24 Juni 2008

Ciri-Ciri Kepribadian Muslim

BAB I PENDAHULUAN

Kepribadian bukanlah penjumlahan beberapa aspek dalam bentuk mozaik. Vitalitas, temperamen, hasrat, alam perasaan, bakat, kemampuan, psikomotorik dan aspek kepribadian lainnya merupakan satu kesatuan utuh dalam diri seseorang. Keutuhan itu merupakan keseluruhan aspek yang menyatu (gestalt)dan segera dihayati dalam pertemuan dengan orang lain. Perilaku atau gejala kejiwaan yang nampak pada orang lain itu merupakan ciri psikolologik yang sering disebut sifat-sifat kepribadian. Kita berusaha mengenal, memahami dan menghayati kepribadian orang lain melalui sifat yang menonjol dan tripkal (typis).
Karena adanya pertumbuhan dan pengalaman baru, maka nempak adanya perubahan, penghilang, penambahan dan perkembangan pada proses kejiwaan itu. Walaupun demikian ditemukan pula adanya pernyataan, reaksi, respons, perbuatan, sikap dan perilaku yang secara relatife menetap pada seseorang bila berada pada situasi yang sama. Tingkah laku yang relative menetap itu merupakan cirri khas atau sifat bagi orang itu. Mungkin juga ciri atu sifat yang serupa itu dimiliki oleh orang lain. Segala cirri psikologik yang relatife menetap itu kadang-kaang sangat menonjol, sehingga kita dapat menentukan sebelumnya bagaimana orang itu bertingkah laku dalam menghadapilingkungan tertentu. Ciri psikologik atau sifat yang relatife menetap itu merupakan disposisi, kecenderungan, sikap atau cara orang itu bertingkah laku. Sifat-sifat merupakan satu keseluruhan yang tersusun secara teratur dan teringtegrasi dalam kepribadian seseorang sebagai sesuatu gestalt.

BAB II
CIRI-CIRI KEPRIBADIAN MUSLIM

A. Sifat Kepribadian
Segala peristiwa kejiwaan merupakan arus yang mengalir terus-menerus, merupakan suatu proses berlanjut (kontinu). Pikiran-pikiran timbul dan berlalu. Hasrat meningkat dan setelah menemukan pemuasnya menghilang lagi, kemudian timbul hasrat baru dan seterusnya.
Ciri-ciri psikologik yang individual ialah ciri kepribadian yang khas, unik dan hanya terdapat pada diri individu itu sendiri dan tidak terdapat pada individu lainnya. Ciri individual berupa isi atau proses kejiwaan yang aktual seperti kualitas dan intensitas rasa keTuhanan, isi pemikiran atau buah pikiran seseorang pada saat tertentu. Ciri individual tidak mungkin dapat dikenali atau dipahami oleh orang lain karena bersifat unik dan tidak ada duanya (yang menyamainya). Kita hanya dapat mendekati yang individual tetapi tidak pernah sampai pada yang individual itu. Al-Ghozali menyatakan bahwa menggambarkan rasa kehadiran Tuhan (sebagai suatu proses, isis atau akta kejiwaan) kepada orang lain sama saja sukarnya seperti halnya menerangkan cahaya kepada orang yang buta.
Ciri kepribadian yang dapat dipahami dari orang lain ialah ciri yang tipikal (tipe) yaitu ciri kepribadian yang tidak umumdan juga tidak individual, akan tetapi ciri yang ada pada sekelompok orang secara bersama memiliki ciri tersebut seperti rasional, pemikir, emosional, perasa, ekstravert, introvert, pemarah, pemalu, pendendam, pemaaf, penipu, politokus, ekonomis, dan ciri lain yang sejenis. Ciri-ciri tersebut sering disebut sifat-sifat kepribadian. Ciri yang tipikal itu bukan berupa isi atau proses kejiwaan aktual akan tetapi berupa disposisi atau kecenderungan yang bersifat habitual dan secara relatife menetap pada pribadi individu tersebut.

