidang Sosial
Partisipasi sekolah dengan masyarakat sekitarnya, seperti kerja bakti, perayaan-perayaan hari besar nasional atau keagamaan, sanitasi dan sebagainya akan menambah kesan masyarakat sekitar akan kepedulian sekolah terhadap lingkungan sekitar sebagai anggota masyarakat yang senantiasa sadar lingkungan demi baktinya terhadap pembangunan masyarakat.
D.4 Menyediakan fasilitas sekolah untuk kepentingan masyarakat sekitar sepanjang tidak mengganggu kelancaran PBM, demikian sebaliknya fasilitas yang ada di masyarakat sekitarnya dapat digunakan untuk kepentingan sekolah.
D.5 Mengikutsertakan tokoh-tokoh masyarakat dalam kegiatan kurikuler dan ekstra kurikuler sekolah, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dan masih banyak lagi kegitan operasional hubungan sekolah dengan masyarakat yang dikreasikan sesuai situasi, kondisi serta kemampuan pihak-pihak terkait.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berbagai persoalan yang dihadapi oleh dunia pendidikan sampai lembaga pendidikan di era globalisasi dan desentralistik (otonomi daerah) menuntut team work yang solid antara pihak sekolah itu sendiri dengan pihak luar, baik instansi atasan maupun masyarakat. Melalui Manajemen Berbasis Sekolah, maka administrasi hubungan sekolah dengan masyarakat menjadi kunci sukses di dalamnya.
Dan ketika hubungan sekolah dengan masyarakat ini dapat berjalan harmonis dan dinamis dengan sifat pedagogis, sosiologis dan produktif, maka diharapkan tercapai tujuan utama yaitu terlaksananya proses pendidikan di sekolah secara produktif, efektif, efisien dan berhasil sehingga menghasilkan out-put yang berkualitas secara inteletual, spritual dan sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, Ary. 1996. Administrasi Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Mulyasa, Endang. 2007. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Pidarta, Made. —–. Landasan Kependidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
PP RI No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Suryosubroto. 2004. Manajemen Pendidikan Di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta.
UU RI No 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS.
PENDAHULUAN
Bertolak dari penyelenggaraan sistem pemerintahan yang berupa desentralistik, maka hal ini berdampak pula terhadap reorintasi Visi dan Misi Pendidikan Nasional yang di dalamnya menyangkut pula tentang Standar Pengelolaan Sistem Pendidikan Nasional. Yang berimbas pula pada Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan, Pendanaaan, dan Strategi Pembangunan Pendidikan Nasional.
Implementasi otonomi terhadap lembaga pendidikan terwujud dalam School Based Management atau Manajemen Berbasis Sekolah. Dikarenakan Manajemen Berbasis Sekolah ini adalah upaya kemandirian, kreativitas sekolah dalam peningkatan kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas dalam peningkatan mutu melalui kerjasama atau pemberdayaan pemerintah dan masyarakat, maka diperlukan pula administrasi pendidikan di bidang hubungan sekolah dengan masyarakat.
Dari paparan di atas, maka melalui makalah ini kami mencoba mengupas hubungan antara sekolah dan masyarakat dalam pelaksanaan pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hubungan Sekolah dengan Masyarakat.
Istilah hubungan dengan masyarakat dikemukakan kali pertama oleh presiden Amerika Serikat, Thomas Jefferson tahun 1807 dengan istilah Public Relations. Hingga saat ini pengertian hubungan dengan masyarakat itu sendiri belum mencapai suatu mufakat konvensional.
Adapun pengertian hubungan dengan masyarakat menurut Abdurrachman ialah kegiatan untuk menanamkan dan memperoleh pengertian, good will, kepercayaan, penghargaan dari publik sesuatu badan khususnya dan masyarakat pada umumnya (Suryosubroto, 2004: 155).
Hubungan sekolah dengan masyarakat merupakan jalinan interaksi yang diupayakan oleh sekolah agar dapat diterima di tengah-tengah masyarakat untuk mendapatkan aspirasi, simpati dari masyarakat. Dan mengupayakan terjadinya kerjasama yang baik antar sekolah dengan masyarakat dalam pelaksanaan pendidikan untuk kebaikan bersama.
B. Tugas Pokok Hubungan Sekolah dan Masyarakat dalam Pendidikan
Tugas pokok hubungan sekolah dengan masyarakat dalam pendidikan antara lain:
B.1 Memberikan informasi dan menyampaikan ide atau gagasan kepada masyarakat atau pihak-pihak lain yang membutuhkannya.
B.2 Membantu pemimpin yang karena tugas-tugasnya tidak dapat langsung memberikan informasi kepada masyarakat atau pihak-pihak yang memerlukannya.
B.3 Membantu pemimpin mempersiapkan bahan-bahan tentang permasalahan dan informasi yang akan disampaikan atau yang menarik perhatian masyarakat pada saat tertentu.
B.4 Melaporkan tentang pikiran-pikiran yang berkembang dalam masyarakat tentang masalah pendidikan.
B.5 Membantu kepala sekolah bagaimana usaha untuk memperoleh bantuan dan kerja sama.
B.6 Menyusun rencana bagaimana cara-cara memperoleh bantuan untuk kemajuan pelaksanaan pendidikan.
C. Faktor Pendukung Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat bisa berjalan baik apabila di dukung oleh beberapa faktor yakni:
C.1 Adanya program dan perencanaan yang sistematis.
C.2 Tersedia basis dokumentasi yang lengkap.
C.3 Tersedia tenaga ahli, terampil dan alat sarana serta dana yang memadai.
C.4 Kondisi organisasi sekolah yang memungkinkan untuk meningkatkan kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat.
D. Tujuan Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Hubungan sekolah dengan masyarakat dibangun dengan tujuan popularitas sekolah di mata masyarakat. Popularitas sekolah akan tinggi jika mampu menciptakan program-program sekolah yang bermutu dan relevan dengan kebutuhan dan cita-cita bersama dan dari program tersebut mampu melahirkan sosok–sosok individu yang mapan secara intelektual dan spiritual. Dengan popularitas ini sekolah eksis dan semakin maju. Tujuan hubungan sekolah dengan masyarakat diantaranya sebagai berikut:
D.1 Memberi penjelasan tentang kebijaksanaan penyelenggaraan sekolah situasi dan perkembangannya.
D.2 Menampung sarana-sarana dan pendapat-pendapat dari warga sekolah dalam hubungannya dengan pembinaan dan pengembangan sekolah.
D.3 Dapat memelihara hubungan yang harmonis dan terciptanya kerja sama antar warga sekolah sendiri.
Sedangkan menurut Mulyasa (2007: 50), tujuan dari hubungan sekolah dengan masyarakat adalah: (1) memajukan kualitas pembelajaran dan pertumbuhan peserta didik; (2) memperkokoh tujuan serta meningkatkan kualitas hidup dan penghidupan masyarakat; dan (3) menggairahkan masyarakat untuk menjalin hubungan dengan sekolah.
E. Bentuk Opersional Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Tergantung pada inisiatif dan kreatifitas sekolah, kondisi dan situasi, fasilitas sekolah dan sebagainya.
D.1 Di bidang Sarana Akademik
Tinggi rendahnya prestasi lulusan (kualitas maupun kuantitas), penelitian, karya ilmiah (lokal, nasional, internasiona), jumlah dan tingkat kesarjanaan pendidiknya, sarana dan prasarana akademik termasuk laboratorium dan perpustakaan atau PSB, SB yang mutakhir serta teknologi instruksional yang mendukung PBM, termasuk ukuran prestasi dan prestise-nya.
D.2 Di bidang Sarana Pendidikan
Gedung atau bangunan sekolah termasuk ruang belajar, ruang praktikum, kantor dan sebagainya beserta perabot atau mebeuler yang memadai akan memiliki daya tarik tersendiri bagi popularitas sekolah.
D.3 Di bidang Sosial
Partisipasi sekolah dengan masyarakat sekitarnya, seperti kerja bakti, perayaan-perayaan hari besar nasional atau keagamaan, sanitasi dan sebagainya akan menambah kesan masyarakat sekitar akan kepedulian sekolah terhadap lingkungan sekitar sebagai anggota masyarakat yang senantiasa sadar lingkungan demi baktinya terhadap pembangunan masyarakat.
D.4 Menyediakan fasilitas sekolah untuk kepentingan masyarakat sekitar sepanjang tidak mengganggu kelancaran PBM, demikian sebaliknya fasilitas yang ada di masyarakat sekitarnya dapat digunakan untuk kepentingan sekolah.
D.5 Mengikutsertakan tokoh-tokoh masyarakat dalam kegiatan kurikuler dan ekstra kurikuler sekolah, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dan masih banyak lagi kegitan operasional hubungan sekolah dengan masyarakat yang dikreasikan sesuai situasi, kondisi serta kemampuan pihak-pihak terkait.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berbagai persoalan yang dihadapi oleh dunia pendidikan sampai lembaga pendidikan di era globalisasi dan desentralistik (otonomi daerah) menuntut team work yang solid antara pihak sekolah itu sendiri dengan pihak luar, baik instansi atasan maupun masyarakat. Melalui Manajemen Berbasis Sekolah, maka administrasi hubungan sekolah dengan masyarakat menjadi kunci sukses di dalamnya.
Dan ketika hubungan sekolah dengan masyarakat ini dapat berjalan harmonis dan dinamis dengan sifat pedagogis, sosiologis dan produktif, maka diharapkan tercapai tujuan utama yaitu terlaksananya proses pendidikan di sekolah secara produktif, efektif, efisien dan berhasil sehingga menghasilkan out-put yang berkualitas secara inteletual, spritual dan sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, Ary. 1996. Administrasi Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Mulyasa, Endang. 2007. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Pidarta, Made. —–. Landasan Kependidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
PP RI No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Suryosubroto. 2004. Manajemen Pendidikan Di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta.
UU RI No 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS.
Makalah Daftra Pustaka, Catatan Kaki dan Laporan
BAB I
PENDAHULUAN
Penulisan karya ilmiah sangat dibatasi dengan peraturan penulisan yang telah ditetapkan oleh ahlinya. Ada syarat yang mengatur tentang penulisan titik, koma, tanda seru ataupun tanda tanya. Semuanya telah terangkum dengan baik dan benar.
Adapun penulisan daftar pustaka dan catatan kaki yang tugasnya diberikan kepada saya, maka peraturan penulisannyapun juga sudah ditetapkan. Akan tetapi saya yakin dan percaya, bahwa syarat-syarat penulisan daftar pustaka, catatan kaki dan yang lainnya, yang nantinya akan saya jabarkan masih ada saja kekurangannya.
Dan disini saya mencoba untuk menjelaskan mengenai daftar pustaka dan acatatan kaki.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Daftar pustaka
Daftar pustaka memuat pustaka yang benar-benar diacu dalam tugas akhir. Cara penulisan daftar pustaka menggunakan aturan APA (American Psychological Assosiation). Berikut aturan APA dalam penulisan daftar pustaka:
1. Referensi Buku dengan Satu Penulis
a. Nama keluarga penulis diikuti koma dan spasi
b. Inisial nama depan (dan tengah) penulis diikuti titik setelah huruf dan spasi
c. Tahun penerbitan terakhir dalam kurung diikuti titik dan spasi
d. Judul buku dicetak miring (setiap huruf pertama kata-kata yang penting menggunakan huruf kapital) diikuti titik dan spasi
e. Kota tempat publikasi diikuti titik dua dan spasi
f. Nama penerbit (hanya nama, sebutan lain seperti PT, Inc, Ltd, Company tidak dicantumkan) diikuti titik
Contoh:
Nalwan, P.A. (2003). Teknik antarmuka dan pemrograman mikrokontroler AT89C51. Jakarta: Elex Media Komputindo.
2. Referensi Buku dengan Dua Orang Penulis
a. Nama keluarga penulis pertama diikuti koma dan spasi
b. Inisial nama depan (dan tengah) penulis pertama diikuti titik setelah setiap huruf, koma, spasi
c. Ketikkan tanda “&” dan spasi
d. Nama keluarga penulis kedua diikuti koma dan spasi
e. Inisial nama depan (dan tengah) penulis kedua diikuti titik setelah huruf dan spasi
f. Tahun penerbitan terakhir di dalam kurung diikuti titik dan spasi
g. Judul buku dicetak miring (setiap huruf pertama kata-kata yang penting menggunakan huruf kapital) diikuti titik dan spasi
h. Kota tempat publikasi diikuti titik dua dan spasi
i. Nama penerbit (hanya nama, sebutan lain seperti PT, Inc, Ltd, Company tidak dicantumkan) diikuti titik
Contoh:
Leach, D.P., & Malvino, P.A. (1994). Digital principles and applications 5TH edition. Westerville: Glencoe.
3. Referensi Buku dengan Penulis lebih dari Dua Orang
a. Nama keluarga penulis pertama diikuti koma dan spasi
b. Inisial nama depan (dan tengah) penulis pertama diikuti titik setelah huruf dan spasi
c. Nama keluarga penulis kedua diikuti koma dan spasi
d. Inisial nama depan (dan tengah) penulis kedua diikuti titik setelah huruf dan spasi
e. Ketikkan tanda “&” dan spasi
f. Nama keluarga penulis ketiga diikuti koma dan spasi
g. Inisial nama depan (dan tengah) penulis ketiga diikuti titik setelah huruf dan spasi
h. Tahun penerbitan terakhir di dalam kurung diikuti titik dan spasi
i. Judul buku dicetak miring (setiap huruf pertama kata-kata yang penting menggunakan huruf kapital) diikuti titik dan spasi
j. Kota tempat publikasi diikuti titik dua dan spasi
k. Nama penerbit (hanya nama, sebutan lain seperti PT, Inc, Ltd, Company tidak dicantumkan) diikuti titik
4. Referensi Jurnal/ Majalah Ilmiah
a. Nama keluarga penulis diikuti koma dan spasi
b. Inisial nama depan (dan tengah) penulis diikuti titik setelah huruf dan spasi
c. Tahun penerbitan terakhir dalam kurung diikuti titik dan spasi
d. Judul artikel (setiap huruf pertama kata-kata yang penting menggunakan huruf kapital) diikuti titik dan spasi
e. Nama jurnal dicetak miring dengan huruf besar pada setiap awal kata, diikuti koma dan spasi
f. Volume jurnal dicetak miring diikuti nomor jurnal dalam kurung diikuti koma dan spasi
g. Nomor halaman awal artikel diikuti tanda garis pisah kemudian nomor halaman akhir artikel kemudian titik.
Contoh:
Borenstein, J., & Koren, Y. (1991). Histogramic In-Motion Mapping For Mobile Robot Obstacle Voidance. IEEE Journal of Robotics and Automation, Vol. 7 (No. 4), 535-539.
B. Catatan kaki (Footnote)
Catatan kaki, atau dikenal dengan istilah footnote adalah keterangan tambahan yang terletak di bagian bawah halaman dan dipisahkan dari teks karya ilmiah oleh seah garis sepanjang dua puluh ketukan (dua puluh karakter).
Kegunaan catatan kaki (footnote)
1) Menjelaskan referensi yang dipergunakan bagi pernyataan dalam teks (catatan kaki sumber atau reference footnote).
2) Menjelaskan komentar penulis terhadap pernyataan dalam teks yang dipandang penting, tetapi tak dapat dinyatakan bersama teks karena dapat mengganggu alur tulisan.
3) Menunjukkan sumber lain yang membicarakan hal yang sama (catatan kaki isi atau content footnote). Jenis catatan kaki ini biasanya menggunakan kata-kata: Lihat …, Bandingkan …, dan Uraian lebih lanjut dapat dilihat dalam …, dan sebagainya. Dianjurkan penggunaannya tidak berlebihan agar tidak menimbulkan kesan pamer. Penggunaan ungkapan tersebut perlu secara konsisten dan benar.
Note: catatan kaki sebaiknya tidak melebihi sepertiga halaman. Sekiranya halaman tidak memungkinkan, sebagian dari catatan kaki dapat dilet kkan di halaman berikutnya.
Tekhnik Penulisan Footnote untuk buku
Unsur yang diperlukan dicantumkan adalah:
1. Nama Pengarang,
2. Judul Buku yang ditulis dengan huruf italic,
3. Jilid,
4. Cetakan,
5. Tempat Penerbit,
6. Nama Penerbit,
7. Tahun diterbitkan, dan
8. Halaman (disingkat h. saja, baik untuk satu halaman maupun beberapa halaman) dari mana referensi itu berasal.
Note: Data penerbitan, mulai dari cetakan, tempat penerbit, nama penerbit, dan tahun diterbitkan, diletakkan di dalam kurung. Contohnya:
Muhammad Ibn ‘Abdillah al-Zarkasyiy, al-Burhân fî ‘Ulum al-Qur’an, Juz
IV (Cet. I; Cairo: Dar Ihya’ al-Kutub al-Arabiyah, 1958 M/1377 H), h. 34-35.
Untuk artikel
Unsur yang perlu dicantumkan adalah:
1. Nama Pengarang/Penulis Artikel (kalau ada),
2. Judul Artikel (di antara tanda kutip),
3. Nama Surat Kabar (huruf italic),
4. Nomor Edisi, Tanggal, dan Halaman.
Note: Jika yang dikutip bukan artikel tetapi berita atau tajuk atau lainnya, maka yang dicantumkan adalah judul tajuk atau beritanya (di antara tanda kutip), diikuti dengan penjelasan apakah itu tajuk atau berita yang dituliskan di antara kurung siku [ ], diikuti nama surat kabar (huruf italic), nomor terbitan, tanggal, dan halaman. Contohnya:
Sayidiman Suryohadiprojo, “Tantangan Mengatasi Berbagai Kesenjangan”,
Republika, No. 342/II, 21 Desember 1994, h. 6.
BAB III
LAPORAN
Laporan ilmiah adalah bentuk tulisan ilmiah yang disusun berdasarkan data setelah penulis melakukan percobaan, peninjauan, pengamatan, atau membaca artikel ilmiah. Kegiatan menulis laporan ilmiah merupakan kegiatan utama terakhir dari suatu kegiatan ilmiah.
Laporan ilmiah mengemukakan permasalahan yang ditulis secara benar, jelas, rinci, dan ringkas. laporan ilmiah merupakan media yang baik untuk komunikasi di lingkungan akademisi atau sesama ilmuwan.
Laporan ilmiah merupakan suatu dokumen tentang kegiatan ilmiah dalam memecahkan masalah secara jujur, jelas, dan tepat tentang prosedur, alat dan hasil temuan serta implikasinya.
Laporan ilmiah dapat digunakan sebagai acuan bagi ilmuwan lain, sehingga syarat-syarat tulisan ilmiah berlaku juga untuk laporan. Oleh karena itu, kemampuan dan ketrampilan menulis laporan merupakan suatu persyaratan bagi ilmuwan.
Format laporan
Laporan ilmiah, umumnya mempunyai garis-besar isi (outline) yang berbeda-beda tergantung kepada bidang yang dikaji dan konsumen laporan tersebut.
Contohnya :
(1) laporan dengan menggunakan metode eksperimen berbeda dengan yang menggunakan metode deskriptif.
(2) laporan lengkap berbeda dengan laporan eksekutif.
Isi laporan
Isi laporan ilmiah bermacam-macam tergantung kepada bidang yang dikaji, metode yang digunakan, maupun konsumen.
Umumnya isi laporan terdiri dari tiga bagian, yaitu :
PENDAHULUAN,
BAGIAN ISI,
BAGIAN PENUTUP.
Contoh-1 :
(1) Bagian PENDAHULUAN, terdiri dari :
Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
(2) Bagian ISI, terdiri dari :
Pendahuluan
Bahan dan Metode
Hasil Kegiatan
Pembahasan
(3) Bagian PENUTUP, terdiri dari :
Daftar Pustaka
Lampiran
BAB IV
KESIMPULAN
Daftar pustaka memuat pustaka yang benar-benar diacu dalam tugas akhir. Cara penulisan daftar pustaka menggunakan aturan APA (American Psychological Assosiation).
Catatan kaki, atau dikenal dengan istilah footnote adalah keterangan tambahan yang terletak di bagian bawah halaman dan dipisahkan dari teks karya ilmiah oleh seah garis sepanjang dua puluh ketukan (dua puluh karakter).
Kegunaan catatan kaki (footnote)
1) Menjelaskan referensi yang dipergunakan bagi pernyataan dalam teks
2) Menjelaskan komentar penulis terhadap pernyataan dalam teks yang dipandang penting, tetapi tak dapat dinyatakan bersama teks karena dapat mengganggu alur tulisan.
3) Menunjukkan sumber lain yang membicarakan hal yang sama (catatan kaki isi atau content footnote).
DAFTAR REFERENSI
Keraf, Goriys. 1994. Komposisi. Jakarta: PT Gramedia.
Keraf, Goriys. 1997. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT Gramedia.
Keraf, Goriys. 1992. Cara Menulis. Jakarta: PT Gramedia.
PENDAHULUAN
Penulisan karya ilmiah sangat dibatasi dengan peraturan penulisan yang telah ditetapkan oleh ahlinya. Ada syarat yang mengatur tentang penulisan titik, koma, tanda seru ataupun tanda tanya. Semuanya telah terangkum dengan baik dan benar.
Adapun penulisan daftar pustaka dan catatan kaki yang tugasnya diberikan kepada saya, maka peraturan penulisannyapun juga sudah ditetapkan. Akan tetapi saya yakin dan percaya, bahwa syarat-syarat penulisan daftar pustaka, catatan kaki dan yang lainnya, yang nantinya akan saya jabarkan masih ada saja kekurangannya.
Dan disini saya mencoba untuk menjelaskan mengenai daftar pustaka dan acatatan kaki.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Daftar pustaka
Daftar pustaka memuat pustaka yang benar-benar diacu dalam tugas akhir. Cara penulisan daftar pustaka menggunakan aturan APA (American Psychological Assosiation). Berikut aturan APA dalam penulisan daftar pustaka:
1. Referensi Buku dengan Satu Penulis
a. Nama keluarga penulis diikuti koma dan spasi
b. Inisial nama depan (dan tengah) penulis diikuti titik setelah huruf dan spasi
c. Tahun penerbitan terakhir dalam kurung diikuti titik dan spasi
d. Judul buku dicetak miring (setiap huruf pertama kata-kata yang penting menggunakan huruf kapital) diikuti titik dan spasi
e. Kota tempat publikasi diikuti titik dua dan spasi
f. Nama penerbit (hanya nama, sebutan lain seperti PT, Inc, Ltd, Company tidak dicantumkan) diikuti titik
Contoh:
Nalwan, P.A. (2003). Teknik antarmuka dan pemrograman mikrokontroler AT89C51. Jakarta: Elex Media Komputindo.
2. Referensi Buku dengan Dua Orang Penulis
a. Nama keluarga penulis pertama diikuti koma dan spasi
b. Inisial nama depan (dan tengah) penulis pertama diikuti titik setelah setiap huruf, koma, spasi
c. Ketikkan tanda “&” dan spasi
d. Nama keluarga penulis kedua diikuti koma dan spasi
e. Inisial nama depan (dan tengah) penulis kedua diikuti titik setelah huruf dan spasi
f. Tahun penerbitan terakhir di dalam kurung diikuti titik dan spasi
g. Judul buku dicetak miring (setiap huruf pertama kata-kata yang penting menggunakan huruf kapital) diikuti titik dan spasi
h. Kota tempat publikasi diikuti titik dua dan spasi
i. Nama penerbit (hanya nama, sebutan lain seperti PT, Inc, Ltd, Company tidak dicantumkan) diikuti titik
Contoh:
Leach, D.P., & Malvino, P.A. (1994). Digital principles and applications 5TH edition. Westerville: Glencoe.
3. Referensi Buku dengan Penulis lebih dari Dua Orang
a. Nama keluarga penulis pertama diikuti koma dan spasi
b. Inisial nama depan (dan tengah) penulis pertama diikuti titik setelah huruf dan spasi
c. Nama keluarga penulis kedua diikuti koma dan spasi
d. Inisial nama depan (dan tengah) penulis kedua diikuti titik setelah huruf dan spasi
e. Ketikkan tanda “&” dan spasi
f. Nama keluarga penulis ketiga diikuti koma dan spasi
g. Inisial nama depan (dan tengah) penulis ketiga diikuti titik setelah huruf dan spasi
h. Tahun penerbitan terakhir di dalam kurung diikuti titik dan spasi
i. Judul buku dicetak miring (setiap huruf pertama kata-kata yang penting menggunakan huruf kapital) diikuti titik dan spasi
j. Kota tempat publikasi diikuti titik dua dan spasi
k. Nama penerbit (hanya nama, sebutan lain seperti PT, Inc, Ltd, Company tidak dicantumkan) diikuti titik
4. Referensi Jurnal/ Majalah Ilmiah
a. Nama keluarga penulis diikuti koma dan spasi
b. Inisial nama depan (dan tengah) penulis diikuti titik setelah huruf dan spasi
c. Tahun penerbitan terakhir dalam kurung diikuti titik dan spasi
d. Judul artikel (setiap huruf pertama kata-kata yang penting menggunakan huruf kapital) diikuti titik dan spasi
e. Nama jurnal dicetak miring dengan huruf besar pada setiap awal kata, diikuti koma dan spasi
f. Volume jurnal dicetak miring diikuti nomor jurnal dalam kurung diikuti koma dan spasi
g. Nomor halaman awal artikel diikuti tanda garis pisah kemudian nomor halaman akhir artikel kemudian titik.
Contoh:
Borenstein, J., & Koren, Y. (1991). Histogramic In-Motion Mapping For Mobile Robot Obstacle Voidance. IEEE Journal of Robotics and Automation, Vol. 7 (No. 4), 535-539.
B. Catatan kaki (Footnote)
Catatan kaki, atau dikenal dengan istilah footnote adalah keterangan tambahan yang terletak di bagian bawah halaman dan dipisahkan dari teks karya ilmiah oleh seah garis sepanjang dua puluh ketukan (dua puluh karakter).
Kegunaan catatan kaki (footnote)
1) Menjelaskan referensi yang dipergunakan bagi pernyataan dalam teks (catatan kaki sumber atau reference footnote).
2) Menjelaskan komentar penulis terhadap pernyataan dalam teks yang dipandang penting, tetapi tak dapat dinyatakan bersama teks karena dapat mengganggu alur tulisan.
3) Menunjukkan sumber lain yang membicarakan hal yang sama (catatan kaki isi atau content footnote). Jenis catatan kaki ini biasanya menggunakan kata-kata: Lihat …, Bandingkan …, dan Uraian lebih lanjut dapat dilihat dalam …, dan sebagainya. Dianjurkan penggunaannya tidak berlebihan agar tidak menimbulkan kesan pamer. Penggunaan ungkapan tersebut perlu secara konsisten dan benar.
Note: catatan kaki sebaiknya tidak melebihi sepertiga halaman. Sekiranya halaman tidak memungkinkan, sebagian dari catatan kaki dapat dilet kkan di halaman berikutnya.
Tekhnik Penulisan Footnote untuk buku
Unsur yang diperlukan dicantumkan adalah:
1. Nama Pengarang,
2. Judul Buku yang ditulis dengan huruf italic,
3. Jilid,
4. Cetakan,
5. Tempat Penerbit,
6. Nama Penerbit,
7. Tahun diterbitkan, dan
8. Halaman (disingkat h. saja, baik untuk satu halaman maupun beberapa halaman) dari mana referensi itu berasal.
Note: Data penerbitan, mulai dari cetakan, tempat penerbit, nama penerbit, dan tahun diterbitkan, diletakkan di dalam kurung. Contohnya:
Muhammad Ibn ‘Abdillah al-Zarkasyiy, al-Burhân fî ‘Ulum al-Qur’an, Juz
IV (Cet. I; Cairo: Dar Ihya’ al-Kutub al-Arabiyah, 1958 M/1377 H), h. 34-35.
Untuk artikel
Unsur yang perlu dicantumkan adalah:
1. Nama Pengarang/Penulis Artikel (kalau ada),
2. Judul Artikel (di antara tanda kutip),
3. Nama Surat Kabar (huruf italic),
4. Nomor Edisi, Tanggal, dan Halaman.
Note: Jika yang dikutip bukan artikel tetapi berita atau tajuk atau lainnya, maka yang dicantumkan adalah judul tajuk atau beritanya (di antara tanda kutip), diikuti dengan penjelasan apakah itu tajuk atau berita yang dituliskan di antara kurung siku [ ], diikuti nama surat kabar (huruf italic), nomor terbitan, tanggal, dan halaman. Contohnya:
Sayidiman Suryohadiprojo, “Tantangan Mengatasi Berbagai Kesenjangan”,
Republika, No. 342/II, 21 Desember 1994, h. 6.
BAB III
LAPORAN
Laporan ilmiah adalah bentuk tulisan ilmiah yang disusun berdasarkan data setelah penulis melakukan percobaan, peninjauan, pengamatan, atau membaca artikel ilmiah. Kegiatan menulis laporan ilmiah merupakan kegiatan utama terakhir dari suatu kegiatan ilmiah.
Laporan ilmiah mengemukakan permasalahan yang ditulis secara benar, jelas, rinci, dan ringkas. laporan ilmiah merupakan media yang baik untuk komunikasi di lingkungan akademisi atau sesama ilmuwan.
Laporan ilmiah merupakan suatu dokumen tentang kegiatan ilmiah dalam memecahkan masalah secara jujur, jelas, dan tepat tentang prosedur, alat dan hasil temuan serta implikasinya.
Laporan ilmiah dapat digunakan sebagai acuan bagi ilmuwan lain, sehingga syarat-syarat tulisan ilmiah berlaku juga untuk laporan. Oleh karena itu, kemampuan dan ketrampilan menulis laporan merupakan suatu persyaratan bagi ilmuwan.
Format laporan
Laporan ilmiah, umumnya mempunyai garis-besar isi (outline) yang berbeda-beda tergantung kepada bidang yang dikaji dan konsumen laporan tersebut.
Contohnya :
(1) laporan dengan menggunakan metode eksperimen berbeda dengan yang menggunakan metode deskriptif.
(2) laporan lengkap berbeda dengan laporan eksekutif.
Isi laporan
Isi laporan ilmiah bermacam-macam tergantung kepada bidang yang dikaji, metode yang digunakan, maupun konsumen.
Umumnya isi laporan terdiri dari tiga bagian, yaitu :
PENDAHULUAN,
BAGIAN ISI,
BAGIAN PENUTUP.
Contoh-1 :
(1) Bagian PENDAHULUAN, terdiri dari :
Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
(2) Bagian ISI, terdiri dari :
Pendahuluan
Bahan dan Metode
Hasil Kegiatan
Pembahasan
(3) Bagian PENUTUP, terdiri dari :
Daftar Pustaka
Lampiran
BAB IV
KESIMPULAN
Daftar pustaka memuat pustaka yang benar-benar diacu dalam tugas akhir. Cara penulisan daftar pustaka menggunakan aturan APA (American Psychological Assosiation).
Catatan kaki, atau dikenal dengan istilah footnote adalah keterangan tambahan yang terletak di bagian bawah halaman dan dipisahkan dari teks karya ilmiah oleh seah garis sepanjang dua puluh ketukan (dua puluh karakter).
Kegunaan catatan kaki (footnote)
1) Menjelaskan referensi yang dipergunakan bagi pernyataan dalam teks
2) Menjelaskan komentar penulis terhadap pernyataan dalam teks yang dipandang penting, tetapi tak dapat dinyatakan bersama teks karena dapat mengganggu alur tulisan.
3) Menunjukkan sumber lain yang membicarakan hal yang sama (catatan kaki isi atau content footnote).
DAFTAR REFERENSI
Keraf, Goriys. 1994. Komposisi. Jakarta: PT Gramedia.
Keraf, Goriys. 1997. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT Gramedia.
Keraf, Goriys. 1992. Cara Menulis. Jakarta: PT Gramedia.
Sejarah Pendidikan Islam (Batak) Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
Pada masa klasik Islam , masjid mempunyai fungsi yang jauh lebih besar dan bervariasi dibandingkan fungsinya yang sekarang. Disamping sebagai tempat ibadah, masjid juga menjadi pusat kegiatan sosial dan politik umat Islam . Lebih dari itu, masjid adalah lembaga pendidikan semenjak masa paling awal Islam . Masjid pula yang menjadi pilar utama pembangunan peradaban pada suatu negeri. Inilah yang dicontohkan Rasulullah ketika pertama kali beliau menginjakan kakinya di Madinah.
Barangkali di tengah bayangan devinisi pendidikan modern, orang bisa saja meragukan apakah pada periode paling awal ini kita telah bisa menganggap masjid sebagai lembaga pendidikan. Tapi sejarah membuktikan bahwa fungsi akademis masjid berkembang cukup pesat. Pada masa Umar bin Khattab kita bisa menjumpai tenaga-tenaga pengajar yang resmi diangkat oleh khalifah untuk mengajar di masjid-masjid, seperti di Kufah, Bashrah dan Damaskus.
Fungsi masjid sebagai rumah ibadah dan lembaga pendidikan berjalan secara harmonis. Pada umumnya masjid dibangun sebagai tempat ibadah, dengan fungsi akademis sebagai fungsi sekunder. Kemudian, tak jarang masjid di bangun dengan niat awal sebagai lembaga pendidikan dengan tidak mengabaikan fungsinya sebagai tempat ibadah, dengan bukti ada masjid yang diberi nama dengan nama-nama sarjana yang biasa mengajar didalamnya, seperti Masjid al-Syafi'i, Masjid al-Syarqamani dan Masjid Abu Bakar al-Syami.
BAB II
PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM (BATAK) DI INDONESIA
Mudahnya seseorang memeluk Islam , menjadikan Islam cepat tersebar ke seluruh Nusantara. Banyak orang tua yang tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang Islam namun memiliki kesadaran akan pentingnya ilmu, memerintahkan anak-ankanya untuk pergi ke surau atau langgar untuk mengaji pada seorang guru ngaji atau guru agama. Bahkan ada pada masyarakat yang kuat religiusitanya ada suatu tradisi yang mewajibkan anak-anak yang berumur 7 tahun meninggalkan rumah dan ibunya, kemudian tinggal di surau atau langgar untuk mengaji pada guru agama. Memang pada mulanya, pendidikan Agama Islam di surau, langgar atau masjid masih sangat sederhana. Modal pokok yang mereka miliki hanya semangat menyiarkan agama bagi yang telah memiliki ilmu agama dan semangat menuntut ilmu bagi anak-anak. Mereka yang mengajar di masjid-masjid itu tanpa diangkat oleh siapapun. Banyak daerah di Indonesia, menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan pendidikan dan pengajaran.
Sejarah Pendidikan Islam Batak
Pendidikan di peradaban Batak bukanlah sesuatu yang baru. Institusi “partungkoan” bisa dikatakan sebuah media yang sudah dikenal sejak dahulu kala sebagai cara untuk meneruskan ilmu pengetahuan dan sarana pengembangan sosial bagi generasi muda berikutnya.
Sejak pertama kali kedatangan Islam ke tanah Batak melalui tanah Batak pesisir, Barus, pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting saat itu. Melihat konstelasi politik di pesisir dan tanah Batak yang berubah-ubah disinyalir bahwa sistem pendidikan Islam di tanah Batak juga berubah-ubah.
Seperti diketahui, ada dua aliran besar yang pernah memasuki tanah Batak. Pertama adalah kalangan Sunni dengan empat mazhabnya: Syafii, Maliki, Hambali dan Hanafi. Namun nampaknya pengaruh mazhab maliki tidak terlalu nampak dalam kedudayaan Islam di tanah Batak. Satu aliran lain adalah dari golongan syiah yang sudah dianggap sesat oleh Ulama Arab Saudi dan MUI akan tetapi ternyata paling kuat menancapkan pengaruhnya di tanah Batak.
Bisa dikatakan bahwa syiahlah yang pertama sekali membentuk sistem pendidikan keagaaman di tanah Batak melalui Barus, pantai barat sumatera dan porsea dan kota-kota Batak lainnnya yang dialiri sungai asahan, dimana sumber airnya berasal dari danau Toba.
Sistem pendidikan syiah tersebut, merupakan sistem tyang lazim dipakai di negeri-negeri Islam di tanah Arab saat itu. Perlu diketahui bahwa Universitas Al Azhar merupakan istitusi pendidikan tertua yang didirikan oleh kaum syiah. Salah satu sisa dari kejayaan syiah di tanah Batak adalah praktek tasawuf dan tarekat yang masih diamalkan oleh tetua Batak di pedalaman Batak. Sistem tarekat ini terkenal dengan sistem pembelajaran yang menggunakan kelambu. Pusat-pusat pengembangannya adalah di tanah Batak selatan, Barus dan lain sebagainya. Orang-orang dari tanah Batak utara biasanya akan pergi ke daerah-daerah tersebut untuk menimba ilmu dan mengamalkannya di kampung halaman masing-masing dengan istilah “mangaji“.
Pengaruh dari Hanafi dibawa oleh warga muslim Cina yang banyak datang berdagang di kawasan Batak Simalungun. Namun, sistem yang dibawa oleh kalangan Cina tersebut menyatu dengan sistem yang dibawa oleh orang-orang Persia, yang syiah sehingga sampai sekarang tidak terlalu terasa pengaruhnya. Sistem pendidikan hanafi menekankan kepada kemampuan analisa akal yang dibarengi oleh arguentasi-argumentasi dari kitab suci. Di pedalaman Batak, sistem ini ternyata sangat manjur karena kurangnya kesempatan mereka untuk kontak dengan ulama atau da’i yang tidak selalu datang untuk meng-upgrade atau memberi solusi atas masalah-masalah dan pengetahuan mereka ke desa-desa mereka yang terisolir.
Sistem pendidikan hambali yang ditandai atas kepatuhan dan kejuhudan serta penghormatan terhadap tradisi nabi mulai diterapkan saat masuknya orang-orang Padri ke tanah Batak. Sementara itu sistem syafii, yang menekankan hukum-hukum fiqih, baru terasa belakangan saat hubungan antara penduduk Batak dengan dunia luar sudah sangat minim akibat penjajahan Belanda. Paska kemerdekaan, sistem syafii ini pula yang banyak diberlakukan.
Yang dimaksud dengan sistem syafii adalah sistem pendidikan yang diterapkan oleh kalangan muslim yang bermazhab syafii di seluruh dunia. Begitu juga dengan sistem lainnya. Kalangan syafii, khusunya di Indonesia, menekankan pembelajaran kepada tokoh dan individu yang dianggap mahir dalam ilmu fiqih. Sehingga masalah dan ilmu pengetahuan apapunm yang akan mereka hadapi akan didasarkan kepada paradigma berpikir fiqhiyah.
Kalangan hambali lebih menekankan jalur hadits dan al-Quran, sedangkan kalangan hanafi lebih menekankan kemampuan filosofi dan ilmu kalam. Sementara itu kalangan syiah, sebagai sistem pendidikan yang paling tua di tanah Batak lebih menekankan kepada kemampuan memahami fenomena dunia melalui tarekat dan suluk. Agama parmalim di tanah Batak diyakini merupakan sistem kepercayaan tradisional Batak yang banyak dipengaruhi oleh cara berpikir tarekat dan suluk yang banyak berkembang di Barus pada awal-awal masuknya Islam. Istilah malim sendiri, yang berarti seorang yang dianggap parmalim, sama-sama dipakai oleh kalangan Islam dan Parmalim paska pengkristalan kepercayaan ini menjadi sebuah agama, juga berarti seorang yang alim dan dekat dengan Tuhan.
Walaupun begitu, semua sistem pendidikan tersebut, bisa saja memakai cara yang sama ketika berhadapan dengan masalah-masalah sehari-hari. Misalnya semua sistem terbut akan menggunakan ilmu hisab, ilmu hayat dan al jabar serta ilmu-ilmu lainnya untuk menangani hal-hal yang dianggap masalah duniawiyah.
Berikut adalah angka tahun pendidikan Islam di tanah Batak. Yang meliputi tanah Batak pedalaman yang sering disebut pusat tanah Batak atau Batak utara, Barus, Mandailing, Angkola atau Batak selatan, Gayo, Simalungun, Karo dan kawasan Batak di sekitar sungai Asahan sampai ke hilir sungainya di sumatera bagian timur.
1. 633-661 M
Disinyalir pemerintahan Khulafa’ Al Rasyidin telah menjalin hubungan dengan beberapa kerajaan di Sumatera, termasuk Batak. Tapi hubungan itu masih sekedar hubungan antar negara dalam sebuah upaya untuk menjalin hubungan kerjasama ekonomi. Kapur barus, emas, merica dan rempah-rempah lainnya. Sumatera dikenal dengan istilah Zabag. Beberapa catatan mengenai kedatangan utusan dan pelaut muslim ke Barus dan pelabuhan sumatera lainnya yang dikuasasi Sriwijaya pernah didokumentasikan.
2. 661-750
Pelaut-pelaut Arab yang Islam mulai berdatangan secara intens di masa pemerintahan Dinasti Umayyah. Kedatangan mereka untu misi dagang tersebut telah membentuk kantong-kantong muslim di tanah Batak, khususnya Barus, yang tentunya terjadinya transfer ilmu pengetahuan kepada penduduk setempat melalui medium non-formal.
3. 718-726
Islam berkembang pesat di tanah Barus. Di lain pihak Islam berkembang di Sumatera masuknya beberapa raja Sriwijaya kepada Islam. Diantaranya Sri Indra Warman di Jambi.
4. 730
Pedagang Arab di pesisir Sumatera mendapat persaingan dari pedagang Cina yang sangat aktif menyebarkan agama buddha mahayana. Kerajaan-kerajaan buddha dengan Sriwijaya-nya menjadi kekuatan yang sangat kuat menguasai sebagian besar pelabuhan-pelabuhan penting di Nusantara. Diyakini orang-orang Sriwijaya ini juga berhasil memasukkan ajaran Buddha ke komunitas Batak khusunya yang di Mandailing.
5. 851
Seorang pedagang Arab berhasil mendokumentasikan kedatangannya di kota Barus. Laporan Sulaiman itu pada tahun 851 M membicarakan tentang penambangan emas dan perkebunan barus (kamper) di Barus (Ferrand 36). Disinyalir bahwa para pendatang asing seperti Romawi, Yunani, Arab, Cina, India, Persia dan dari kepulauan Indonesia lainnya telah membangun kantong-kantong pemukiman yang lengkap dengan prasarana pendukungnya di Barus. Penambangan emas dan perkebunan kamper tersebut merupakan contoh bahwa kedua komoditas ini telah diolah secara modern dan bukan didapat secara tradisional di hutan-hutan.
Sekarang ini ahli sejarah menemukan bukti-bukti arkeologis yang memperkuat dugaan bahwa sebelum munculnya kerajaan-kerajaan Islam yang awal di Sumatera seperti Peurlak dan Samudera Pasai, yaitu sekitar abad-9 dan 10, di Barus telah terdapat kelompok-kelompok masyarakat Muslim dengan kehidupan yang cukup mapan (Dada Meuraxa dalam Ali Hasymi, Sejarah Masuk dan Perkembangan Islam di Indonesia, bandung PT Al Ma’arif 1987). Kehidupan yang mapan itu pula memungkinkan mereka untuk hidup secara permanen di kawasan ini yang sudah pasti didukung oleh sarana pengembangan ilmu pengetahuan agar mereka tidak tertinggal dengan pesaing lainnya.
Sebagai pelabuhan yang sangat masyhur, Barus menjadi tujuan pendidikan tertua bagi masyarakat Batak. Hal ini dikarenakan bahwa Barus merupakan wilayah Batak yang paling mudah dicapai oleh orang-orang Batak dari pedalaman yang ingin menimba ilmu. Jalan-jalan menuju Barus telah dirintis rapi oleh pedagang-pedagang Batak yang ingin menjual kemenyan dan membeli produk jadi dari Barus. Sampai era tahun 1980-an, madrasah-madrasah tradisional Barus masih menjadi primadona tujuan pendidikan di tanah Batak sebelum akhirnya digantikan oleh Mandailing dengan pesantren-pesantrennya yang sudah modern.
Masuknya gelombang pedagang dan saudagar ke Barus mengakibatkan penduduk lokal Batak di lokasi tersebut; Singkil, Fansur, Barus, Sorkam, Teluk Sibolga, Sing Kwang dan Natal memeluk Islam setelah sebelumnya beberapa elemen sudah menganutnya. Walaupun begitu, mayoritas masyarakat Batak di sentral Batak masih menganut agama asli Batak.
Kelompok Marga Tanjung di Fansur, marga Pohan di Barus, Batu Bara di Sorkam kiri, Pasaribu di Sorkam Kanan, Hutagalung di Teluk Sibolga, Daulay di Sing Kwang merupakan komunitas Islam pertama yang menjalankan Islam dengan kaffah.
6. 900
Ibnu Rustih kurang lebih pada tahun 900 M menyebut Fansur, nama kota di Barus, sebagai negeri yang paling masyhur di kepulauan Nusantara (Ferrand 79). Sementara itu tahun 902, Ibn Faqih melaporkan bahwa Barus merupakan pelabuhan terpenting di pantai barat Sumatera (Krom 204).
Sambil berdagang, para saudagar-saudagar Batak, marga Hutagalung, Pasaribu, Pohan dan Daulay biasanya akan memberikan ceramah dan majlis pendidikan kepada penduduk Batak pedalaman. Tradisi ini masih berlangsung sampai era 1980-an di negeri Rambe, Sijungkang dan lain sebagainya. Di daerah Bakkara, komunitas yang aktif dalam pendidikan Islam adalah kalangan Marpaung sejak abad-15. Pembelajaran secara cuma-cuma dan gratis ini bisa diartikan sebagai taktik dagang untuk mendekatkan mereka dengan penduduk setempat.
7. 976-1168
Paham syiah mulai datang ke daerah Barus. Hal itu karena ekspansi perdagangan Dinasti Fatimiyah Mesir.
8. 1128-1204
Kota Barus, dan beberapa daerah Batak lainnya seperti Gayo pernah direbut oleh Kesultanan Daya Pasai, dengan rajanya Kafrawi Al Kamil. Ekspanasi ini terlaksana dengan motif monopoli perekonomian. Sistem pendidikan yang lebih sitematis dari kalangan syiah menjadi marak di Barus dan daerah Batak lainnya. Kalangan intelektual Batak mulai unjuk gigi. Khususnya mereka kawin campuran dengan pedagang asing dari Arab, India dan Persia. Namun penguasaan pihak Aceh tersebut berlangsung hanya sementara. Di Barus kepemimpinan Dinasti Pardosi yang menjadi penguasa tunggal menjadi kesultanan Batak muslim yang sangat kuat. Kesultanan ini mempunyai aliansi yang kuat dengan Aceh, khusunya Singkel dan Meulaboh.
Kerajaan Batak Hatorusan yang menjadi penguasa di Barus dan pesisir Sumatera bagian barat sejak abad sebelum masehi tidak tampak hegemoninya. Disinyalir keturunannya menjadi raja-raja huta di Sorkam dengan penduduknya yang bermarga Pasaribu. Pada abad ke-16, Kerajaan Hatorusan ini muncul kembali dengan naiknya Sultan Ibrahimsyah Pasaribu menjadi Sultan Barus Hilir. Dinasti Pardosi kemudian dikenal sebagai Sultan Barus Hulu.
Persaingan politik antar mereka membuat kedua kesultanan ini sering berpecah. Sultan di Hulu lebih dekat kepada Aceh dan yang di Hilir lebih dekat kepada Minang. Minang dan Aceh sendiri merupakan dua kekuatan yang saling berkompetisi dalam memperebutkan pengaruh di Barus. Baik pada saat mereka Islam maupun Buddha dan Hindu.
Kalangan intelektual Arab mulai berdatangan ke Barus. Ekspor kapur barus meningkat tajam seiring dengan meningkatnya permintaan. Barus menjadi rebutan banyak kekuatan asing dan lokal. Pada permulaan abad ke-12, seorang ahli geografi Arab, Idrisi, memberitakan mengenai ekport kapur di Sumatera (Marschall 1968:72). Kapur bahasa latinnya adalah camphora produk dari sebuah pohon yang bernama latin dryobalanops aromatica gaertn. Orang Batak yang menjadi produsen kapur menyebutnya hapur atau todung atau haboruan.
Beberapa istilah asing mengenai Sumatera adalah al-Kafur al-Fansuri dengan istilah latin Canfora di Fanfur atau Hapur Barus dalam bahasa Batak dikenal sebagai produk terbaik di dunia (Drakard 1990:4) dan produk lain adalah Benzoin dengan bahasa latinnya Styrax benzoin. Semua ini adalah produk-produk di Sumatera Barat Laut dimana penduduk aslinya adalah orang-orang Pakpak dan Toba (Associate Prof. Dr Helmut Lukas, Bangkok 2003).
9. 1275-1292
Orang-orang Hindu Jawa mulai unjuk gigi dengan Ekspedisi Pamalayu kerajaan Singosari. Beberapa daerah Batak dijadikan menjadi kerajaan Hindu, khususnya yang di Simalungun. Pihak Hindu Jawa yang menggantikan kekuatan Buddha mengancam perdagangan saudagar-saudagar muslim yang didukung oleh Kesultanan Daya Pasai dengan beberapa sekutunya seperti Kesultanan Samudera Pasai, Kesultanan Kuntu Kampar, Aru Barumun, Bandar Kalipah dan lain-lain.
10. 1285-1522
Kesultanan Samudera Pasai mulai tampak ke permukaan dengan raja pertamanya Sultan Malik Al Shaleh, seorang putera Batak Gayo, bekas prajurit Kesultanan Daya Pasai. Samudera Pasai berdiri di atas puing-puing kerajaan Nagur di sungai Pasai, yang dirobohkan oleh orang Batak Karo.
Uniknya, kesultanan ini telah memakai paham syafii yang menjadi kompetitor terhadap syiah yang sudah lama menancapkan kekuatan politik dan budayanya kepada masyarakat Indonesia. Sistem pendidikan ala syafii mulai masuk ke tanah Batak.
Kesultanan Samudera Pasai sekarang ini dikenal sebagai kesultanan Aceh karena secara geografis memang terletak di tanah Aceh. Namun sebagai sebuah kesultanan yang dibangun oleh maha putera Batak Gayo dari Nagur, posisinya tidak dapat dihilangkan dalam percaturan sistem budaya dan pendidikan di tanah Batak.
Kerabat Sultan Malik Al Shaleh, yakni Syarif Hidayat Fatahillah merupakan tokoh yang mendirikan kota Jakarta dan menjadi Sultan Banten (Emeritus) dan ikut serta mendirikan Kesultanan Cirebon. Dia, yang dikenal sebagai Sunan Gunung Jati, adalah tokoh yang berhasil menyelamatkan penduduk pribumi dari amukan bangsa Portugis.
Sultan Malik Al Shaleh sendiri lahir di Nagur, di tanah Batak Gayo. Dia adalah mantan prajurit Kesultanan Daya Pasai. Sebuah kerajaan yang berdiri di sisa-sisa kerajaan Nagur atau tanah Nagur. Nama lahirnya adalah Marah Silu. Marah berasal dari kata Meurah yang artinya ketua. Sedangkan Silu adalah marga Batak Gayo.
Sepeninggalannya (1285-1296) dia digantikan oleh anaknya Sultan Malik Al Tahir (1296-1327). Putranya yang lain Malik Al Mansyur pada tahun 1295 berkuasa di barumun dan mendirikan Kesultanan Aru Barumun pada tahun 1299.
Malik Al Mansyur sangat berbeda keyakinannya dengan keluarganya yang sunni. Dia adalah penganut taat syiah yang kemudian menjadikan kesultanannya sebagai daerah syiah. Dengan demikian dia dapat dijadikan sebagai tokoh Batak Syiah (Gayo). Semua ini dikarenakan karena dia menikah dengan putri Nur Alam Kumala Sari binti Sultan Muhammad Al Kamil, pemimpin di Kesultanan Muar Malaya yang syiah.
Kekuasaan Kesultanan Aru Barumun terletak di sekitar area sungai Barumun yang menjadi titik penting perdagangan antara Padanglawas sampai Sungai Kampar. Penghasilan negara didapat dari ekspor dan impor merica dan lain sebagainya.
Kesultanan Aru barumun berhubungan baik dengan pihak Cina pada era Dinasti Ming (1368-1643). Pada periode 1405-1425 beberapa utusan dari Cina pernah singgah, di antaranya Laksamana Ceng Ho dan Laksamana Haji Kung Wu Ping. Di era ini paham Hanafi ikut serta dalam memperkaya khazanah sistem pendidikan di tanah Batak, karena para utusan dari Cina yang muslim tersebut menganut faham hanafi dalam praktek sehari-hari.
Dinasti Batak Gayo di Kesultanan Barumun adalah sebagai berikut:
1. Sultan Malik Al Mansyur (1299-1322)
2. Sultan Hassan Al Gafur (1322-1336)
3. Sultan Firman Al Karim (1336-1361), pada era nya banyak bertikai dengan kekuatan imperialis Jawa Majapahit. Di bawah panglima Laksamana Hang Tuah dan Hang Lekir, pasukan marinir Aru Barumun berkali-kali membendung kekuatan Hindu Majapahit dari Jawa.
4. Sultan Sadik Al Quds (1361). Wafat akibat serangan jantung.
5. Sultan Alwi Al Musawwir (1361-1379)
6. Sultan Ridwan Al Hafidz (1379-1407). Banyak melakukan hubungan diplomatik dengan pihak Cina
7. Sultan Hussin Dzul Arsa yang bergelar Sultan Haji. Pada tahun 1409 dia ikut dalam rombongan kapal induk Laksamana Cengho mengunjungi Mekkah dan Peking di zaman Yung Lo. Dia terkenal dalam annals dari Cina pada era Dinasti Ming dengan nama ‘Adji Alasa’ (A Dji A La Sa). Orang Batak yang paling dikenal di Cina.
8. Sultan Djafar Al Baki (1428-1459). Meninggal dalam pergulatan dengan seekor Harimau.
9. Sultan Hamid Al Muktadir (1459-1462), gugur dalam sebuah pandemi.
10. Sultan Zulkifli Al Majid. Lahir cacat; kebutaan dan pendengaran. Pada tahun 1469, kesultanan Aru Barumun diserang oleh kesultanan Malakka, atas perintah Sultan Mansyur Syah yang memerintah antara tahun 1441-1476. Kota pelabuhan Labuhanbilik dibumihanguskan dan Angkatan Laut Kesultanan Aru Barumun dimusnahkan.
11. Sultan Karim Al Mukji (1471-1489)
12. Sultan Muhammad Al Wahid (1489-1512). Gugur dalam pertempuran melawan bajak laut Portugis.
13. Sultan Ibrahim Al Jalil (1512-1523) ditawan dan diperalat oleh Portugis.
Semua anggota dinasti di atas adalah bersuku Batak Gayo. Saat menurunnya kekuasaan Kesultan Aru, maka pihak Aceh mulai menancapka hegemoninya di Aru Barumun. Pihak Aceh berkompetisi dengan para bajak laut Eropa di kekosongan kekuatan politik di daerah tersebut.
Pada tahun 1802-1816, di bawah pimpinan Fachruddin Harahap, seorang Batak Mandailing, dengan gelar Baginda Soripada, penduduk khususnya dari Gunung Tua merebut bagian hulu dari bekas Kesultanan Aru Barumun. Semua lambang kerajaan disita termasuk cap dan simbol-simbol lainnya.
11. 1331-1364
Era Majapahit. Hegemoni kekuatan Imperialisme Hindu Jawa di Nusantara, tak terkecuali tanah Batak. Perkembangan pendidikan di tanah Batak sedikit tidak mengalami penambahan yang signifikan. Kekuatan penduduk yang menjadi militer di tanah Batak sibuk membendung kekuatan Majapahit dengan bantuan pihak Aceh.
Panglima Mula Setia dan Samudera Pasai berhasil mengusir kekuatan Majapahit dari Sumatera bagian Utara. Pada tahun 1409, tentara Majapahit dimusnahkan oleh kekuatan tentara Pagarruyung di Minang, Sumatera Barat. Kekuatan Majapahit melemah.
12. 1345
Kedatangan para intelektual Arab dan asing kembali terjadi di beberapa kota pelabuhan di Sumatera. Tidak terkecuali Barus. Pada abad-13 Ibnu Said membicarakan peranan Barus sebagai pelabuhan dagang utama untuk wilayah Sumatera (Ferrand 112).
13. 1450-1515
Samudera Pasai menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan sosial mazhab syafii yang bersaing melawan pusat-pusat pendidikan dan sosial syiah yang banyak bertebaran di beberapa tempat di Sumatera termasuk tanah batak.
14. 1451
Misi pedagang dari Malaka yang menjadi sekutu Samudera Pasai berhasil menjalin kerjasama ekonomi dengan para saudagar Batak di sepanjang sungai Asahan. Tokoh seperti Datuk Sahilan menjadi inspirator bagi saudagar Batak untuk masuk agama Islam (Syafii). Di pedalaman Batak pada tahun 1450-1500 M, Islam menjadi agama resmi orang-orang Batak Toba, khususnya dari kelompok marga Marpaung yang bermukim di aliran sungai Asahan. Demikian juga halnya dengan Batak Simalungun yang bermukim di Kisaran, Tinjauan, Perdagangan, Bandar, Tanjung Kasau, Bedagai, Bangun Purba dan Sungai Karang.
Antara tahun 1450-1818 M, kelompok marga Marpaung menjadi supplaier utama komoditas garam ke Tanah Batak di pantai timur. Mesjid pribumi pertama didirikan oleh penduduk setempat di pedalaman Tanah Batak; Porsea, lebih kurang 400 tahun sebelum mesjid pertama berdiri di Mandailing. Menyusul setelah itu didirikan juga mesjid di sepanjang sungai Asahan antara Porsea dan Tanjung Balai. Setiap beberapa kilometer sebagai tempat persinggahan bagi musafir-musafir Batak yang ingin menunaikan sholat. Mesjid-mesjid itu berkembang, selain sebagai termpat ibadah, juga menjadi tempat transaksi komoditas perdagangan.
Dominasi pedagang muslim marga Hutagalung dalam bidang ekonomi di Tanah Batak terjadi antara 1513-1818 M. Komunitas Hutagalung dengan karavan-karavan kuda menjadi komunitas pedagang penting yang menghubungkan Silindung, Humbang Hasundutan dan Pahae. Marga Hutagalung di Silindung mendirikan mesjid lokal kedua di Silindung. Marga Hutagalung menjadi komunitas Islam syiah di pedalaman Batak.
16. Abad 15-16
Barus dengan kepemimpinan Dinasti Pardosi yang menjadi Sultan Hulu dan Dinasti Pasaribu yang menjadi Sultan Hilir Barus, membangun sistem pendidikan yang modern di Barus. Zaman kejayaan pendidikan Islam muncul di era ini. Beberapa tokoh intelektual lokal bermunculan. Barus menjadi kota tujuan utama musafir asing.
Pada permulaan abad-16, Tome Pires-seorang pengembara Portugis- yang terkenal dan mencatat di dalam bukunya “Suma Oriental” bahwa Barus merupakan sebuah kerajaan kecil yang merdeka, makmur dan ramai didatangi para pedaganga asing.
Dia menambahkan bahwa di antara komoditas penting yang dijual dalam jumlah besar di Barus ialah emas, sutera, benzoin, kapur barus, kayu gaharu, madu, kayu manis dan aneka rempah-rempah (Armando Cartesao, The Suma Oriental of Tome Pires and The Book of Rodrigues, Nideln-Liechtenstein: Kraus Reprint Ltd,.1967; hal. 161-162).
Seorang penulis Arab terkenal Sulaiman al-Muhri juga mengunjungi Barus pada awal abad ke-16 dan menulis di dalam bukunya al-Umdat al-Muhriya fi Dabt al-Ulum al-Najamiyah (1511) bahwa Barus merupakan tujuan utama pelayaran orang-orang Arab, Persia dann India. Barus, tulis al-Muhri lagi, adalah sebuah pelabuhan yang sangat terkemuka di pantai Barat Sumatera.
Pada pertengahan abad ke-16 seorang ahli sejarah Turki bernama Sidi Ali Syalabi juga berkunjung ke Barus, dan melaporkan bahwa Barus merupakan kota pelabuhan yang penting dan ramai di Sumatera. (Lihat. L.F. Brakel, Hamza Pansuri, JMBRAS vol. 52, 1979).
Sebuah misi dagang Portugis mengunjungi Barus pada akhir abad ke-16, dan di dalam laporannya menyatakan bahwa di kerajaan Barus, benzoin putih yang bermutu tinggi didapatkan dalam jumlah yang besar. Begitu juga kamfer yang penting bagi orang-orang Islam, kayu cendana dan gaharu, asam kawak, jahe, cassia, kayu manis, timah, pensil hitam, serta sulfur yang dibawa ke Kairo oleh pedagang-pedagang Turki dan Arab. Emas juga didapatkan di situ dan biasanya dibawa ke Mekkah oleh para pedagang dari Minangkabau, Siak, Indragiri, Jambi, Kanpur, Pidie dan Lampung. (Lihat B.N. Teensma, “An Unkown Potugese Text on Sumatera from 1582?, BKI, dell 145, 1989.
Syair-syair Hamzah Fansuri menggambarkan keindahan kota Barus saat itu. Keramaian dan kesibukan kota pelabuhan dengan pasar-pasar dan pandai emasnya yang cekatan mengubah emas menjadi “ashrafi”, kapal-kapal dagang besar yang datang dan pergi dari dan ke negeri-negeri jauh, para penjual lemang tapai di pasar-pasar, proses pembuatan kamfer dari kayu barus dan keramaian pembelinya, lelaki-lelaki yang memakai sarung dan membawa obor yang telah dihiasi dalam kotak-kotak tempurung bila berjalan malam.
Gadis-gadis dengan baju kurung yang anggun dan di leher mereka bergantung kalung emas penuh untaian permata, yang bila usia nikah hampir tiba akan dipingit di rumah-rumah anjung yang pintu-pintunya dihiasi berbagai ukiran yang indah.
Pada bagian lain syair-syairnya juga memperlihatkan kekecewaanya terhadap perilaku politik sultan Aceh, para bangsawan dan orang-orang kaya yang tamak dan zalim. (Mengenai kesusateraan Hamzah Fansuri lihat S.N. al-Attas, The Origin of Malays Sha’ir, Kulala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1968. Juga baca V.I. Braginsky, Tasawuf dan Sastra Melayu, Jakarta: RUL,. 1993, khususnya esai “Sekali Lagi Tentang Asal-usul Sya’ir”; hal 63-76.
Hamzah Fansuri yang hidup di masa perebutan kekuatan maritim antara Aceh dan Minang mendapat pengaruh besar di kalangan intelektual Aceh. Van Nieuwenhuijze (1945) dan Voerhoeve (1952) berpendapat bahwa Hamzah Fansuri memainkan peran penting di dalam kehidupan kerohanian di Aceh sampai akhir pemerintahan Sultan Ala’uddin Ri’ayat Syah Sayyid al-Mukammil (1590-1604).
Sementara itu muridnya Syamsuddin al-Sumatrani naik peranannya baru pada zaman Sultan Iskandar Muda saat dia bermigrasi ke Aceh. Diyakini dalam mundurnya pamor Barus, banyak sarjana-sarjana Batak yang pindah ke Aceh, Kutaraja, karena kehadiran mereka disana sangat disegani. Mengenai Syamsuddin sebaiknya baca C.A.O. Niewenhujze, Syamsu’l Din van Pasai, Bijdrage tot de Kennis der Sumatranche Mystiek, disertasi Universitas Leiden, 1945.
Namun pemikiran filsafat Wujudiyah Hamzah Fansuri mendapat tantangan dari ulama Aceh. Ahmad Daudy di dalam bukunya Allah dan Manusia dalam konsepsi Syeikh Nuruddin Ar-Raniry, Jakarta; CV Rajawaki Press, 1983; hal. 41, antara lain menulis, “Selain sebagai mufti, Syeikh Nuruddin juga seorang penulis yang menyanggah Wujudiyah. Seringkali ia mengadakan perdebatan dengan penganut ajaran ini, dan kadang-kadang majelis diskusi diakadakan di istana dimana sultan sendiri menyaksikannya.
Dalam perdebatan itu Syeikh Nuruddin berkali-kali memperlihatkan adanya kelemahan dan penyimpangan dalam ajaran Wujudiyah…., serta meminta agar mereka ini bertobat… tetapi himbauannya tidak dihiraukan mereka, dan akhirnya mereka dihukum kafir yang boleh dibunuh, sedangkan kitab-kitab karangan Hamzah dan Syamsuddin dikumpulkan dan kemudian dibakar di halaman mesjid raya Baiturrahman.”
Tentang peristiwa pembakaran kitab karangan penulis Wujudiyah, dan hukum bunuh terhadap pengikut-pengikut Hamzah Fansuri dan Syamsuddin, Lihat buku Nuruddin al-Raniry, Bustan al-Salatin edisi T. Iskandar, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1966: hal. 46.
Perlakuan itu diterima Hamzah Fansuri, karena kritik-kritik tajamnya terhadap pemerintahan monolitik Sultan Aceh, perilaku buruk orang-orang kaya dan praktik yoga (dari Hindu India) yang diamalkan ahli-ahli tarekat di Aceh pada awal abad ke-17, baca S.N. al-Attas The Mysticism of Hamzah Fansuri, Kuala Lumpur: Universiti malaya Press, 1970; hal. 16-17. juga baca L.F. Brakel, ‘Hamzah Pansuri’; V.I. Braginsky “Puisi Sufi Perintis Jalan” (Analisis Syair-syair Hamzah Fansuri tentang Kekasih, Anggur dan Laut”) ceramah di Sudut Penulis, Dewan Bahasa dan Pusataka, Kuala Lumpur, 27-28 Oktober 1992; juga Abdul Hadi W.M. ‘Syeikh Hamzah Fansuri ‘Ulumul Qur’an, No. 2, Vol. V, 1994.
Akibat pertentangan politik antara Barus dan Aceh, berakibat pula kepada pertentangan faham keyakinan. Intelektual Barus yang banyak condong ke paham syiah dibasmi oleh kekuatan Aceh sehingga menyebabkan kemunduran atas kemajuan pendidikan di Barus. Dikatakan bahwa orang-orang yang mendukung faham Fansur bahkan harus hidup dalam persembunyian untuk menyelamatkan jiwa mereka. Kuburan-kuburan tokoh yang sepaham dengannya sengaja tidak ditandai batu nisannya agar keberadaan mereka tidak terdeteksi oleh pihak Aceh yang penduduknya banyak berdagang di Barus.
Para sarjana Batak yang berpaham syiah mengalami kendala dalam melanjutkan sistem pendidikan di Barus yang sudah sangat modern saat itu. Praktis pendidikan di Barus dan wilayah-wilayah Batak lainnya mengalami kepunahan. Di tanah Batak sendiri hanya Parmalim yang terus eksis.
18. 1497-1513
Panglima Manang Sukka, oranga Batak Karo, mendirikan Kesultanan Haru Delitua dengan nama Sultan Makmun Al Rasyid.
19. 1697
Universitas Islam Ulakan, Pariaman, Sumatera Barat, menjadi pusat pengembangan Islam syiah dengan tokoh Syekh Burhanuddin. Pengaruh universitas ini sampai ke tanah Natal, Singkuang, teluk Sibolga dan Barus. Sumatera Barat menjadi tujuan mencari ilmu pengetahuan bagi orang-orang Batak
20. 1804-1807
Dominasi sistem pendidikan berbasis syiah yang sedikit dicampur dengan faham syafii dan hanafi mendapat kompetisi dari mazhab hambali yang muncul di Sumatera Barat dengan gerakan padrinya.
21. 1873
Sebuah mesjid di Tarutung, Silindung, dirombak oleh Belanda. Haji-haji dan orang-orang Islam, kebanyakan, dari marga Hutagalung, diusir dari tanah leluhur dan pusaka mereka di Lembah Silindung. Belanda melakukan pembersihan etnis, terhadap muslim Batak.
22. 1912
Perkembangan Islam, yang tidak diperbolehkan Belanda untuk mengecap pendidikan, walau paska kebijakan balas budi, kemudian bangkit mendirikan Perguruan Mustofawiyah. Disinyalir sebagai sekolah pribumi pertama di tanah Batak yang sudah modern dan sistematis. Peran mazhab syafii mulai terlihat.
Haji Mustofa Husein Purba Baru, dari marga Nasution, merupakan penggagas perguruan ini. Dia, yang dikenal sebagai Tuan Guru, merupakan murid dari Syeikh Muhammad Abduh, seorang reformis dan rektor Universitas Al Azhar.
Lulusan perguruan Musthofawiyah ini kemudian menyebar dan mendirikan perguruan-perguruan lain di berbagai daerah di Tanah Batak. Di Humbang Hasundutan di tanah Toba, alumnusnya yang dari Toba Isumbaon mendirikan Perguruan Al Kaustar Al Akbar pada tahun 1990-an setelah mendirikan perguruan lain di Medan tahun 1987. Daerah Tatea Bulan di Batak Selatan merupakan pusat pengembangan Islam di Sumut.
Pada tahun 1928, di tanah Batak selatan mulai memodernisasi sistem pendidikan oleh para sarjana Batak yang belajar dari berbagai universitas di luar negeri. Di antaranya Maktab Ihsaniyah di Hutapungkut Kotanopan oleh Muhammad Ali bin Syeikh Basyir. Maktab merupakan transformasi partungkoan, sebuah sistem pendidikan tradisional Batak yang berubah menjadi sikola arab dan madrasah di era berikutnya. (lihat: Pesantren Musthofawiyah Purba Baru Mandailing, Dr. H. Abbas Pulungan, Cita Pustaka Media Bandung, 2004).
Para lulusan Maktab Islamiyah Tapanuli mendirikan “Debating Club” pada tahun 1928. Dua tahun kemudian anggota “Debating Club” ikut serta dalam mendirikan Jamiatul Washliyah sebuah organisasi pendidikan dan sosial di Sumatera Utara.
Diniyah School didirikan di Botung Kotanopan tahun 1928 oleh sarjana Batak lainnya, Haji Fakhruddin Arif. Berikutnya berdiri Madrasah Islamiyah di Manambin Kotanopan tahun 1928 oleh Tuan Guru Hasanuddin.
23. 1929
Madrasah Subulussalam berdiri di Sayur Maincat Kotanopan pada tahun 1929 oleh Haji Muhammad Ilyas. Berikutnya Madrasah Syariful Majalis di Singengu Kotanopan pada tahun 1929 oleh Haji Nurdin Umar. Di Hutanamale, Maga, Kotanopan Syeikh Juneid Thala mendirikan sebuah Madrasah Islamiyah pada tahun yang sama.
24. 1930
Orang-orang Batak mendirikan Jamiatul Washliyah pada tanggal 30 November 1930. Sebuah organisasi yang bertujuan untuk mengembangkan agama dalam arti yang luas. Organisasi ini memakai mazhab syafii.
Nama Jamiatul Washliyah berarti perkumpulan yang hendak menghubungkan. Menurut Muhammad Junus, tokoh paling penting dalam organisasi ini, nama Jamiatul Washliyah dihubungkan dengan keinginnan untuk menghubungkan manusia dengan Tuhannya, menghubungkan antar sesame manusia, menghubungkan suku dengan suku antara bangsa dengan bangsa dan lain sebagainya. Lihat “Peringatan Al Djamiatul Washliyah 1/4 abad” hal 41-42; Nukman Sulaiman dalam Al Washliyah I, hal. 5.
Tiga tokoh penting dalam organisasi Al Washliyah adalah Abdurrahman Syihab, seorang organisatoris yang dapat menghimpun khalayak ramai, Udin Syamsuddin, seorang yang ahli administrasi dan Arsyad Thalib Lubis, mufti organisasi.
25. 1933
Pembentukan komisi yang bertugas mengadakan inspeksi ke sekolah-sekolah Alwashliyah untuk standarisasi mutu. Didirikan juga sebuah lembaga pendidikan yang besar di Tapanuli Selatan.
26. 1934
Penyusunan peraturan yang mengatur hubungan antar sekolah di Alwashliyah.
27. 1935
Pada tahun ini Madrasah Mardiyatul Islamiyah didirikan di Penyabungan oleh Syeikh Ja’far Abdul Qadir. Sebelumnya, sejak tahun 1929, madrasah ini dikenal dengan nama madrasah mesjid karena kegiatan pendidikannya dilakukan di sekitar sebuah mesjid sebelum dimodifikasi menjadi sistem madrasah.
28. 1936
Orang-orang Batak mendirikan Fond atau Yayasan untuk mengirimkan beberapa generasinya, khususnya yang di Alwashliyah, ke Mesir
29. 1937
Jamiatul Washliyah memberikan perhatian khusus pada pemahaman Islam khusunya mereka yang belum beragama. Di Porsea didirikan HIS. Melalui lembaga “Zending Islam” perkumpulan ini berinisiatif untuk berdakwah ke seluruh Indonesia.
30. 1940
Modernisasi pendidikan Islam Batak, khususnya yang di Alwashliyah dengan menyusun peraturan pusat untuk mengadakan ujian dan pemberian ijazah yang dikeluarkan kantor pusat di medan.
31. 1945
Sistem pendidikan modern diterapkan di tanah Batak. Banyak madrasah dan tempat pengajian tradisional diubah menjadi tsanawiyah dan aliyah dibawah departemen agama. Negatifnya adalah, institusi pendidikan di tanah Batak menjadi kerdil. Institusi yang bermutu yang lulusannya bisa ditandingkan dengan lulusan universitas modern akhirnya hanya diakui sebagai lulusan madrasah aliyah yang pengakuannya sangat minimal di tengah-tengah masyarakat. Banyak desa-desa di tanah Batak (khususnya yang utara) ditinggalkan oleh penduduknya yang muslim karena ketiadaan regenerasi kalangan pendidik
BAB III
KESIMPULAN
Mudahnya seseorang memeluk Islam , menjadikan Islam cepat tersebar ke seluruh Nusantara.
Pendidikan di peradaban Batak bukanlah sesuatu yang baru. Institusi “partungkoan” bisa dikatakan sebuah media yang sudah dikenal sejak dahulu kala sebagai cara untuk meneruskan ilmu pengetahuan dan sarana pengembangan sosial bagi generasi muda berikutnya.
Seperti diketahui, ada dua aliran besar yang pernah memasuki tanah Batak. Pertama adalah kalangan Sunni dengan empat mazhabnya: Syafii, Maliki, Hambali dan Hanafi. Namun nampaknya pengaruh mazhab maliki tidak terlalu nampak dalam kedudayaan Islam di tanah Batak. Satu aliran lain adalah dari golongan syiah yang sudah dianggap sesat oleh Ulama Arab Saudi dan MUI akan tetapi ternyata paling kuat menancapkan pengaruhnya di tanah Batak.
Orang-orang Batak mendirikan Jamiatul Washliyah pada tanggal 30 November 1930. Sebuah organisasi yang bertujuan untuk mengembangkan agama dalam arti yang luas. Organisasi ini memakai mazhab syafii.
Pembentukan komisi yang bertugas mengadakan inspeksi ke sekolah-sekolah Alwashliyah untuk standarisasi mutu. Didirikan juga sebuah lembaga pendidikan yang besar di Tapanuli Selatan.
Orang-orang Batak mendirikan Fond atau Yayasan untuk mengirimkan beberapa generasinya, khususnya yang di Alwashliyah, ke Mesir
Modernisasi pendidikan Islam Batak, khususnya yang di Alwashliyah dengan menyusun peraturan pusat untuk mengadakan ujian dan pemberian ijazah yang dikeluarkan kantor pusat di medan.
Sebuah mesjid di Tarutung, Silindung, dirombak oleh Belanda. Haji-haji dan orang-orang Islam, kebanyakan, dari marga Hutagalung, diusir dari tanah leluhur dan pusaka mereka di Lembah Silindung. Belanda melakukan pembersihan etnis, terhadap muslim Batak.
DAFTAR REFERENSI
Referensi Utama :
http://infokito.net/go.php?http://varhand.wordpress.com/2007/04/05/sejarah-pendidikan-islam-batak/
Referensi Lain :
Aksum, Madrasah : Sejarah dan Perkembangannya, Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999.
Noer, Deliar A., Administrasi Islam di Indonesia, Jakarta : CV. Rajawali, 1983.
Steenbrink, Karel A., Pesantren Madrasah Sekolah, Jakarta : PT. Pustaka LP3ES, 1994.
Tim Penyusun Departemen Agama, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta : DEPAG RI, 1986
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2001.
Yunus, Mahmud, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta : Mutiara Sumber Widya, 1968.
PENDAHULUAN
Pada masa klasik Islam , masjid mempunyai fungsi yang jauh lebih besar dan bervariasi dibandingkan fungsinya yang sekarang. Disamping sebagai tempat ibadah, masjid juga menjadi pusat kegiatan sosial dan politik umat Islam . Lebih dari itu, masjid adalah lembaga pendidikan semenjak masa paling awal Islam . Masjid pula yang menjadi pilar utama pembangunan peradaban pada suatu negeri. Inilah yang dicontohkan Rasulullah ketika pertama kali beliau menginjakan kakinya di Madinah.
Barangkali di tengah bayangan devinisi pendidikan modern, orang bisa saja meragukan apakah pada periode paling awal ini kita telah bisa menganggap masjid sebagai lembaga pendidikan. Tapi sejarah membuktikan bahwa fungsi akademis masjid berkembang cukup pesat. Pada masa Umar bin Khattab kita bisa menjumpai tenaga-tenaga pengajar yang resmi diangkat oleh khalifah untuk mengajar di masjid-masjid, seperti di Kufah, Bashrah dan Damaskus.
Fungsi masjid sebagai rumah ibadah dan lembaga pendidikan berjalan secara harmonis. Pada umumnya masjid dibangun sebagai tempat ibadah, dengan fungsi akademis sebagai fungsi sekunder. Kemudian, tak jarang masjid di bangun dengan niat awal sebagai lembaga pendidikan dengan tidak mengabaikan fungsinya sebagai tempat ibadah, dengan bukti ada masjid yang diberi nama dengan nama-nama sarjana yang biasa mengajar didalamnya, seperti Masjid al-Syafi'i, Masjid al-Syarqamani dan Masjid Abu Bakar al-Syami.
BAB II
PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM (BATAK) DI INDONESIA
Mudahnya seseorang memeluk Islam , menjadikan Islam cepat tersebar ke seluruh Nusantara. Banyak orang tua yang tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang Islam namun memiliki kesadaran akan pentingnya ilmu, memerintahkan anak-ankanya untuk pergi ke surau atau langgar untuk mengaji pada seorang guru ngaji atau guru agama. Bahkan ada pada masyarakat yang kuat religiusitanya ada suatu tradisi yang mewajibkan anak-anak yang berumur 7 tahun meninggalkan rumah dan ibunya, kemudian tinggal di surau atau langgar untuk mengaji pada guru agama. Memang pada mulanya, pendidikan Agama Islam di surau, langgar atau masjid masih sangat sederhana. Modal pokok yang mereka miliki hanya semangat menyiarkan agama bagi yang telah memiliki ilmu agama dan semangat menuntut ilmu bagi anak-anak. Mereka yang mengajar di masjid-masjid itu tanpa diangkat oleh siapapun. Banyak daerah di Indonesia, menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan pendidikan dan pengajaran.
Sejarah Pendidikan Islam Batak
Pendidikan di peradaban Batak bukanlah sesuatu yang baru. Institusi “partungkoan” bisa dikatakan sebuah media yang sudah dikenal sejak dahulu kala sebagai cara untuk meneruskan ilmu pengetahuan dan sarana pengembangan sosial bagi generasi muda berikutnya.
Sejak pertama kali kedatangan Islam ke tanah Batak melalui tanah Batak pesisir, Barus, pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting saat itu. Melihat konstelasi politik di pesisir dan tanah Batak yang berubah-ubah disinyalir bahwa sistem pendidikan Islam di tanah Batak juga berubah-ubah.
Seperti diketahui, ada dua aliran besar yang pernah memasuki tanah Batak. Pertama adalah kalangan Sunni dengan empat mazhabnya: Syafii, Maliki, Hambali dan Hanafi. Namun nampaknya pengaruh mazhab maliki tidak terlalu nampak dalam kedudayaan Islam di tanah Batak. Satu aliran lain adalah dari golongan syiah yang sudah dianggap sesat oleh Ulama Arab Saudi dan MUI akan tetapi ternyata paling kuat menancapkan pengaruhnya di tanah Batak.
Bisa dikatakan bahwa syiahlah yang pertama sekali membentuk sistem pendidikan keagaaman di tanah Batak melalui Barus, pantai barat sumatera dan porsea dan kota-kota Batak lainnnya yang dialiri sungai asahan, dimana sumber airnya berasal dari danau Toba.
Sistem pendidikan syiah tersebut, merupakan sistem tyang lazim dipakai di negeri-negeri Islam di tanah Arab saat itu. Perlu diketahui bahwa Universitas Al Azhar merupakan istitusi pendidikan tertua yang didirikan oleh kaum syiah. Salah satu sisa dari kejayaan syiah di tanah Batak adalah praktek tasawuf dan tarekat yang masih diamalkan oleh tetua Batak di pedalaman Batak. Sistem tarekat ini terkenal dengan sistem pembelajaran yang menggunakan kelambu. Pusat-pusat pengembangannya adalah di tanah Batak selatan, Barus dan lain sebagainya. Orang-orang dari tanah Batak utara biasanya akan pergi ke daerah-daerah tersebut untuk menimba ilmu dan mengamalkannya di kampung halaman masing-masing dengan istilah “mangaji“.
Pengaruh dari Hanafi dibawa oleh warga muslim Cina yang banyak datang berdagang di kawasan Batak Simalungun. Namun, sistem yang dibawa oleh kalangan Cina tersebut menyatu dengan sistem yang dibawa oleh orang-orang Persia, yang syiah sehingga sampai sekarang tidak terlalu terasa pengaruhnya. Sistem pendidikan hanafi menekankan kepada kemampuan analisa akal yang dibarengi oleh arguentasi-argumentasi dari kitab suci. Di pedalaman Batak, sistem ini ternyata sangat manjur karena kurangnya kesempatan mereka untuk kontak dengan ulama atau da’i yang tidak selalu datang untuk meng-upgrade atau memberi solusi atas masalah-masalah dan pengetahuan mereka ke desa-desa mereka yang terisolir.
Sistem pendidikan hambali yang ditandai atas kepatuhan dan kejuhudan serta penghormatan terhadap tradisi nabi mulai diterapkan saat masuknya orang-orang Padri ke tanah Batak. Sementara itu sistem syafii, yang menekankan hukum-hukum fiqih, baru terasa belakangan saat hubungan antara penduduk Batak dengan dunia luar sudah sangat minim akibat penjajahan Belanda. Paska kemerdekaan, sistem syafii ini pula yang banyak diberlakukan.
Yang dimaksud dengan sistem syafii adalah sistem pendidikan yang diterapkan oleh kalangan muslim yang bermazhab syafii di seluruh dunia. Begitu juga dengan sistem lainnya. Kalangan syafii, khusunya di Indonesia, menekankan pembelajaran kepada tokoh dan individu yang dianggap mahir dalam ilmu fiqih. Sehingga masalah dan ilmu pengetahuan apapunm yang akan mereka hadapi akan didasarkan kepada paradigma berpikir fiqhiyah.
Kalangan hambali lebih menekankan jalur hadits dan al-Quran, sedangkan kalangan hanafi lebih menekankan kemampuan filosofi dan ilmu kalam. Sementara itu kalangan syiah, sebagai sistem pendidikan yang paling tua di tanah Batak lebih menekankan kepada kemampuan memahami fenomena dunia melalui tarekat dan suluk. Agama parmalim di tanah Batak diyakini merupakan sistem kepercayaan tradisional Batak yang banyak dipengaruhi oleh cara berpikir tarekat dan suluk yang banyak berkembang di Barus pada awal-awal masuknya Islam. Istilah malim sendiri, yang berarti seorang yang dianggap parmalim, sama-sama dipakai oleh kalangan Islam dan Parmalim paska pengkristalan kepercayaan ini menjadi sebuah agama, juga berarti seorang yang alim dan dekat dengan Tuhan.
Walaupun begitu, semua sistem pendidikan tersebut, bisa saja memakai cara yang sama ketika berhadapan dengan masalah-masalah sehari-hari. Misalnya semua sistem terbut akan menggunakan ilmu hisab, ilmu hayat dan al jabar serta ilmu-ilmu lainnya untuk menangani hal-hal yang dianggap masalah duniawiyah.
Berikut adalah angka tahun pendidikan Islam di tanah Batak. Yang meliputi tanah Batak pedalaman yang sering disebut pusat tanah Batak atau Batak utara, Barus, Mandailing, Angkola atau Batak selatan, Gayo, Simalungun, Karo dan kawasan Batak di sekitar sungai Asahan sampai ke hilir sungainya di sumatera bagian timur.
1. 633-661 M
Disinyalir pemerintahan Khulafa’ Al Rasyidin telah menjalin hubungan dengan beberapa kerajaan di Sumatera, termasuk Batak. Tapi hubungan itu masih sekedar hubungan antar negara dalam sebuah upaya untuk menjalin hubungan kerjasama ekonomi. Kapur barus, emas, merica dan rempah-rempah lainnya. Sumatera dikenal dengan istilah Zabag. Beberapa catatan mengenai kedatangan utusan dan pelaut muslim ke Barus dan pelabuhan sumatera lainnya yang dikuasasi Sriwijaya pernah didokumentasikan.
2. 661-750
Pelaut-pelaut Arab yang Islam mulai berdatangan secara intens di masa pemerintahan Dinasti Umayyah. Kedatangan mereka untu misi dagang tersebut telah membentuk kantong-kantong muslim di tanah Batak, khususnya Barus, yang tentunya terjadinya transfer ilmu pengetahuan kepada penduduk setempat melalui medium non-formal.
3. 718-726
Islam berkembang pesat di tanah Barus. Di lain pihak Islam berkembang di Sumatera masuknya beberapa raja Sriwijaya kepada Islam. Diantaranya Sri Indra Warman di Jambi.
4. 730
Pedagang Arab di pesisir Sumatera mendapat persaingan dari pedagang Cina yang sangat aktif menyebarkan agama buddha mahayana. Kerajaan-kerajaan buddha dengan Sriwijaya-nya menjadi kekuatan yang sangat kuat menguasai sebagian besar pelabuhan-pelabuhan penting di Nusantara. Diyakini orang-orang Sriwijaya ini juga berhasil memasukkan ajaran Buddha ke komunitas Batak khusunya yang di Mandailing.
5. 851
Seorang pedagang Arab berhasil mendokumentasikan kedatangannya di kota Barus. Laporan Sulaiman itu pada tahun 851 M membicarakan tentang penambangan emas dan perkebunan barus (kamper) di Barus (Ferrand 36). Disinyalir bahwa para pendatang asing seperti Romawi, Yunani, Arab, Cina, India, Persia dan dari kepulauan Indonesia lainnya telah membangun kantong-kantong pemukiman yang lengkap dengan prasarana pendukungnya di Barus. Penambangan emas dan perkebunan kamper tersebut merupakan contoh bahwa kedua komoditas ini telah diolah secara modern dan bukan didapat secara tradisional di hutan-hutan.
Sekarang ini ahli sejarah menemukan bukti-bukti arkeologis yang memperkuat dugaan bahwa sebelum munculnya kerajaan-kerajaan Islam yang awal di Sumatera seperti Peurlak dan Samudera Pasai, yaitu sekitar abad-9 dan 10, di Barus telah terdapat kelompok-kelompok masyarakat Muslim dengan kehidupan yang cukup mapan (Dada Meuraxa dalam Ali Hasymi, Sejarah Masuk dan Perkembangan Islam di Indonesia, bandung PT Al Ma’arif 1987). Kehidupan yang mapan itu pula memungkinkan mereka untuk hidup secara permanen di kawasan ini yang sudah pasti didukung oleh sarana pengembangan ilmu pengetahuan agar mereka tidak tertinggal dengan pesaing lainnya.
Sebagai pelabuhan yang sangat masyhur, Barus menjadi tujuan pendidikan tertua bagi masyarakat Batak. Hal ini dikarenakan bahwa Barus merupakan wilayah Batak yang paling mudah dicapai oleh orang-orang Batak dari pedalaman yang ingin menimba ilmu. Jalan-jalan menuju Barus telah dirintis rapi oleh pedagang-pedagang Batak yang ingin menjual kemenyan dan membeli produk jadi dari Barus. Sampai era tahun 1980-an, madrasah-madrasah tradisional Barus masih menjadi primadona tujuan pendidikan di tanah Batak sebelum akhirnya digantikan oleh Mandailing dengan pesantren-pesantrennya yang sudah modern.
Masuknya gelombang pedagang dan saudagar ke Barus mengakibatkan penduduk lokal Batak di lokasi tersebut; Singkil, Fansur, Barus, Sorkam, Teluk Sibolga, Sing Kwang dan Natal memeluk Islam setelah sebelumnya beberapa elemen sudah menganutnya. Walaupun begitu, mayoritas masyarakat Batak di sentral Batak masih menganut agama asli Batak.
Kelompok Marga Tanjung di Fansur, marga Pohan di Barus, Batu Bara di Sorkam kiri, Pasaribu di Sorkam Kanan, Hutagalung di Teluk Sibolga, Daulay di Sing Kwang merupakan komunitas Islam pertama yang menjalankan Islam dengan kaffah.
6. 900
Ibnu Rustih kurang lebih pada tahun 900 M menyebut Fansur, nama kota di Barus, sebagai negeri yang paling masyhur di kepulauan Nusantara (Ferrand 79). Sementara itu tahun 902, Ibn Faqih melaporkan bahwa Barus merupakan pelabuhan terpenting di pantai barat Sumatera (Krom 204).
Sambil berdagang, para saudagar-saudagar Batak, marga Hutagalung, Pasaribu, Pohan dan Daulay biasanya akan memberikan ceramah dan majlis pendidikan kepada penduduk Batak pedalaman. Tradisi ini masih berlangsung sampai era 1980-an di negeri Rambe, Sijungkang dan lain sebagainya. Di daerah Bakkara, komunitas yang aktif dalam pendidikan Islam adalah kalangan Marpaung sejak abad-15. Pembelajaran secara cuma-cuma dan gratis ini bisa diartikan sebagai taktik dagang untuk mendekatkan mereka dengan penduduk setempat.
7. 976-1168
Paham syiah mulai datang ke daerah Barus. Hal itu karena ekspansi perdagangan Dinasti Fatimiyah Mesir.
8. 1128-1204
Kota Barus, dan beberapa daerah Batak lainnya seperti Gayo pernah direbut oleh Kesultanan Daya Pasai, dengan rajanya Kafrawi Al Kamil. Ekspanasi ini terlaksana dengan motif monopoli perekonomian. Sistem pendidikan yang lebih sitematis dari kalangan syiah menjadi marak di Barus dan daerah Batak lainnya. Kalangan intelektual Batak mulai unjuk gigi. Khususnya mereka kawin campuran dengan pedagang asing dari Arab, India dan Persia. Namun penguasaan pihak Aceh tersebut berlangsung hanya sementara. Di Barus kepemimpinan Dinasti Pardosi yang menjadi penguasa tunggal menjadi kesultanan Batak muslim yang sangat kuat. Kesultanan ini mempunyai aliansi yang kuat dengan Aceh, khusunya Singkel dan Meulaboh.
Kerajaan Batak Hatorusan yang menjadi penguasa di Barus dan pesisir Sumatera bagian barat sejak abad sebelum masehi tidak tampak hegemoninya. Disinyalir keturunannya menjadi raja-raja huta di Sorkam dengan penduduknya yang bermarga Pasaribu. Pada abad ke-16, Kerajaan Hatorusan ini muncul kembali dengan naiknya Sultan Ibrahimsyah Pasaribu menjadi Sultan Barus Hilir. Dinasti Pardosi kemudian dikenal sebagai Sultan Barus Hulu.
Persaingan politik antar mereka membuat kedua kesultanan ini sering berpecah. Sultan di Hulu lebih dekat kepada Aceh dan yang di Hilir lebih dekat kepada Minang. Minang dan Aceh sendiri merupakan dua kekuatan yang saling berkompetisi dalam memperebutkan pengaruh di Barus. Baik pada saat mereka Islam maupun Buddha dan Hindu.
Kalangan intelektual Arab mulai berdatangan ke Barus. Ekspor kapur barus meningkat tajam seiring dengan meningkatnya permintaan. Barus menjadi rebutan banyak kekuatan asing dan lokal. Pada permulaan abad ke-12, seorang ahli geografi Arab, Idrisi, memberitakan mengenai ekport kapur di Sumatera (Marschall 1968:72). Kapur bahasa latinnya adalah camphora produk dari sebuah pohon yang bernama latin dryobalanops aromatica gaertn. Orang Batak yang menjadi produsen kapur menyebutnya hapur atau todung atau haboruan.
Beberapa istilah asing mengenai Sumatera adalah al-Kafur al-Fansuri dengan istilah latin Canfora di Fanfur atau Hapur Barus dalam bahasa Batak dikenal sebagai produk terbaik di dunia (Drakard 1990:4) dan produk lain adalah Benzoin dengan bahasa latinnya Styrax benzoin. Semua ini adalah produk-produk di Sumatera Barat Laut dimana penduduk aslinya adalah orang-orang Pakpak dan Toba (Associate Prof. Dr Helmut Lukas, Bangkok 2003).
9. 1275-1292
Orang-orang Hindu Jawa mulai unjuk gigi dengan Ekspedisi Pamalayu kerajaan Singosari. Beberapa daerah Batak dijadikan menjadi kerajaan Hindu, khususnya yang di Simalungun. Pihak Hindu Jawa yang menggantikan kekuatan Buddha mengancam perdagangan saudagar-saudagar muslim yang didukung oleh Kesultanan Daya Pasai dengan beberapa sekutunya seperti Kesultanan Samudera Pasai, Kesultanan Kuntu Kampar, Aru Barumun, Bandar Kalipah dan lain-lain.
10. 1285-1522
Kesultanan Samudera Pasai mulai tampak ke permukaan dengan raja pertamanya Sultan Malik Al Shaleh, seorang putera Batak Gayo, bekas prajurit Kesultanan Daya Pasai. Samudera Pasai berdiri di atas puing-puing kerajaan Nagur di sungai Pasai, yang dirobohkan oleh orang Batak Karo.
Uniknya, kesultanan ini telah memakai paham syafii yang menjadi kompetitor terhadap syiah yang sudah lama menancapkan kekuatan politik dan budayanya kepada masyarakat Indonesia. Sistem pendidikan ala syafii mulai masuk ke tanah Batak.
Kesultanan Samudera Pasai sekarang ini dikenal sebagai kesultanan Aceh karena secara geografis memang terletak di tanah Aceh. Namun sebagai sebuah kesultanan yang dibangun oleh maha putera Batak Gayo dari Nagur, posisinya tidak dapat dihilangkan dalam percaturan sistem budaya dan pendidikan di tanah Batak.
Kerabat Sultan Malik Al Shaleh, yakni Syarif Hidayat Fatahillah merupakan tokoh yang mendirikan kota Jakarta dan menjadi Sultan Banten (Emeritus) dan ikut serta mendirikan Kesultanan Cirebon. Dia, yang dikenal sebagai Sunan Gunung Jati, adalah tokoh yang berhasil menyelamatkan penduduk pribumi dari amukan bangsa Portugis.
Sultan Malik Al Shaleh sendiri lahir di Nagur, di tanah Batak Gayo. Dia adalah mantan prajurit Kesultanan Daya Pasai. Sebuah kerajaan yang berdiri di sisa-sisa kerajaan Nagur atau tanah Nagur. Nama lahirnya adalah Marah Silu. Marah berasal dari kata Meurah yang artinya ketua. Sedangkan Silu adalah marga Batak Gayo.
Sepeninggalannya (1285-1296) dia digantikan oleh anaknya Sultan Malik Al Tahir (1296-1327). Putranya yang lain Malik Al Mansyur pada tahun 1295 berkuasa di barumun dan mendirikan Kesultanan Aru Barumun pada tahun 1299.
Malik Al Mansyur sangat berbeda keyakinannya dengan keluarganya yang sunni. Dia adalah penganut taat syiah yang kemudian menjadikan kesultanannya sebagai daerah syiah. Dengan demikian dia dapat dijadikan sebagai tokoh Batak Syiah (Gayo). Semua ini dikarenakan karena dia menikah dengan putri Nur Alam Kumala Sari binti Sultan Muhammad Al Kamil, pemimpin di Kesultanan Muar Malaya yang syiah.
Kekuasaan Kesultanan Aru Barumun terletak di sekitar area sungai Barumun yang menjadi titik penting perdagangan antara Padanglawas sampai Sungai Kampar. Penghasilan negara didapat dari ekspor dan impor merica dan lain sebagainya.
Kesultanan Aru barumun berhubungan baik dengan pihak Cina pada era Dinasti Ming (1368-1643). Pada periode 1405-1425 beberapa utusan dari Cina pernah singgah, di antaranya Laksamana Ceng Ho dan Laksamana Haji Kung Wu Ping. Di era ini paham Hanafi ikut serta dalam memperkaya khazanah sistem pendidikan di tanah Batak, karena para utusan dari Cina yang muslim tersebut menganut faham hanafi dalam praktek sehari-hari.
Dinasti Batak Gayo di Kesultanan Barumun adalah sebagai berikut:
1. Sultan Malik Al Mansyur (1299-1322)
2. Sultan Hassan Al Gafur (1322-1336)
3. Sultan Firman Al Karim (1336-1361), pada era nya banyak bertikai dengan kekuatan imperialis Jawa Majapahit. Di bawah panglima Laksamana Hang Tuah dan Hang Lekir, pasukan marinir Aru Barumun berkali-kali membendung kekuatan Hindu Majapahit dari Jawa.
4. Sultan Sadik Al Quds (1361). Wafat akibat serangan jantung.
5. Sultan Alwi Al Musawwir (1361-1379)
6. Sultan Ridwan Al Hafidz (1379-1407). Banyak melakukan hubungan diplomatik dengan pihak Cina
7. Sultan Hussin Dzul Arsa yang bergelar Sultan Haji. Pada tahun 1409 dia ikut dalam rombongan kapal induk Laksamana Cengho mengunjungi Mekkah dan Peking di zaman Yung Lo. Dia terkenal dalam annals dari Cina pada era Dinasti Ming dengan nama ‘Adji Alasa’ (A Dji A La Sa). Orang Batak yang paling dikenal di Cina.
8. Sultan Djafar Al Baki (1428-1459). Meninggal dalam pergulatan dengan seekor Harimau.
9. Sultan Hamid Al Muktadir (1459-1462), gugur dalam sebuah pandemi.
10. Sultan Zulkifli Al Majid. Lahir cacat; kebutaan dan pendengaran. Pada tahun 1469, kesultanan Aru Barumun diserang oleh kesultanan Malakka, atas perintah Sultan Mansyur Syah yang memerintah antara tahun 1441-1476. Kota pelabuhan Labuhanbilik dibumihanguskan dan Angkatan Laut Kesultanan Aru Barumun dimusnahkan.
11. Sultan Karim Al Mukji (1471-1489)
12. Sultan Muhammad Al Wahid (1489-1512). Gugur dalam pertempuran melawan bajak laut Portugis.
13. Sultan Ibrahim Al Jalil (1512-1523) ditawan dan diperalat oleh Portugis.
Semua anggota dinasti di atas adalah bersuku Batak Gayo. Saat menurunnya kekuasaan Kesultan Aru, maka pihak Aceh mulai menancapka hegemoninya di Aru Barumun. Pihak Aceh berkompetisi dengan para bajak laut Eropa di kekosongan kekuatan politik di daerah tersebut.
Pada tahun 1802-1816, di bawah pimpinan Fachruddin Harahap, seorang Batak Mandailing, dengan gelar Baginda Soripada, penduduk khususnya dari Gunung Tua merebut bagian hulu dari bekas Kesultanan Aru Barumun. Semua lambang kerajaan disita termasuk cap dan simbol-simbol lainnya.
11. 1331-1364
Era Majapahit. Hegemoni kekuatan Imperialisme Hindu Jawa di Nusantara, tak terkecuali tanah Batak. Perkembangan pendidikan di tanah Batak sedikit tidak mengalami penambahan yang signifikan. Kekuatan penduduk yang menjadi militer di tanah Batak sibuk membendung kekuatan Majapahit dengan bantuan pihak Aceh.
Panglima Mula Setia dan Samudera Pasai berhasil mengusir kekuatan Majapahit dari Sumatera bagian Utara. Pada tahun 1409, tentara Majapahit dimusnahkan oleh kekuatan tentara Pagarruyung di Minang, Sumatera Barat. Kekuatan Majapahit melemah.
12. 1345
Kedatangan para intelektual Arab dan asing kembali terjadi di beberapa kota pelabuhan di Sumatera. Tidak terkecuali Barus. Pada abad-13 Ibnu Said membicarakan peranan Barus sebagai pelabuhan dagang utama untuk wilayah Sumatera (Ferrand 112).
13. 1450-1515
Samudera Pasai menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan sosial mazhab syafii yang bersaing melawan pusat-pusat pendidikan dan sosial syiah yang banyak bertebaran di beberapa tempat di Sumatera termasuk tanah batak.
14. 1451
Misi pedagang dari Malaka yang menjadi sekutu Samudera Pasai berhasil menjalin kerjasama ekonomi dengan para saudagar Batak di sepanjang sungai Asahan. Tokoh seperti Datuk Sahilan menjadi inspirator bagi saudagar Batak untuk masuk agama Islam (Syafii). Di pedalaman Batak pada tahun 1450-1500 M, Islam menjadi agama resmi orang-orang Batak Toba, khususnya dari kelompok marga Marpaung yang bermukim di aliran sungai Asahan. Demikian juga halnya dengan Batak Simalungun yang bermukim di Kisaran, Tinjauan, Perdagangan, Bandar, Tanjung Kasau, Bedagai, Bangun Purba dan Sungai Karang.
Antara tahun 1450-1818 M, kelompok marga Marpaung menjadi supplaier utama komoditas garam ke Tanah Batak di pantai timur. Mesjid pribumi pertama didirikan oleh penduduk setempat di pedalaman Tanah Batak; Porsea, lebih kurang 400 tahun sebelum mesjid pertama berdiri di Mandailing. Menyusul setelah itu didirikan juga mesjid di sepanjang sungai Asahan antara Porsea dan Tanjung Balai. Setiap beberapa kilometer sebagai tempat persinggahan bagi musafir-musafir Batak yang ingin menunaikan sholat. Mesjid-mesjid itu berkembang, selain sebagai termpat ibadah, juga menjadi tempat transaksi komoditas perdagangan.
Dominasi pedagang muslim marga Hutagalung dalam bidang ekonomi di Tanah Batak terjadi antara 1513-1818 M. Komunitas Hutagalung dengan karavan-karavan kuda menjadi komunitas pedagang penting yang menghubungkan Silindung, Humbang Hasundutan dan Pahae. Marga Hutagalung di Silindung mendirikan mesjid lokal kedua di Silindung. Marga Hutagalung menjadi komunitas Islam syiah di pedalaman Batak.
16. Abad 15-16
Barus dengan kepemimpinan Dinasti Pardosi yang menjadi Sultan Hulu dan Dinasti Pasaribu yang menjadi Sultan Hilir Barus, membangun sistem pendidikan yang modern di Barus. Zaman kejayaan pendidikan Islam muncul di era ini. Beberapa tokoh intelektual lokal bermunculan. Barus menjadi kota tujuan utama musafir asing.
Pada permulaan abad-16, Tome Pires-seorang pengembara Portugis- yang terkenal dan mencatat di dalam bukunya “Suma Oriental” bahwa Barus merupakan sebuah kerajaan kecil yang merdeka, makmur dan ramai didatangi para pedaganga asing.
Dia menambahkan bahwa di antara komoditas penting yang dijual dalam jumlah besar di Barus ialah emas, sutera, benzoin, kapur barus, kayu gaharu, madu, kayu manis dan aneka rempah-rempah (Armando Cartesao, The Suma Oriental of Tome Pires and The Book of Rodrigues, Nideln-Liechtenstein: Kraus Reprint Ltd,.1967; hal. 161-162).
Seorang penulis Arab terkenal Sulaiman al-Muhri juga mengunjungi Barus pada awal abad ke-16 dan menulis di dalam bukunya al-Umdat al-Muhriya fi Dabt al-Ulum al-Najamiyah (1511) bahwa Barus merupakan tujuan utama pelayaran orang-orang Arab, Persia dann India. Barus, tulis al-Muhri lagi, adalah sebuah pelabuhan yang sangat terkemuka di pantai Barat Sumatera.
Pada pertengahan abad ke-16 seorang ahli sejarah Turki bernama Sidi Ali Syalabi juga berkunjung ke Barus, dan melaporkan bahwa Barus merupakan kota pelabuhan yang penting dan ramai di Sumatera. (Lihat. L.F. Brakel, Hamza Pansuri, JMBRAS vol. 52, 1979).
Sebuah misi dagang Portugis mengunjungi Barus pada akhir abad ke-16, dan di dalam laporannya menyatakan bahwa di kerajaan Barus, benzoin putih yang bermutu tinggi didapatkan dalam jumlah yang besar. Begitu juga kamfer yang penting bagi orang-orang Islam, kayu cendana dan gaharu, asam kawak, jahe, cassia, kayu manis, timah, pensil hitam, serta sulfur yang dibawa ke Kairo oleh pedagang-pedagang Turki dan Arab. Emas juga didapatkan di situ dan biasanya dibawa ke Mekkah oleh para pedagang dari Minangkabau, Siak, Indragiri, Jambi, Kanpur, Pidie dan Lampung. (Lihat B.N. Teensma, “An Unkown Potugese Text on Sumatera from 1582?, BKI, dell 145, 1989.
Syair-syair Hamzah Fansuri menggambarkan keindahan kota Barus saat itu. Keramaian dan kesibukan kota pelabuhan dengan pasar-pasar dan pandai emasnya yang cekatan mengubah emas menjadi “ashrafi”, kapal-kapal dagang besar yang datang dan pergi dari dan ke negeri-negeri jauh, para penjual lemang tapai di pasar-pasar, proses pembuatan kamfer dari kayu barus dan keramaian pembelinya, lelaki-lelaki yang memakai sarung dan membawa obor yang telah dihiasi dalam kotak-kotak tempurung bila berjalan malam.
Gadis-gadis dengan baju kurung yang anggun dan di leher mereka bergantung kalung emas penuh untaian permata, yang bila usia nikah hampir tiba akan dipingit di rumah-rumah anjung yang pintu-pintunya dihiasi berbagai ukiran yang indah.
Pada bagian lain syair-syairnya juga memperlihatkan kekecewaanya terhadap perilaku politik sultan Aceh, para bangsawan dan orang-orang kaya yang tamak dan zalim. (Mengenai kesusateraan Hamzah Fansuri lihat S.N. al-Attas, The Origin of Malays Sha’ir, Kulala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1968. Juga baca V.I. Braginsky, Tasawuf dan Sastra Melayu, Jakarta: RUL,. 1993, khususnya esai “Sekali Lagi Tentang Asal-usul Sya’ir”; hal 63-76.
Hamzah Fansuri yang hidup di masa perebutan kekuatan maritim antara Aceh dan Minang mendapat pengaruh besar di kalangan intelektual Aceh. Van Nieuwenhuijze (1945) dan Voerhoeve (1952) berpendapat bahwa Hamzah Fansuri memainkan peran penting di dalam kehidupan kerohanian di Aceh sampai akhir pemerintahan Sultan Ala’uddin Ri’ayat Syah Sayyid al-Mukammil (1590-1604).
Sementara itu muridnya Syamsuddin al-Sumatrani naik peranannya baru pada zaman Sultan Iskandar Muda saat dia bermigrasi ke Aceh. Diyakini dalam mundurnya pamor Barus, banyak sarjana-sarjana Batak yang pindah ke Aceh, Kutaraja, karena kehadiran mereka disana sangat disegani. Mengenai Syamsuddin sebaiknya baca C.A.O. Niewenhujze, Syamsu’l Din van Pasai, Bijdrage tot de Kennis der Sumatranche Mystiek, disertasi Universitas Leiden, 1945.
Namun pemikiran filsafat Wujudiyah Hamzah Fansuri mendapat tantangan dari ulama Aceh. Ahmad Daudy di dalam bukunya Allah dan Manusia dalam konsepsi Syeikh Nuruddin Ar-Raniry, Jakarta; CV Rajawaki Press, 1983; hal. 41, antara lain menulis, “Selain sebagai mufti, Syeikh Nuruddin juga seorang penulis yang menyanggah Wujudiyah. Seringkali ia mengadakan perdebatan dengan penganut ajaran ini, dan kadang-kadang majelis diskusi diakadakan di istana dimana sultan sendiri menyaksikannya.
Dalam perdebatan itu Syeikh Nuruddin berkali-kali memperlihatkan adanya kelemahan dan penyimpangan dalam ajaran Wujudiyah…., serta meminta agar mereka ini bertobat… tetapi himbauannya tidak dihiraukan mereka, dan akhirnya mereka dihukum kafir yang boleh dibunuh, sedangkan kitab-kitab karangan Hamzah dan Syamsuddin dikumpulkan dan kemudian dibakar di halaman mesjid raya Baiturrahman.”
Tentang peristiwa pembakaran kitab karangan penulis Wujudiyah, dan hukum bunuh terhadap pengikut-pengikut Hamzah Fansuri dan Syamsuddin, Lihat buku Nuruddin al-Raniry, Bustan al-Salatin edisi T. Iskandar, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1966: hal. 46.
Perlakuan itu diterima Hamzah Fansuri, karena kritik-kritik tajamnya terhadap pemerintahan monolitik Sultan Aceh, perilaku buruk orang-orang kaya dan praktik yoga (dari Hindu India) yang diamalkan ahli-ahli tarekat di Aceh pada awal abad ke-17, baca S.N. al-Attas The Mysticism of Hamzah Fansuri, Kuala Lumpur: Universiti malaya Press, 1970; hal. 16-17. juga baca L.F. Brakel, ‘Hamzah Pansuri’; V.I. Braginsky “Puisi Sufi Perintis Jalan” (Analisis Syair-syair Hamzah Fansuri tentang Kekasih, Anggur dan Laut”) ceramah di Sudut Penulis, Dewan Bahasa dan Pusataka, Kuala Lumpur, 27-28 Oktober 1992; juga Abdul Hadi W.M. ‘Syeikh Hamzah Fansuri ‘Ulumul Qur’an, No. 2, Vol. V, 1994.
Akibat pertentangan politik antara Barus dan Aceh, berakibat pula kepada pertentangan faham keyakinan. Intelektual Barus yang banyak condong ke paham syiah dibasmi oleh kekuatan Aceh sehingga menyebabkan kemunduran atas kemajuan pendidikan di Barus. Dikatakan bahwa orang-orang yang mendukung faham Fansur bahkan harus hidup dalam persembunyian untuk menyelamatkan jiwa mereka. Kuburan-kuburan tokoh yang sepaham dengannya sengaja tidak ditandai batu nisannya agar keberadaan mereka tidak terdeteksi oleh pihak Aceh yang penduduknya banyak berdagang di Barus.
Para sarjana Batak yang berpaham syiah mengalami kendala dalam melanjutkan sistem pendidikan di Barus yang sudah sangat modern saat itu. Praktis pendidikan di Barus dan wilayah-wilayah Batak lainnya mengalami kepunahan. Di tanah Batak sendiri hanya Parmalim yang terus eksis.
18. 1497-1513
Panglima Manang Sukka, oranga Batak Karo, mendirikan Kesultanan Haru Delitua dengan nama Sultan Makmun Al Rasyid.
19. 1697
Universitas Islam Ulakan, Pariaman, Sumatera Barat, menjadi pusat pengembangan Islam syiah dengan tokoh Syekh Burhanuddin. Pengaruh universitas ini sampai ke tanah Natal, Singkuang, teluk Sibolga dan Barus. Sumatera Barat menjadi tujuan mencari ilmu pengetahuan bagi orang-orang Batak
20. 1804-1807
Dominasi sistem pendidikan berbasis syiah yang sedikit dicampur dengan faham syafii dan hanafi mendapat kompetisi dari mazhab hambali yang muncul di Sumatera Barat dengan gerakan padrinya.
21. 1873
Sebuah mesjid di Tarutung, Silindung, dirombak oleh Belanda. Haji-haji dan orang-orang Islam, kebanyakan, dari marga Hutagalung, diusir dari tanah leluhur dan pusaka mereka di Lembah Silindung. Belanda melakukan pembersihan etnis, terhadap muslim Batak.
22. 1912
Perkembangan Islam, yang tidak diperbolehkan Belanda untuk mengecap pendidikan, walau paska kebijakan balas budi, kemudian bangkit mendirikan Perguruan Mustofawiyah. Disinyalir sebagai sekolah pribumi pertama di tanah Batak yang sudah modern dan sistematis. Peran mazhab syafii mulai terlihat.
Haji Mustofa Husein Purba Baru, dari marga Nasution, merupakan penggagas perguruan ini. Dia, yang dikenal sebagai Tuan Guru, merupakan murid dari Syeikh Muhammad Abduh, seorang reformis dan rektor Universitas Al Azhar.
Lulusan perguruan Musthofawiyah ini kemudian menyebar dan mendirikan perguruan-perguruan lain di berbagai daerah di Tanah Batak. Di Humbang Hasundutan di tanah Toba, alumnusnya yang dari Toba Isumbaon mendirikan Perguruan Al Kaustar Al Akbar pada tahun 1990-an setelah mendirikan perguruan lain di Medan tahun 1987. Daerah Tatea Bulan di Batak Selatan merupakan pusat pengembangan Islam di Sumut.
Pada tahun 1928, di tanah Batak selatan mulai memodernisasi sistem pendidikan oleh para sarjana Batak yang belajar dari berbagai universitas di luar negeri. Di antaranya Maktab Ihsaniyah di Hutapungkut Kotanopan oleh Muhammad Ali bin Syeikh Basyir. Maktab merupakan transformasi partungkoan, sebuah sistem pendidikan tradisional Batak yang berubah menjadi sikola arab dan madrasah di era berikutnya. (lihat: Pesantren Musthofawiyah Purba Baru Mandailing, Dr. H. Abbas Pulungan, Cita Pustaka Media Bandung, 2004).
Para lulusan Maktab Islamiyah Tapanuli mendirikan “Debating Club” pada tahun 1928. Dua tahun kemudian anggota “Debating Club” ikut serta dalam mendirikan Jamiatul Washliyah sebuah organisasi pendidikan dan sosial di Sumatera Utara.
Diniyah School didirikan di Botung Kotanopan tahun 1928 oleh sarjana Batak lainnya, Haji Fakhruddin Arif. Berikutnya berdiri Madrasah Islamiyah di Manambin Kotanopan tahun 1928 oleh Tuan Guru Hasanuddin.
23. 1929
Madrasah Subulussalam berdiri di Sayur Maincat Kotanopan pada tahun 1929 oleh Haji Muhammad Ilyas. Berikutnya Madrasah Syariful Majalis di Singengu Kotanopan pada tahun 1929 oleh Haji Nurdin Umar. Di Hutanamale, Maga, Kotanopan Syeikh Juneid Thala mendirikan sebuah Madrasah Islamiyah pada tahun yang sama.
24. 1930
Orang-orang Batak mendirikan Jamiatul Washliyah pada tanggal 30 November 1930. Sebuah organisasi yang bertujuan untuk mengembangkan agama dalam arti yang luas. Organisasi ini memakai mazhab syafii.
Nama Jamiatul Washliyah berarti perkumpulan yang hendak menghubungkan. Menurut Muhammad Junus, tokoh paling penting dalam organisasi ini, nama Jamiatul Washliyah dihubungkan dengan keinginnan untuk menghubungkan manusia dengan Tuhannya, menghubungkan antar sesame manusia, menghubungkan suku dengan suku antara bangsa dengan bangsa dan lain sebagainya. Lihat “Peringatan Al Djamiatul Washliyah 1/4 abad” hal 41-42; Nukman Sulaiman dalam Al Washliyah I, hal. 5.
Tiga tokoh penting dalam organisasi Al Washliyah adalah Abdurrahman Syihab, seorang organisatoris yang dapat menghimpun khalayak ramai, Udin Syamsuddin, seorang yang ahli administrasi dan Arsyad Thalib Lubis, mufti organisasi.
25. 1933
Pembentukan komisi yang bertugas mengadakan inspeksi ke sekolah-sekolah Alwashliyah untuk standarisasi mutu. Didirikan juga sebuah lembaga pendidikan yang besar di Tapanuli Selatan.
26. 1934
Penyusunan peraturan yang mengatur hubungan antar sekolah di Alwashliyah.
27. 1935
Pada tahun ini Madrasah Mardiyatul Islamiyah didirikan di Penyabungan oleh Syeikh Ja’far Abdul Qadir. Sebelumnya, sejak tahun 1929, madrasah ini dikenal dengan nama madrasah mesjid karena kegiatan pendidikannya dilakukan di sekitar sebuah mesjid sebelum dimodifikasi menjadi sistem madrasah.
28. 1936
Orang-orang Batak mendirikan Fond atau Yayasan untuk mengirimkan beberapa generasinya, khususnya yang di Alwashliyah, ke Mesir
29. 1937
Jamiatul Washliyah memberikan perhatian khusus pada pemahaman Islam khusunya mereka yang belum beragama. Di Porsea didirikan HIS. Melalui lembaga “Zending Islam” perkumpulan ini berinisiatif untuk berdakwah ke seluruh Indonesia.
30. 1940
Modernisasi pendidikan Islam Batak, khususnya yang di Alwashliyah dengan menyusun peraturan pusat untuk mengadakan ujian dan pemberian ijazah yang dikeluarkan kantor pusat di medan.
31. 1945
Sistem pendidikan modern diterapkan di tanah Batak. Banyak madrasah dan tempat pengajian tradisional diubah menjadi tsanawiyah dan aliyah dibawah departemen agama. Negatifnya adalah, institusi pendidikan di tanah Batak menjadi kerdil. Institusi yang bermutu yang lulusannya bisa ditandingkan dengan lulusan universitas modern akhirnya hanya diakui sebagai lulusan madrasah aliyah yang pengakuannya sangat minimal di tengah-tengah masyarakat. Banyak desa-desa di tanah Batak (khususnya yang utara) ditinggalkan oleh penduduknya yang muslim karena ketiadaan regenerasi kalangan pendidik
BAB III
KESIMPULAN
Mudahnya seseorang memeluk Islam , menjadikan Islam cepat tersebar ke seluruh Nusantara.
Pendidikan di peradaban Batak bukanlah sesuatu yang baru. Institusi “partungkoan” bisa dikatakan sebuah media yang sudah dikenal sejak dahulu kala sebagai cara untuk meneruskan ilmu pengetahuan dan sarana pengembangan sosial bagi generasi muda berikutnya.
Seperti diketahui, ada dua aliran besar yang pernah memasuki tanah Batak. Pertama adalah kalangan Sunni dengan empat mazhabnya: Syafii, Maliki, Hambali dan Hanafi. Namun nampaknya pengaruh mazhab maliki tidak terlalu nampak dalam kedudayaan Islam di tanah Batak. Satu aliran lain adalah dari golongan syiah yang sudah dianggap sesat oleh Ulama Arab Saudi dan MUI akan tetapi ternyata paling kuat menancapkan pengaruhnya di tanah Batak.
Orang-orang Batak mendirikan Jamiatul Washliyah pada tanggal 30 November 1930. Sebuah organisasi yang bertujuan untuk mengembangkan agama dalam arti yang luas. Organisasi ini memakai mazhab syafii.
Pembentukan komisi yang bertugas mengadakan inspeksi ke sekolah-sekolah Alwashliyah untuk standarisasi mutu. Didirikan juga sebuah lembaga pendidikan yang besar di Tapanuli Selatan.
Orang-orang Batak mendirikan Fond atau Yayasan untuk mengirimkan beberapa generasinya, khususnya yang di Alwashliyah, ke Mesir
Modernisasi pendidikan Islam Batak, khususnya yang di Alwashliyah dengan menyusun peraturan pusat untuk mengadakan ujian dan pemberian ijazah yang dikeluarkan kantor pusat di medan.
Sebuah mesjid di Tarutung, Silindung, dirombak oleh Belanda. Haji-haji dan orang-orang Islam, kebanyakan, dari marga Hutagalung, diusir dari tanah leluhur dan pusaka mereka di Lembah Silindung. Belanda melakukan pembersihan etnis, terhadap muslim Batak.
DAFTAR REFERENSI
Referensi Utama :
http://infokito.net/go.php?http://varhand.wordpress.com/2007/04/05/sejarah-pendidikan-islam-batak/
Referensi Lain :
Aksum, Madrasah : Sejarah dan Perkembangannya, Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999.
Noer, Deliar A., Administrasi Islam di Indonesia, Jakarta : CV. Rajawali, 1983.
Steenbrink, Karel A., Pesantren Madrasah Sekolah, Jakarta : PT. Pustaka LP3ES, 1994.
Tim Penyusun Departemen Agama, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta : DEPAG RI, 1986
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2001.
Yunus, Mahmud, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta : Mutiara Sumber Widya, 1968.
21 Juli 2008
Perubahan Sosial
BAB I
PENDAHULUAN
Secara sosiologis munculnya semangat perubahan sosial di Indonesia, biasanya lebih difokuskan pada dinamika sosial yang berkembang, meskipun pada gilirannya hampir semua aspek dapat pula menjadi pemicu arah perubahan itu sendiri. Bahkan sebagaian sosiolog sependapat, bahwa perubahan di semua sektor merupakan keharusan yang tidak dapat ditawar dan ditunda-tunda, kendatipun dalam proses perjalanannya diketemukan kendala-kendala yang tidak ringan. Sebut saja, mulai dari perubahan dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, keamanan, agama dan berbagai macam yang menyangkut hajat hidup rakyat Indonesia.Dalam konteks ini pula, penulis ingin "membedah" dengan "pisau" analisis sosiologis arah perubahan di Indonesia yang disebabkan keberadaan agama dengan berbagai potretnya.
Perubahan sosial di Indonesia sampai sekarang pun seiring dengan ritme perjalanan sejarahnya, yakni meliputi bidang agama, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan berbagai bidang kehidupan yang lain. Perwujudan yang kongkrit dari perubahan itu, adalah berupa upaya pembangunan yang terencana, termasuk di dalamnya sumber daya manusia. Tetapi dalam implementasinya, proses pembangunan tidak jarang menimbulkan disorientasi, seperti alienasi (keterasingan dan kerenggangan) dan dehumanisasi (“penjungkirbalikan” nilai-nilai kemanusiaan) bahkan konflik horisontal pun yang tak kunjung selesai.
Hal ini sejalan dengan pandangan Faisal Ismail (2001:239), bahwa alienasi tersebut menyangkut hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia dan manusia dengan alam sekitarnya. Semua itu, akibat dari pola pembangunan yang lebih memprioritaskan aspek fisik atau kebendaan semata. Dehumanisasi semakin marak – ekses dari proses pembangunan yang mementingkan praktis-pragmatis di atas nilai-nilai kemanusiaan. Manusia tidak lebih dari obyek pembangunan ketimbang subyek pembangunan.
Kenyataan ini, pada gilirannya dapat menciptakan semangat penolakan dan perlawanan dari pihak yang merasa dimarginalkan. Teori sosiologi mendeskripsikan bahwa semakin kuatnya tekanan tehadap keberadaan kelompok tertentu, maka akan semakin mempercepat munculnya semangat militansi untuk mempertahankan eksistensinya. Begitu halnya di Indonesia, semakin represif para penguasa (semisal di era rezim Orba) membatasi aktivitas umat Islam, yang pada gilirannya semakin tumbuh subur munculnya aliran-aliran yang bernuansa radikalisme. Perubahan yang dihendaki oleh kelompok radikal keagamaan, biasanya cenderung revolusioner dan mendasar. Mereka beranggapan, bahwa dengan merubah secara mendasar seluruh aspek kehidupan manusia dan sekaligus melawan dari segala bentuk penindasan dan ketidakadilan, adalah sesuatu perwujudan kewajiban religius yang harus dilaksanakan.
BAB II
PERUBAHAN SOSIAL
A. Pengertian Perubahan Sosial
Atkinson, (1987 dan Brooten,1978 dalam Nurhidiyah, 2003 : 1), menyatakan defenisi perubahan yaitu: merupakan kegiatan atau proses yang membuat sesuatu atau seseorang berbeda dengan keadaan sebelumnya dan merupakan proses yang menyebabkan perubahan pola perilaku individu atau institusi. Ada empat tingkat perubahan yang perlu diketahui yaitu pengetahuan, sikap, perilaku, individual, dan perilaku kelompok. Setelah suatu masalah dianalisa, tentang kekuatannya, maka pemahaman tentang tingkat-tingkat perubahan dan siklus perubahan akan dapat berguna.
Sementara Sosial adalah keadaan dimana terdapat kehadiran orang lain. Kehadiran itu bisa nyata anda lihat dan anda rasakan, namun juga bisa hanya dalam bentuk imajinasi. Setiap anda bertemu orang meskipun hanya melihat atau mendengarnya saja, itu termasuk situasi sosial. Begitu juga ketika anda sedang menelpon, atau chatting (ngobrol) melalui internet. Pun bahkan setiap kali anda membayangkan adanya orang lain, misalkan melamunkan pacar, mengingat ibu bapa, menulis surat pada teman, membayangkan bermain sepakbola bersama, mengenang tingkah laku buruk di depan orang, semuanya itu termasuk sosial.
Jadi Perubahan sosial adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan. Hirschman mengatakan bahwa kebosanan manusia sebenarnya merupakan penyebab dari perubahan.
Perubahan sosial terjadi karena beberapa faktor. Di antaranya komunikasi; cara dan pola pikir masyarakat; faktor internal lain seperti perubahan jumlah penduduk, penemuan baru, terjadinya konflik atau revolusi; dan faktor eksternal seperti bencana alam dan perubahan iklim, peperangan, dan pengaruh kebudayaan masyarakat lain.
B. Gerakan Mahasiswa Indonesia Tahun 1998: Sebuah Proses Perubahan Sosial
Tahun 1998 menjadi satu catatan tersendiri dalam sejarah perubahan di Indonesia. Dilatarbelakangi krisis ekonomi yang berkepanjangan dan berlanjut menjadi krisis multi-dimensi, sebuah usaha perubahan sosial yang dimotori oleh gerakan mahasiswa yang didukung oleh kesadaran bersama dari para mahasiswa. Momen ini kemudian berkembang menjadi suatu gerakan bersama yang menuntut perubahan dibeberapa bidang, khususnya sistem pemerintahan
Pertanyaan berikutnya, bagaimana mahasiswa dapat melakukan sebuah gerakan reformasi dalam usaha perubahan sosial? Apakah dengan serta-merta gerakan mahasiswa terbangun?
Untuk menjawab pertanyaan sebelumnya, kami akan melihat perilaku kolektif mahasiswa pada masa pra hingga bergulirnya reformasi pada tahun 1998. Dalam sosiologi, perilaku kolektif adalah tindakan-tindakan yang tidak terstruktur dan spontan dimana perilaku konvensional (lama) sudah tidak dirasakan tepat atau efektif. Lebih jauh lagi, perilaku kolektif merupakan perilaku yang (1) dilakukan oleh sejumlah orang (2) tidak bersifat rutin dan (3) merupakan tanggapan terhadap rangsangan tertentu.
Sejak tahun pasca tahun 1966-dimana gerakan mahasiswa berhasil menjatuhkan rejim Orde Lama-, dapat dikatakan mengalami masa stagnansi dari gerakan mahasiswa. Mahasiswa dipandang telah kehilangan kepekaaan sosial yang terjadi pada saat itu. Kondisi ini tidak lepas dari kebijakan pemerintah yang begitu represif sehingga kondisi perpolitikan nasional menjadi alat yang efektif untuk mematikan aspirasi dan gerakan mahasiswa. Pengekangan tersebut telah membuat mahasiswa-kebanyakan-menjadi kehilangan daya kritisnya terhadap kondisi sosial yang berkembang.
Menyadari bahwa perguruan tinggi dan lembaga pemerintah tidak dapat diharapkan, sebagian mahasiswa coba menciptakan ruang-ruang berkembangnya sendiri. Mereka kemudian memilih untuk melakukan aktifitas mereka diluar kampus. Selain membentuk kelompok-kelompok diskusi, mahasiswa juga membentuk Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang menangani berbagai isu-isu sosial. Aksi protes mahasiswa masih berlanjut akan tetapi masih sangat sporadis dan dampaknya belum meluas, baik itu dikalangan mahasiswa maupun masyarakat umumnya dan semakin lemah sampai akhirnya menghilang akhir 1970-an.
Gairah pergerakan di kelompok mahasiwa kemudian mulai kembali pada tahun 90-an saat akumulasi berbagai permasalahan sosial makin tajam. Mereka lebih cenderung mengangkat masalah-masalah yang aktual pada saat itu, misalnya masalah kelaparan atau bencana di satu daerah dan permasalahan keseharian yang dihadapi oleh masyarakat. Akan tetapi, pola yang digunakan tidak berubah; masih sporadis dan dilakukan dalam kampus. Pada awalnya tidak semuanya mahasiswa tersebut tergerak untuk menanggapi masalah sosial yang muncul.
Dalam melihat fenomena ini, Ricardi melakukan pembagian lima kelompok mahasiwa dalam merespon kondisi sosial, ekonomi, politik dan budaya yang ada di masyarakat. Pertama adalah kelompok idealis konfrontatif, dimana mahasiwa tersebut aktif dalam perjuangannya menentang pemerintah melalui aksi demonstrasi. Kedua, kelompok idealis realistis adalah mahasiwa yang memilih koperatif dalam perjuangannya menentang pemerintah. Ketiga, kelompok opportunis adalah mahasiswa yang cenderung mendukung pemerintah yang berkuasa. Keempat adalah kelompok profesional, yang lebih berorientasi pada belajar atau kuliah. Terakhir adalah kelompok rekreatif yang berorientasi pada gaya hdup yang glamour.
Lalu bagaimana kelompok-kelompok mahasiswa tersebut dapat bergerak dalam menggulirkan sebuah perubahan sosial di Indonesia? Menurut Ricardi, pada masa itu muncul conscience collective, kesadaran bersama dimana mahasiswa merupakan satu kelompok yang harus bersatu padu. Dalam kondisi perilaku kolektif, terdapat kesadaran kolektif dimana sentimen dan ide-ide yang tadinya dimiliki oleh sekelompok mahasiswa yang menyebar dengan begitu cepat sehingga menjadi milik mahasiswa maupun masyarakat pada umumnya. Kekecewaan dan ketidakpuasan mahasiswa terhadap pemerintah disambut oleh masyarakat yang menjadi korban dari sistem yang ada. Aksi dari mahasiswa kemudian direspon oleh masyarakat melalui secara sukarela memberikan bantuan kepada para mahasiswa yang sedang mengadakan demonstrasi.
Neil Smelser memberikan pendekatan yang lebih komprehensif dalam munculnya perilaku kolektif. Menurutnya, ada enam syarat pra-kondisi yang harus terjadi; struktural (structural conducivenes), ketegangan struktural (structural strain), kemunculan dan penyebaran pandangan, faktor pemercepat (precipitating factors), Mobilisasi tindakan (mobilization for action), dan pelaksanaan kontrol sosial (operation of social control). Dalam konteks gerakan mahasiswa di Indonesia, keenam syarat itu terpenuhi; pertama kondisi sosial masyarakat saat itu yang mendukung aksi-aksi mahasiswa, kedua adanya kesamaan rasa tertindas oleh pemerintah, ketiga penyebaran serta gagasan dengan landasan kebenaran, hak asasi manusia dan rakyat sebagai dasar perjuangan , keempat adanya faktor pemicu dengan gugurnya mahasiswa Universitas Trisakti yang kemudian berlanjut pada peristiwa lainnya , kelima adanya usaha mobilisasi aksi dengan berbagai elemen masyarakat dan terakhir adalah adanya tekanan dari negara atau bentuk kontrol sosial lainnya yang berusaha menggagalkan/menggangu proses perubahan.
Gerakan mahasiswa pada tahun 1998-tepatnya bulan Mei-cenderung pada perilaku kerumunan aksi dimana aksi demonstrasi mereka lakukan secara terus menerus dengan mengandalkan mobilisasi massa demi tujuan bersama. Menurut Blumer, perilaku kerumunan yang bertindak dimana mereka mempunyai perhatian dan kegiatan yang ditujukan pada beberapa target atau objektif. Tuntutan gerakan mahasiswa sendiri pada pasca kejatuhan rejim Orde Baru cenderung pada perubahan sistem politik dan struktur pemerintahan.
Melihat pemaparan diatas serta landasan teori yang kami gunakan diatas, jelas bahwa gerakan mahasiswa pada tahun 1998 adalah satu proses reformasi dalam perubahan sosial. Reformasi sendiri menurut Kornblum, gerakan yang hanya bertujuan untuk mengubah sebagian institusi dan nilai. Lebih jauh lagi, gerakan ini merupakan upaya untuk memajukan masyarakat tanpa banyak mengubah struktur dasarnya. Gerakan semacam ini biasanya muncul di negara-negara yang demokratis.
C. Perubahan Sosial dan Modernisasi: Kepentingan Amerika Serikat dalam Perubahan Sosial di Indonesia.
Setelah kita melihat proses perubahan sosial yang terjadi di Indonesia dengan melihat faktor dari dalam negeri, kita tidak bisa mengabaikan faktor eksternal yang ikut berperan dalam mendorong terjadinya perubahan sosial tersebut. Krisis ekonomi-yang kemudian menjadi krisis politik-yang terjadi di Asia, khususnya di Indonesia sudah pasti memberikan dampak bagi negara lain. Dalam pembahasan kali ini, kami coba melihat dampaknya terhadap Amerika Serikat dengan melihat perubahan sosial di Indonesia yang berdampak pada kepentingan luar negeri serta bagaimana Amerika Serikat menanggapi krisis yang terjadi di Indonesia dari pemeritaan di media massa terutama suratkabar The New York Times dan The Chicago Tribune dalam periode 1997-1998.
Kekhawatiran terhadap dampak krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada perekonomian Amerika Serikat terlihat jelas dari pemberitaan media massa, khususnya kedua suratkabar tersebut. Pertanyaannya kemudian mengapa? Krisis di Asia diperkirakan akan membuat kepanikan pada ekonomi negara-negara Asia lainnya khususnya Jepang yang mempunyai banyak kepentingan ekonomi yang kemudian akan berakibat pada keadaaan ekonomi Amerika Serikat. Selain itu, resesi ekonomi di Asia dapat mengakibatkan ekspor Amerika Serikat harus mengalami penurunan dan mengakibatkan defisit yang kemudian berakibat pada industri manufaktur Amerika Serikat . Dengan alasan ini pula, pemerintah Amerika Serikat berusaha menyuntik dana pinjaman kepada pemerintah Indonesia melalui International Monetary Funding (IMF) dan Bank Dunia. Langkah yang diambil oleh pemerintah Amerika Serikat -melalui menteri keuangan Amerika Serikat, Robert Rubin-, sebenarnya tidak mendapat persetujuan dari kongres Amerika Serikat yang menganggap bahwa permasalahan Asia serta dikritik oleh media massa.
Kedua media tersebut menyampaikan beberapa alasan tentang penyebab terjadinya krisis di Indonesia. Pertama, kelemahan sistem perbankan di Indonesia. Kedua, kapitalisme Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) dimana dana bantuan –yang didapatkan melalui hutang luar negeri-untuk pembangunan hanya digunakan oleh segelintir orang. Kedua media tersebut juga mengangkat tentang dampak yang diakibatkan oleh krisis ekonomi di beberapa wilayah Indonesia misalnya masalah terjadi kelaparan di beberapa wilayah Indonesia.
Krisis ekonomi yang kemudian berimbas pada krisis politik di Indonesia yang merupakan efek bola salju yang terus bergulir hingga menjadi krisis multi-dimensi. Desakan untuk terjadinya proses reformasi di Indonesia tidak hanya muncul dari dalam negeri tetapi juga muncul dari luar negeri, khususnya di Amerika Serikat. Sistem pemerintahan Indonesia dipandang sebagai pemerintahan yang korup dan otoriter tidak dapat memberikan ruang bagi berkembangnya sistem kapitalisme yang membutuhkan sistem politik pluralis. The New York Times memandang bahwa mundurnya Soeharto dari tampuk presiden Indonesia bukan hanya dipicu oleh masalah dalam negeri tetapi kekuatan dari luar negeri juga berperan cukup penting. Pada awalnya, kedua media mengatakan bahwa Soeharto tetap akan bertahan sebagai presiden Indonesia namun analisa tersebut berubah drastis pasca peristiwa 12 dan 13-15 Mei 1998.
Kedua suratkabar tersebut memandang bahwa faktor penyebab dari krisis tersebut lebih banyak berasal dari dalam negeri sehingga diperlukan satu langkah intervensi dari luar negeri. Secara tidak langsung, kedua suratkabar yang mempunyai jumlah pembaca terbesar –termasuk para pengambil kebijakan- di Amerika Serikat telah menekan kepada pemerintah Amerika Serikat untuk melakukan intervensi. Terlihat pula kecenderungan dari kedua suratkabar ini mendukung pendapat IMF dan langkah yang diambil oleh pemerintahan Amerika Serikat .
Dari cara pandang yang digunakan oleh kedua surat kabar tersebut melihat positif kepada demokratisasi, transparansi dan sistem yang menentang otoritarianisme baik dalam sistem ekonomi maupun politik. Dengan kata lain, kedua suratkabar ini mencoba melihatnya dari cara pandang yang kerap digunakan dalam teori modernisasi. Menurut Sullivan, teori modernisasi merujuk pada suatu perubahan ekonomi, sosial dan budaya yang terjadi pada masa transisi dari masyarakat pra-industri ke masyarakat industri maju. Teori modernisasi klasik menganggap bahwa bahwa negara-negara terbelakang akan menempuh jalan sama deengan negara industri maju sehingga kemudian negara berkembang pula melalui modernisasi. Modernisasi melihat bahwa faktor keterbelakangan satu negara adalah faktor dari dalam, misalnya budaya tradisional, kurangnya investasi yang produktif dan tidak adanya semangat berprestasi di negara berkembang.
D. Gerakan Reformasi 1998: Sebuah Perubahan Sosial Ditinjau dari Teori Fungsional
Sebelum melangkah lebih jauh, dalam pembahasan tentang perubahan sosial kami ingin meletakkan konsep bersama mengenai perubahan sosial. Menurut Mac Iver, perubahan sosial (social relationship) merupakan perubahan-perubahan dalam hubungan sosial atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium) hubungan sosial . Sedangkan menurut Gillin, perubahan sosial di katakan sebagai satu variasi cara-cara hidup yang diterima dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi, maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat. Yang menarik adalah pendapat dari Selo Soemardjan, perubahan sosial dirumuskan sebagai segala perubahan dalam lembaga-lembaga kemasyarakatan , yang mempengaruhi sistem sosialnya termasuk nilai-nilai, sikap dan pola perilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Pendapat terakhir yang akan kami gunakan sebagai landasan dalam melakukan analisa terhadap proses reformasi tahun 1998.
Proses reformasi pada tahun 1998 telah berdampak besar dalam kehidupan masyarakat di Indonesia secara umum. Pertama, yang paling dirasakan dan dapat dilihat dengan jelas adalah jatuhnya rejim Orde Baru yang telah berkuasa selama 32 tahun. Selama berkuasa, rejim Orde Baru telah menjadi orde kekerasan, yang selalu mengedepankan tindakan represif dalam menjaga kelanggengan kekuasaanya. Mundurnya presiden Soeharto-yang dianggap sebagai simbol Orde baru-telah menjadi tolok ukur dari dari perubahan tersebut. Namun, banyak pula kalangan melihat bahwa mundurnya Soeharto tidak akan memberikan kontribusi terhadap perubahan yang diinginkan
Kedua, seiring dengan jatuhnya rejim orde baru maka berdampak pada struktur pemerintahan. Dalam berbagai tuntutannya, mahasiswa menganggap bahwa struktur pemerintahan di masa rejim Orde baru menjadi instrumen penindasan terhadap masyarakat. Ini jelas sangat dirasakan oleh para mahasiswa yang telah dibungkam melalui pemberlakuan Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan (NKK/BKK). Selain itu, mahasiswa menilai bahwa aparat negara, militer pada khususnya juga menjadi alat pelanggeng kekuasaan. Oleh karena itu, tuntutan yang muncul dari mahasiswa adalah mengembalikan posisi militer pada fungsinya. Salah satu contoh perubahan adalah pemisahan struktur antara Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Republik Indonesia.
Ketiga, perubahan sistem politik di Indonesia. Walaupun sering dikatakan bahwa paham yang dianut oleh sistem politik Indonesia adalah demokrasi, ini jauh berbeda dengan apa yang dirasakan oleh masyarakat. Perbedaan pendapat-yang kerap kali dianggap menggangu stabilitas-menjadi hal yang haram di masa Orde Baru. Aspirasi politik dari masyarakat kemudian dipersempit dengan sistem tiga partai yang jelas tidak berpihak pada masyarakat. Oleh karena itu salah satu tuntutan mahasiswa pada tahun 1998 adalah melakukan pemilihan umum (pemilu) dalam waktu dekat. Salah satu contoh perubahan dekat adalah pelaksanaan sistem pemilihan umum langsung yang dilaksanakan pada tahun 2004.
Seperti yang telah disampaikan diatas, perubahan sosial juga akan mempengaruhi nilai-nilai, sikap dan pola perilaku dalam sistem sosial masyarakat. Dalam konteks reformasi pada tahun 1998, terjadi perubahan-perubahan yang cukup signifikan dalam kehidupan sehari-hari. Pengekangan yang dulu dilakukan oleh Rejim Orde Baru diberbagai sektor berangsur-angsur dihilangkan. Sebagai salah satu contoh adalah kebebasan berpendapat yang dulu menjadi ‘barang mahal’ sekarang relatif lebih terbuka. Kemudian isu tentang nilai-nilai Hak Asasi Manusia kemudian menjadi salah satu indikator dalam pembangunan. Masyarakat yang dulunya apolitis dan cenderung pasif pada sistem politik terdahulu mulai terlibat dalam berbagai kegiatan politik praktis. Sebagai salah satu indikator adalah berdirinya berbagai partai politik di Indonesia.
Saya melihat bahwa gerakan mahasiswa pada tahun 1998 adalah sebuah perubahan sosial dalam bentuk gerakan reformasi dimana perubahan sosial yang terjadi upaya yang berusaha memajukan masyarakat tanpa mengubah struktur dasarnya. Pemaparan kami diatas telah menggambarkan bagaimana proses perubahan sosial tersebut. Gerakan mahasiswa saat itu melihat bahwa untuk menjawab permasalahan yang dihadapi oleh Indonesia adalah pergantian rejim otoriter yang berkuasa dengan menggunakan isu-isu moral pada awalnya. Pemerintah saat itu dianggap tidak perduli bahkan tidak menunjukkan sense of crisis terhadap permasalahan yang dihadapi.
Dalam melihat proses reformasi di Indonesia pada tahun 1998 mulai dari awal hingga hasil yang dicapai, kami menggunakan pendekatan teori fungsional. Walaupun menurut teori fungsionalis, meletakkan kestabilan sosial menjadi substansi yang penting namun tetap membutuhkan perubahan sosial. Sebagai contoh, Robert Nisbet mengungkapkan “the fundamental assumption of the functionalist is… that… there are sources opf change within social system, more or less natural sources, and that form these there flow patterns of change that are as congruent to social system as growth within the living organism.”
Perubahan yang diharapkan beberapa elemen dalam gerakan mahasiswa adalah sebuah perubahan yang menyeluruh di masyarakat. Tujuan mereka adalah semua kebijakan politik dan ekonomi berada di tangan rakyat dalam arti sesungguhnya. Akan tetapi, pandangan itu harus mereka akui sebagai utopia karena lemahnya konsolidasi konsep –bahkan diantara elemen gerakan mahasiswa- bersama tentang hal tersebut.
Dalam perkembangan selanjutnya pergerakan mahasiswa melihat bahwa isu itu dapat berkembang pada isu yang lain. Hal ini mungkin disebabkan oleh sifat instant yang mempengaruhi pola perilaku mahasiswa. Sifat ini tidak melihat lebih dalam mengenai masalah yang ada, dalam arti setiap masalah sebenarnya mempunyai akar permasalahan yang terlebih dahulu mendapat perhatian. Penemuan pada akar permasalahan memungkinkan mahasiswa untuk menyuarakan isu yang tepat sasaran sehingga mereka konsisten dalam gerakannya. Namun, karena pada kenyataannya mahasiswa kadang tidak memiliki basis konsep yang jelas sehingga perhatian awal mudah sekali menyimpang atau lebih parah lagi mengalami perubahan yang bertolak belakang dengan isu awal. Gerakan mahasiswa di Indonesia kemudian mengalami perubahan dari sebuah gerakan moral menyuarakan masalah-masalah sosial-permasalahan yang sehari-hari dihadapi oleh masyarakat-kemudian berubah menjadi sebuah gerakan politik. Gerakan mahasiswa sebaiknya kembali menjadi gerakan yang mempunyai pandangan lebih mendalam dalam berbagai masalah sosial yang melanda bangsa ini. Akhir kata, konsep yang jelas dalam usaha perubahan sosial ada syarat utama dalam membangun kembali Indonesia, perjuangan belum selesai…
BAB III
KESIMPULAN
Secara sosiologis munculnya semangat perubahan sosial di Indonesia, biasanya lebih difokuskan pada dinamika sosial yang berkembang, meskipun pada gilirannya hampir semua aspek dapat pula menjadi pemicu arah perubahan itu sendiri.
Perubahan sosial di Indonesia sampai sekarang pun seiring dengan ritme perjalanan sejarahnya, yakni meliputi bidang agama, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan berbagai bidang kehidupan yang lain.
Atkinson, (1987 dan Brooten,1978 dalam Nurhidiyah, 2003 : 1), menyatakan defenisi perubahan yaitu: merupakan kegiatan atau proses yang membuat sesuatu atau seseorang berbeda dengan keadaan sebelumnya dan merupakan proses yang menyebabkan perubahan pola perilaku individu atau institusi.
Sementara Sosial adalah keadaan dimana terdapat kehadiran orang lain. Kehadiran itu bisa nyata anda lihat dan anda rasakan, namun juga bisa hanya dalam bentuk imajinasi.
Perubahan sosial adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan.
Tahun 1998 menjadi satu catatan tersendiri dalam sejarah perubahan di Indonesia. Dilatarbelakangi krisis ekonomi yang berkepanjangan dan berlanjut menjadi krisis multi-dimensi, sebuah usaha perubahan sosial yang dimotori oleh gerakan mahasiswa yang didukung oleh kesadaran bersama dari para mahasiswa
Neil Smelser memberikan pendekatan yang lebih komprehensif dalam munculnya perilaku kolektif. Menurutnya, ada enam syarat pra-kondisi yang harus terjadi; struktural (structural conducivenes), ketegangan struktural (structural strain), kemunculan dan penyebaran pandangan, faktor pemercepat (precipitating factors), Mobilisasi tindakan (mobilization for action), dan pelaksanaan kontrol sosial (operation of social control).
Gerakan mahasiswa pada tahun 1998 adalah satu proses reformasi dalam perubahan sosial. Reformasi sendiri menurut Kornblum, gerakan yang hanya bertujuan untuk mengubah sebagian institusi dan nilai. Lebih jauh lagi, gerakan ini merupakan upaya untuk memajukan masyarakat tanpa banyak mengubah struktur dasarnya.
Menurut Mac Iver, perubahan sosial (social relationship) merupakan perubahan-perubahan dalam hubungan sosial atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium) hubungan social
Menurut Gillin, perubahan sosial di katakan sebagai satu variasi cara-cara hidup yang diterima dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi, maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat.
perubahan sosial juga akan mempengaruhi nilai-nilai, sikap dan pola perilaku dalam sistem sosial masyarakat. Dalam konteks reformasi pada tahun 1998, terjadi perubahan-perubahan yang cukup signifikan dalam kehidupan sehari-hari. Pengekangan yang dulu dilakukan oleh Rejim Orde Baru diberbagai sektor berangsur-angsur dihilangkan.
Proses reformasi pada tahun 1998 telah berdampak besar dalam kehidupan masyarakat di Indonesia secara umum. Pertama, yang paling dirasakan dan dapat dilihat dengan jelas adalah jatuhnya rejim Orde Baru yang telah berkuasa selama 32 tahun. Selama berkuasa, rejim Orde Baru telah menjadi orde kekerasan, yang selalu mengedepankan tindakan represif dalam menjaga kelanggengan kekuasaanya.
Gerakan mahasiswa pada tahun 1998 adalah sebuah perubahan sosial dalam bentuk gerakan reformasi dimana perubahan sosial yang terjadi upaya yang berusaha memajukan masyarakat tanpa mengubah struktur dasarnya. Pemaparan kami diatas telah menggambarkan bagaimana proses perubahan sosial tersebut.
Gerakan mahasiswa di Indonesia kemudian mengalami perubahan dari sebuah gerakan moral menyuarakan masalah-masalah sosial-permasalahan yang sehari-hari dihadapi oleh masyarakat-kemudian berubah menjadi sebuah gerakan politik.
DAFTAR PUSTAKA
http://elearning.unej.ac.id/courses/MKB201/document/PERUBAHAN_SOSIAL2.ppt?cidReq=MKB201
http://id.wikipedia.org/wiki/Perubahan_sosial_budaya
http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20080201055323AAEVmZr
http://smartpsikologi.blogspot.com/2007/08/apakah-tindakan-sosial-itu.html
http://www.gumilarcenter.com/Sosiologi/materi10.pdf
PENDAHULUAN
Secara sosiologis munculnya semangat perubahan sosial di Indonesia, biasanya lebih difokuskan pada dinamika sosial yang berkembang, meskipun pada gilirannya hampir semua aspek dapat pula menjadi pemicu arah perubahan itu sendiri. Bahkan sebagaian sosiolog sependapat, bahwa perubahan di semua sektor merupakan keharusan yang tidak dapat ditawar dan ditunda-tunda, kendatipun dalam proses perjalanannya diketemukan kendala-kendala yang tidak ringan. Sebut saja, mulai dari perubahan dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, keamanan, agama dan berbagai macam yang menyangkut hajat hidup rakyat Indonesia.Dalam konteks ini pula, penulis ingin "membedah" dengan "pisau" analisis sosiologis arah perubahan di Indonesia yang disebabkan keberadaan agama dengan berbagai potretnya.
Perubahan sosial di Indonesia sampai sekarang pun seiring dengan ritme perjalanan sejarahnya, yakni meliputi bidang agama, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan berbagai bidang kehidupan yang lain. Perwujudan yang kongkrit dari perubahan itu, adalah berupa upaya pembangunan yang terencana, termasuk di dalamnya sumber daya manusia. Tetapi dalam implementasinya, proses pembangunan tidak jarang menimbulkan disorientasi, seperti alienasi (keterasingan dan kerenggangan) dan dehumanisasi (“penjungkirbalikan” nilai-nilai kemanusiaan) bahkan konflik horisontal pun yang tak kunjung selesai.
Hal ini sejalan dengan pandangan Faisal Ismail (2001:239), bahwa alienasi tersebut menyangkut hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia dan manusia dengan alam sekitarnya. Semua itu, akibat dari pola pembangunan yang lebih memprioritaskan aspek fisik atau kebendaan semata. Dehumanisasi semakin marak – ekses dari proses pembangunan yang mementingkan praktis-pragmatis di atas nilai-nilai kemanusiaan. Manusia tidak lebih dari obyek pembangunan ketimbang subyek pembangunan.
Kenyataan ini, pada gilirannya dapat menciptakan semangat penolakan dan perlawanan dari pihak yang merasa dimarginalkan. Teori sosiologi mendeskripsikan bahwa semakin kuatnya tekanan tehadap keberadaan kelompok tertentu, maka akan semakin mempercepat munculnya semangat militansi untuk mempertahankan eksistensinya. Begitu halnya di Indonesia, semakin represif para penguasa (semisal di era rezim Orba) membatasi aktivitas umat Islam, yang pada gilirannya semakin tumbuh subur munculnya aliran-aliran yang bernuansa radikalisme. Perubahan yang dihendaki oleh kelompok radikal keagamaan, biasanya cenderung revolusioner dan mendasar. Mereka beranggapan, bahwa dengan merubah secara mendasar seluruh aspek kehidupan manusia dan sekaligus melawan dari segala bentuk penindasan dan ketidakadilan, adalah sesuatu perwujudan kewajiban religius yang harus dilaksanakan.
BAB II
PERUBAHAN SOSIAL
A. Pengertian Perubahan Sosial
Atkinson, (1987 dan Brooten,1978 dalam Nurhidiyah, 2003 : 1), menyatakan defenisi perubahan yaitu: merupakan kegiatan atau proses yang membuat sesuatu atau seseorang berbeda dengan keadaan sebelumnya dan merupakan proses yang menyebabkan perubahan pola perilaku individu atau institusi. Ada empat tingkat perubahan yang perlu diketahui yaitu pengetahuan, sikap, perilaku, individual, dan perilaku kelompok. Setelah suatu masalah dianalisa, tentang kekuatannya, maka pemahaman tentang tingkat-tingkat perubahan dan siklus perubahan akan dapat berguna.
Sementara Sosial adalah keadaan dimana terdapat kehadiran orang lain. Kehadiran itu bisa nyata anda lihat dan anda rasakan, namun juga bisa hanya dalam bentuk imajinasi. Setiap anda bertemu orang meskipun hanya melihat atau mendengarnya saja, itu termasuk situasi sosial. Begitu juga ketika anda sedang menelpon, atau chatting (ngobrol) melalui internet. Pun bahkan setiap kali anda membayangkan adanya orang lain, misalkan melamunkan pacar, mengingat ibu bapa, menulis surat pada teman, membayangkan bermain sepakbola bersama, mengenang tingkah laku buruk di depan orang, semuanya itu termasuk sosial.
Jadi Perubahan sosial adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan. Hirschman mengatakan bahwa kebosanan manusia sebenarnya merupakan penyebab dari perubahan.
Perubahan sosial terjadi karena beberapa faktor. Di antaranya komunikasi; cara dan pola pikir masyarakat; faktor internal lain seperti perubahan jumlah penduduk, penemuan baru, terjadinya konflik atau revolusi; dan faktor eksternal seperti bencana alam dan perubahan iklim, peperangan, dan pengaruh kebudayaan masyarakat lain.
B. Gerakan Mahasiswa Indonesia Tahun 1998: Sebuah Proses Perubahan Sosial
Tahun 1998 menjadi satu catatan tersendiri dalam sejarah perubahan di Indonesia. Dilatarbelakangi krisis ekonomi yang berkepanjangan dan berlanjut menjadi krisis multi-dimensi, sebuah usaha perubahan sosial yang dimotori oleh gerakan mahasiswa yang didukung oleh kesadaran bersama dari para mahasiswa. Momen ini kemudian berkembang menjadi suatu gerakan bersama yang menuntut perubahan dibeberapa bidang, khususnya sistem pemerintahan
Pertanyaan berikutnya, bagaimana mahasiswa dapat melakukan sebuah gerakan reformasi dalam usaha perubahan sosial? Apakah dengan serta-merta gerakan mahasiswa terbangun?
Untuk menjawab pertanyaan sebelumnya, kami akan melihat perilaku kolektif mahasiswa pada masa pra hingga bergulirnya reformasi pada tahun 1998. Dalam sosiologi, perilaku kolektif adalah tindakan-tindakan yang tidak terstruktur dan spontan dimana perilaku konvensional (lama) sudah tidak dirasakan tepat atau efektif. Lebih jauh lagi, perilaku kolektif merupakan perilaku yang (1) dilakukan oleh sejumlah orang (2) tidak bersifat rutin dan (3) merupakan tanggapan terhadap rangsangan tertentu.
Sejak tahun pasca tahun 1966-dimana gerakan mahasiswa berhasil menjatuhkan rejim Orde Lama-, dapat dikatakan mengalami masa stagnansi dari gerakan mahasiswa. Mahasiswa dipandang telah kehilangan kepekaaan sosial yang terjadi pada saat itu. Kondisi ini tidak lepas dari kebijakan pemerintah yang begitu represif sehingga kondisi perpolitikan nasional menjadi alat yang efektif untuk mematikan aspirasi dan gerakan mahasiswa. Pengekangan tersebut telah membuat mahasiswa-kebanyakan-menjadi kehilangan daya kritisnya terhadap kondisi sosial yang berkembang.
Menyadari bahwa perguruan tinggi dan lembaga pemerintah tidak dapat diharapkan, sebagian mahasiswa coba menciptakan ruang-ruang berkembangnya sendiri. Mereka kemudian memilih untuk melakukan aktifitas mereka diluar kampus. Selain membentuk kelompok-kelompok diskusi, mahasiswa juga membentuk Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang menangani berbagai isu-isu sosial. Aksi protes mahasiswa masih berlanjut akan tetapi masih sangat sporadis dan dampaknya belum meluas, baik itu dikalangan mahasiswa maupun masyarakat umumnya dan semakin lemah sampai akhirnya menghilang akhir 1970-an.
Gairah pergerakan di kelompok mahasiwa kemudian mulai kembali pada tahun 90-an saat akumulasi berbagai permasalahan sosial makin tajam. Mereka lebih cenderung mengangkat masalah-masalah yang aktual pada saat itu, misalnya masalah kelaparan atau bencana di satu daerah dan permasalahan keseharian yang dihadapi oleh masyarakat. Akan tetapi, pola yang digunakan tidak berubah; masih sporadis dan dilakukan dalam kampus. Pada awalnya tidak semuanya mahasiswa tersebut tergerak untuk menanggapi masalah sosial yang muncul.
Dalam melihat fenomena ini, Ricardi melakukan pembagian lima kelompok mahasiwa dalam merespon kondisi sosial, ekonomi, politik dan budaya yang ada di masyarakat. Pertama adalah kelompok idealis konfrontatif, dimana mahasiwa tersebut aktif dalam perjuangannya menentang pemerintah melalui aksi demonstrasi. Kedua, kelompok idealis realistis adalah mahasiwa yang memilih koperatif dalam perjuangannya menentang pemerintah. Ketiga, kelompok opportunis adalah mahasiswa yang cenderung mendukung pemerintah yang berkuasa. Keempat adalah kelompok profesional, yang lebih berorientasi pada belajar atau kuliah. Terakhir adalah kelompok rekreatif yang berorientasi pada gaya hdup yang glamour.
Lalu bagaimana kelompok-kelompok mahasiswa tersebut dapat bergerak dalam menggulirkan sebuah perubahan sosial di Indonesia? Menurut Ricardi, pada masa itu muncul conscience collective, kesadaran bersama dimana mahasiswa merupakan satu kelompok yang harus bersatu padu. Dalam kondisi perilaku kolektif, terdapat kesadaran kolektif dimana sentimen dan ide-ide yang tadinya dimiliki oleh sekelompok mahasiswa yang menyebar dengan begitu cepat sehingga menjadi milik mahasiswa maupun masyarakat pada umumnya. Kekecewaan dan ketidakpuasan mahasiswa terhadap pemerintah disambut oleh masyarakat yang menjadi korban dari sistem yang ada. Aksi dari mahasiswa kemudian direspon oleh masyarakat melalui secara sukarela memberikan bantuan kepada para mahasiswa yang sedang mengadakan demonstrasi.
Neil Smelser memberikan pendekatan yang lebih komprehensif dalam munculnya perilaku kolektif. Menurutnya, ada enam syarat pra-kondisi yang harus terjadi; struktural (structural conducivenes), ketegangan struktural (structural strain), kemunculan dan penyebaran pandangan, faktor pemercepat (precipitating factors), Mobilisasi tindakan (mobilization for action), dan pelaksanaan kontrol sosial (operation of social control). Dalam konteks gerakan mahasiswa di Indonesia, keenam syarat itu terpenuhi; pertama kondisi sosial masyarakat saat itu yang mendukung aksi-aksi mahasiswa, kedua adanya kesamaan rasa tertindas oleh pemerintah, ketiga penyebaran serta gagasan dengan landasan kebenaran, hak asasi manusia dan rakyat sebagai dasar perjuangan , keempat adanya faktor pemicu dengan gugurnya mahasiswa Universitas Trisakti yang kemudian berlanjut pada peristiwa lainnya , kelima adanya usaha mobilisasi aksi dengan berbagai elemen masyarakat dan terakhir adalah adanya tekanan dari negara atau bentuk kontrol sosial lainnya yang berusaha menggagalkan/menggangu proses perubahan.
Gerakan mahasiswa pada tahun 1998-tepatnya bulan Mei-cenderung pada perilaku kerumunan aksi dimana aksi demonstrasi mereka lakukan secara terus menerus dengan mengandalkan mobilisasi massa demi tujuan bersama. Menurut Blumer, perilaku kerumunan yang bertindak dimana mereka mempunyai perhatian dan kegiatan yang ditujukan pada beberapa target atau objektif. Tuntutan gerakan mahasiswa sendiri pada pasca kejatuhan rejim Orde Baru cenderung pada perubahan sistem politik dan struktur pemerintahan.
Melihat pemaparan diatas serta landasan teori yang kami gunakan diatas, jelas bahwa gerakan mahasiswa pada tahun 1998 adalah satu proses reformasi dalam perubahan sosial. Reformasi sendiri menurut Kornblum, gerakan yang hanya bertujuan untuk mengubah sebagian institusi dan nilai. Lebih jauh lagi, gerakan ini merupakan upaya untuk memajukan masyarakat tanpa banyak mengubah struktur dasarnya. Gerakan semacam ini biasanya muncul di negara-negara yang demokratis.
C. Perubahan Sosial dan Modernisasi: Kepentingan Amerika Serikat dalam Perubahan Sosial di Indonesia.
Setelah kita melihat proses perubahan sosial yang terjadi di Indonesia dengan melihat faktor dari dalam negeri, kita tidak bisa mengabaikan faktor eksternal yang ikut berperan dalam mendorong terjadinya perubahan sosial tersebut. Krisis ekonomi-yang kemudian menjadi krisis politik-yang terjadi di Asia, khususnya di Indonesia sudah pasti memberikan dampak bagi negara lain. Dalam pembahasan kali ini, kami coba melihat dampaknya terhadap Amerika Serikat dengan melihat perubahan sosial di Indonesia yang berdampak pada kepentingan luar negeri serta bagaimana Amerika Serikat menanggapi krisis yang terjadi di Indonesia dari pemeritaan di media massa terutama suratkabar The New York Times dan The Chicago Tribune dalam periode 1997-1998.
Kekhawatiran terhadap dampak krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada perekonomian Amerika Serikat terlihat jelas dari pemberitaan media massa, khususnya kedua suratkabar tersebut. Pertanyaannya kemudian mengapa? Krisis di Asia diperkirakan akan membuat kepanikan pada ekonomi negara-negara Asia lainnya khususnya Jepang yang mempunyai banyak kepentingan ekonomi yang kemudian akan berakibat pada keadaaan ekonomi Amerika Serikat. Selain itu, resesi ekonomi di Asia dapat mengakibatkan ekspor Amerika Serikat harus mengalami penurunan dan mengakibatkan defisit yang kemudian berakibat pada industri manufaktur Amerika Serikat . Dengan alasan ini pula, pemerintah Amerika Serikat berusaha menyuntik dana pinjaman kepada pemerintah Indonesia melalui International Monetary Funding (IMF) dan Bank Dunia. Langkah yang diambil oleh pemerintah Amerika Serikat -melalui menteri keuangan Amerika Serikat, Robert Rubin-, sebenarnya tidak mendapat persetujuan dari kongres Amerika Serikat yang menganggap bahwa permasalahan Asia serta dikritik oleh media massa.
Kedua media tersebut menyampaikan beberapa alasan tentang penyebab terjadinya krisis di Indonesia. Pertama, kelemahan sistem perbankan di Indonesia. Kedua, kapitalisme Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) dimana dana bantuan –yang didapatkan melalui hutang luar negeri-untuk pembangunan hanya digunakan oleh segelintir orang. Kedua media tersebut juga mengangkat tentang dampak yang diakibatkan oleh krisis ekonomi di beberapa wilayah Indonesia misalnya masalah terjadi kelaparan di beberapa wilayah Indonesia.
Krisis ekonomi yang kemudian berimbas pada krisis politik di Indonesia yang merupakan efek bola salju yang terus bergulir hingga menjadi krisis multi-dimensi. Desakan untuk terjadinya proses reformasi di Indonesia tidak hanya muncul dari dalam negeri tetapi juga muncul dari luar negeri, khususnya di Amerika Serikat. Sistem pemerintahan Indonesia dipandang sebagai pemerintahan yang korup dan otoriter tidak dapat memberikan ruang bagi berkembangnya sistem kapitalisme yang membutuhkan sistem politik pluralis. The New York Times memandang bahwa mundurnya Soeharto dari tampuk presiden Indonesia bukan hanya dipicu oleh masalah dalam negeri tetapi kekuatan dari luar negeri juga berperan cukup penting. Pada awalnya, kedua media mengatakan bahwa Soeharto tetap akan bertahan sebagai presiden Indonesia namun analisa tersebut berubah drastis pasca peristiwa 12 dan 13-15 Mei 1998.
Kedua suratkabar tersebut memandang bahwa faktor penyebab dari krisis tersebut lebih banyak berasal dari dalam negeri sehingga diperlukan satu langkah intervensi dari luar negeri. Secara tidak langsung, kedua suratkabar yang mempunyai jumlah pembaca terbesar –termasuk para pengambil kebijakan- di Amerika Serikat telah menekan kepada pemerintah Amerika Serikat untuk melakukan intervensi. Terlihat pula kecenderungan dari kedua suratkabar ini mendukung pendapat IMF dan langkah yang diambil oleh pemerintahan Amerika Serikat .
Dari cara pandang yang digunakan oleh kedua surat kabar tersebut melihat positif kepada demokratisasi, transparansi dan sistem yang menentang otoritarianisme baik dalam sistem ekonomi maupun politik. Dengan kata lain, kedua suratkabar ini mencoba melihatnya dari cara pandang yang kerap digunakan dalam teori modernisasi. Menurut Sullivan, teori modernisasi merujuk pada suatu perubahan ekonomi, sosial dan budaya yang terjadi pada masa transisi dari masyarakat pra-industri ke masyarakat industri maju. Teori modernisasi klasik menganggap bahwa bahwa negara-negara terbelakang akan menempuh jalan sama deengan negara industri maju sehingga kemudian negara berkembang pula melalui modernisasi. Modernisasi melihat bahwa faktor keterbelakangan satu negara adalah faktor dari dalam, misalnya budaya tradisional, kurangnya investasi yang produktif dan tidak adanya semangat berprestasi di negara berkembang.
D. Gerakan Reformasi 1998: Sebuah Perubahan Sosial Ditinjau dari Teori Fungsional
Sebelum melangkah lebih jauh, dalam pembahasan tentang perubahan sosial kami ingin meletakkan konsep bersama mengenai perubahan sosial. Menurut Mac Iver, perubahan sosial (social relationship) merupakan perubahan-perubahan dalam hubungan sosial atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium) hubungan sosial . Sedangkan menurut Gillin, perubahan sosial di katakan sebagai satu variasi cara-cara hidup yang diterima dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi, maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat. Yang menarik adalah pendapat dari Selo Soemardjan, perubahan sosial dirumuskan sebagai segala perubahan dalam lembaga-lembaga kemasyarakatan , yang mempengaruhi sistem sosialnya termasuk nilai-nilai, sikap dan pola perilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Pendapat terakhir yang akan kami gunakan sebagai landasan dalam melakukan analisa terhadap proses reformasi tahun 1998.
Proses reformasi pada tahun 1998 telah berdampak besar dalam kehidupan masyarakat di Indonesia secara umum. Pertama, yang paling dirasakan dan dapat dilihat dengan jelas adalah jatuhnya rejim Orde Baru yang telah berkuasa selama 32 tahun. Selama berkuasa, rejim Orde Baru telah menjadi orde kekerasan, yang selalu mengedepankan tindakan represif dalam menjaga kelanggengan kekuasaanya. Mundurnya presiden Soeharto-yang dianggap sebagai simbol Orde baru-telah menjadi tolok ukur dari dari perubahan tersebut. Namun, banyak pula kalangan melihat bahwa mundurnya Soeharto tidak akan memberikan kontribusi terhadap perubahan yang diinginkan
Kedua, seiring dengan jatuhnya rejim orde baru maka berdampak pada struktur pemerintahan. Dalam berbagai tuntutannya, mahasiswa menganggap bahwa struktur pemerintahan di masa rejim Orde baru menjadi instrumen penindasan terhadap masyarakat. Ini jelas sangat dirasakan oleh para mahasiswa yang telah dibungkam melalui pemberlakuan Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan (NKK/BKK). Selain itu, mahasiswa menilai bahwa aparat negara, militer pada khususnya juga menjadi alat pelanggeng kekuasaan. Oleh karena itu, tuntutan yang muncul dari mahasiswa adalah mengembalikan posisi militer pada fungsinya. Salah satu contoh perubahan adalah pemisahan struktur antara Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Republik Indonesia.
Ketiga, perubahan sistem politik di Indonesia. Walaupun sering dikatakan bahwa paham yang dianut oleh sistem politik Indonesia adalah demokrasi, ini jauh berbeda dengan apa yang dirasakan oleh masyarakat. Perbedaan pendapat-yang kerap kali dianggap menggangu stabilitas-menjadi hal yang haram di masa Orde Baru. Aspirasi politik dari masyarakat kemudian dipersempit dengan sistem tiga partai yang jelas tidak berpihak pada masyarakat. Oleh karena itu salah satu tuntutan mahasiswa pada tahun 1998 adalah melakukan pemilihan umum (pemilu) dalam waktu dekat. Salah satu contoh perubahan dekat adalah pelaksanaan sistem pemilihan umum langsung yang dilaksanakan pada tahun 2004.
Seperti yang telah disampaikan diatas, perubahan sosial juga akan mempengaruhi nilai-nilai, sikap dan pola perilaku dalam sistem sosial masyarakat. Dalam konteks reformasi pada tahun 1998, terjadi perubahan-perubahan yang cukup signifikan dalam kehidupan sehari-hari. Pengekangan yang dulu dilakukan oleh Rejim Orde Baru diberbagai sektor berangsur-angsur dihilangkan. Sebagai salah satu contoh adalah kebebasan berpendapat yang dulu menjadi ‘barang mahal’ sekarang relatif lebih terbuka. Kemudian isu tentang nilai-nilai Hak Asasi Manusia kemudian menjadi salah satu indikator dalam pembangunan. Masyarakat yang dulunya apolitis dan cenderung pasif pada sistem politik terdahulu mulai terlibat dalam berbagai kegiatan politik praktis. Sebagai salah satu indikator adalah berdirinya berbagai partai politik di Indonesia.
Saya melihat bahwa gerakan mahasiswa pada tahun 1998 adalah sebuah perubahan sosial dalam bentuk gerakan reformasi dimana perubahan sosial yang terjadi upaya yang berusaha memajukan masyarakat tanpa mengubah struktur dasarnya. Pemaparan kami diatas telah menggambarkan bagaimana proses perubahan sosial tersebut. Gerakan mahasiswa saat itu melihat bahwa untuk menjawab permasalahan yang dihadapi oleh Indonesia adalah pergantian rejim otoriter yang berkuasa dengan menggunakan isu-isu moral pada awalnya. Pemerintah saat itu dianggap tidak perduli bahkan tidak menunjukkan sense of crisis terhadap permasalahan yang dihadapi.
Dalam melihat proses reformasi di Indonesia pada tahun 1998 mulai dari awal hingga hasil yang dicapai, kami menggunakan pendekatan teori fungsional. Walaupun menurut teori fungsionalis, meletakkan kestabilan sosial menjadi substansi yang penting namun tetap membutuhkan perubahan sosial. Sebagai contoh, Robert Nisbet mengungkapkan “the fundamental assumption of the functionalist is… that… there are sources opf change within social system, more or less natural sources, and that form these there flow patterns of change that are as congruent to social system as growth within the living organism.”
Perubahan yang diharapkan beberapa elemen dalam gerakan mahasiswa adalah sebuah perubahan yang menyeluruh di masyarakat. Tujuan mereka adalah semua kebijakan politik dan ekonomi berada di tangan rakyat dalam arti sesungguhnya. Akan tetapi, pandangan itu harus mereka akui sebagai utopia karena lemahnya konsolidasi konsep –bahkan diantara elemen gerakan mahasiswa- bersama tentang hal tersebut.
Dalam perkembangan selanjutnya pergerakan mahasiswa melihat bahwa isu itu dapat berkembang pada isu yang lain. Hal ini mungkin disebabkan oleh sifat instant yang mempengaruhi pola perilaku mahasiswa. Sifat ini tidak melihat lebih dalam mengenai masalah yang ada, dalam arti setiap masalah sebenarnya mempunyai akar permasalahan yang terlebih dahulu mendapat perhatian. Penemuan pada akar permasalahan memungkinkan mahasiswa untuk menyuarakan isu yang tepat sasaran sehingga mereka konsisten dalam gerakannya. Namun, karena pada kenyataannya mahasiswa kadang tidak memiliki basis konsep yang jelas sehingga perhatian awal mudah sekali menyimpang atau lebih parah lagi mengalami perubahan yang bertolak belakang dengan isu awal. Gerakan mahasiswa di Indonesia kemudian mengalami perubahan dari sebuah gerakan moral menyuarakan masalah-masalah sosial-permasalahan yang sehari-hari dihadapi oleh masyarakat-kemudian berubah menjadi sebuah gerakan politik. Gerakan mahasiswa sebaiknya kembali menjadi gerakan yang mempunyai pandangan lebih mendalam dalam berbagai masalah sosial yang melanda bangsa ini. Akhir kata, konsep yang jelas dalam usaha perubahan sosial ada syarat utama dalam membangun kembali Indonesia, perjuangan belum selesai…
BAB III
KESIMPULAN
Secara sosiologis munculnya semangat perubahan sosial di Indonesia, biasanya lebih difokuskan pada dinamika sosial yang berkembang, meskipun pada gilirannya hampir semua aspek dapat pula menjadi pemicu arah perubahan itu sendiri.
Perubahan sosial di Indonesia sampai sekarang pun seiring dengan ritme perjalanan sejarahnya, yakni meliputi bidang agama, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan berbagai bidang kehidupan yang lain.
Atkinson, (1987 dan Brooten,1978 dalam Nurhidiyah, 2003 : 1), menyatakan defenisi perubahan yaitu: merupakan kegiatan atau proses yang membuat sesuatu atau seseorang berbeda dengan keadaan sebelumnya dan merupakan proses yang menyebabkan perubahan pola perilaku individu atau institusi.
Sementara Sosial adalah keadaan dimana terdapat kehadiran orang lain. Kehadiran itu bisa nyata anda lihat dan anda rasakan, namun juga bisa hanya dalam bentuk imajinasi.
Perubahan sosial adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan.
Tahun 1998 menjadi satu catatan tersendiri dalam sejarah perubahan di Indonesia. Dilatarbelakangi krisis ekonomi yang berkepanjangan dan berlanjut menjadi krisis multi-dimensi, sebuah usaha perubahan sosial yang dimotori oleh gerakan mahasiswa yang didukung oleh kesadaran bersama dari para mahasiswa
Neil Smelser memberikan pendekatan yang lebih komprehensif dalam munculnya perilaku kolektif. Menurutnya, ada enam syarat pra-kondisi yang harus terjadi; struktural (structural conducivenes), ketegangan struktural (structural strain), kemunculan dan penyebaran pandangan, faktor pemercepat (precipitating factors), Mobilisasi tindakan (mobilization for action), dan pelaksanaan kontrol sosial (operation of social control).
Gerakan mahasiswa pada tahun 1998 adalah satu proses reformasi dalam perubahan sosial. Reformasi sendiri menurut Kornblum, gerakan yang hanya bertujuan untuk mengubah sebagian institusi dan nilai. Lebih jauh lagi, gerakan ini merupakan upaya untuk memajukan masyarakat tanpa banyak mengubah struktur dasarnya.
Menurut Mac Iver, perubahan sosial (social relationship) merupakan perubahan-perubahan dalam hubungan sosial atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium) hubungan social
Menurut Gillin, perubahan sosial di katakan sebagai satu variasi cara-cara hidup yang diterima dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi, maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat.
perubahan sosial juga akan mempengaruhi nilai-nilai, sikap dan pola perilaku dalam sistem sosial masyarakat. Dalam konteks reformasi pada tahun 1998, terjadi perubahan-perubahan yang cukup signifikan dalam kehidupan sehari-hari. Pengekangan yang dulu dilakukan oleh Rejim Orde Baru diberbagai sektor berangsur-angsur dihilangkan.
Proses reformasi pada tahun 1998 telah berdampak besar dalam kehidupan masyarakat di Indonesia secara umum. Pertama, yang paling dirasakan dan dapat dilihat dengan jelas adalah jatuhnya rejim Orde Baru yang telah berkuasa selama 32 tahun. Selama berkuasa, rejim Orde Baru telah menjadi orde kekerasan, yang selalu mengedepankan tindakan represif dalam menjaga kelanggengan kekuasaanya.
Gerakan mahasiswa pada tahun 1998 adalah sebuah perubahan sosial dalam bentuk gerakan reformasi dimana perubahan sosial yang terjadi upaya yang berusaha memajukan masyarakat tanpa mengubah struktur dasarnya. Pemaparan kami diatas telah menggambarkan bagaimana proses perubahan sosial tersebut.
Gerakan mahasiswa di Indonesia kemudian mengalami perubahan dari sebuah gerakan moral menyuarakan masalah-masalah sosial-permasalahan yang sehari-hari dihadapi oleh masyarakat-kemudian berubah menjadi sebuah gerakan politik.
DAFTAR PUSTAKA
http://elearning.unej.ac.id/courses/MKB201/document/PERUBAHAN_SOSIAL2.ppt?cidReq=MKB201
http://id.wikipedia.org/wiki/Perubahan_sosial_budaya
http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20080201055323AAEVmZr
http://smartpsikologi.blogspot.com/2007/08/apakah-tindakan-sosial-itu.html
http://www.gumilarcenter.com/Sosiologi/materi10.pdf
Langganan:
Postingan (Atom)