B. Tipologi Kepribadian
Tipe merupakan sifat-sifat kepribadian yang menonjol pada sekelompok orang yang sejenis (satu golongan tipe). Sifat kepribadian itu demikian menonjol sehingga mewarnai semua prilaku orang yang memilikinya. Seorang tipe pemikir akan dilandasi perilakunya dengan pertimbangan dan kesimpulan-kesimpulan intelektual atau rasional. Kesimpulan itu berorientasi pada hal-hal yang obyektif berupa fakta atau ide yang umum berlaku. Sedangkan perilaku tipe orang perasa akan diwarnai oleh alam perasaannya yang mengutamakan keharmonisan hubungannya dengan orang lain. Perilaku itu sering bersifat spontan dan kurang dilandasi oleh pertimbangan intelektual.
Tipe kepribadian sama dengan sifat kepribadian, yaitu merupakan ciri yang terletak diantara ciriumum dan ciri individual, artinya sesuatu ciri psikologik yang secara relatife bersifat umum pada sekelompok individu. Kalau kita membedakan antara sifat dan tipe kepribadian kita hanya dapat menunjukkan bahwa tipe tidak terpisah satu sama lain oleh batas-batas yang tegas. Antara tipe pemikir dan tipe perasa, keduanya memiliki pikiran dan perasaan. Perbedaan antara keduanya ialah pada tipe pemikir alam pemikiran lebih dominan sehingga mewarnai semua prilakunya, sedangkan pada tipe perasa, alam perasaanlah yang lebih dominan dan mewarnai perilakunya. Antara kedua tipe itu terdapat satu tali penghubung yang terdiri orang-orang yang terletak lebih sedikit dominasi pemikiran dan lebih banyak dominasi perasaan serta di tengah-tengahnya terletak bentuk antara atau bentuk campuran yang sulit digolongkan kedalam salah satu tipe tersebut.
Tipologi ialah penggolongan manusia berdasarkan tipe atau pola kepribadian yang masing-masing tipe diwarnai oleh sejumlah sifat, ciri atau karakter tertentu. Tipologi merupakan suatu upaya untuk menjelaskan manusia, menafsirkan dan meramalkan perilakunya.
Dasar penggolongan itu bermacam-macam, antara lain :
a. Kretchmer mengklasifikasikan manusia berdasarkan penampilan perawakan seseorang yang meliputi faktor morfologik (bentuknya) dan fisiologik(proses faali) menjadi tipe piknis(serba bulat dan lebar), leptosome (langsing), asthenis(kurus lemah), atletis (bentuk atlet),dan displastis (perawakan kurang porposional dan kurang harmonis karena gangguan kelenjar endoktrin). Cirri perawakan tersebut oleh Kretchmer dihubungkan dengan sifat kepribadian dan kecendrungan penyakit kejiwaan yang mungkin dialaminya.
b. Pada zaman yunani, tipologi itu didasarkan pada anggapan adanya pengaruh cairan penghidupan ke dalam prilaku, sehingga orang yang didominasi oleh cairan darah, disebut tipe sanguinicus(periang) , cairan lendir tipe melancholikus (pemuram atau pemurung), cairan empedu hitam tipe chloricus (pemarah) dan empedu kuning tipe phlekmaticus (lamban dan “nrimo’).
c. C.G. Yung menggolongkan tipe kepribadian berdasarkan sikap pokok individu terhadap dirinya sendiri dn terhadap dunia luar. Orang yang sikapnya lebih dominant terarah kedunia- dalamnya sendiri disebut tipe introvert., sedangkan yang sikapnya terarah kedunia- luar disebut ekstravert. Kedua tipe itu masing-masing dibagi lagi kedalam subtype berdasarkan pendapatnya mengenia fungsi pokok kejiwaan yaitu tipe pemikir, perasa , intuisi, dan tipe indria. Dengan demikian ada sub tipe ekstravert pemikir, introvert pemikir, ekstravert perasa, introvert perasa, dan seterusnya.
d. E.Spranger menggolongkan kepribadian berdasarkan lapisan kejiwaan yang tertinggi, yaitu ide-ide abstrak, nilai- nilai rohaniah dan realisasinya dalam hidup kebudayaan. Ia mengklerifikasikan kepribadian kedalam tipe teoritis, ekonomis, estetis, social, religius, politikus, teknikus, hokum dan pendidik.
Ciri kepribadian dapat berupa tipe maupun sifat. William James (1961) membagi tipe perkembangan kematangan kesadaran beragama kedalam dua tipe yaitu :
a. Tipe periang ( the healthy mindedness).
b. Tipe penyedih ( the sich soul ).

C. Tipe Periang
Pada perkembangan kesadaaran beragama tipe periang akan ditemukan sifat-sifat sebagai berikut:
1. Optimis dan riang gembira
Tipe periang menghayati hidup beragama yang dialaminya secara natural sebagaimana adanya, mudah, gampang, penuh kelapangan, kejembaran, memberi keluwasan wawasan, menambah variasi, dan kekayaan alam perasaan serta merupakan pegangan hidup yang menggembirakan. Mungkin juga ia mengalaami kebimbangan, keragu-raguan, godaan dan konflik batin, akan tetapi dengan karakternya yang optimis ia cepat dapat memecahkan permasalahannya. Ia dengan mudah menyadari bahwa Tuhan Maha Pemurah, Pemberi Ampun , pengasih dan Penyayang. Tuhan dipandang sebagai kekuatan yang mengharmoniskan dunia, merahmati alam semesta, menjadikan burung berkicau, bernyanyi , bunga- bunga mekar dan harum, anak- anak bergembira –ria, menjadikan angina bertiup sepoi basah, keindahan pemandangan, kesegaran pagi hari, kesejukan sore hari serta hal lain yang serba menggembirakan. Ia pun mengetahui bahwa Tuhan Maha Adil,Maha Penghukum, Maha Kuat, Maha Dahsyat, Maha Perkasa, Maha Pemaksa; namun pandangan terang Tuhan demikian itu tidak mewarnai sikap dan perilakunya.
Salah satu rahasia kegembiraan hidup seseorang adalah kelincahannya dalam menyesuaikan diri dengan apa yang terjadi di luar dirinya, dengan kejadian di dunia luar, dengan situasi dan kondisi lingkungan serta kurang menghiraukan atu meninjau proses dan dinamika yang terjadi dalam diri pribadinya.
Alfred Adler (1937), seornang sarjana psikologi menggunakan teknik penyembuhan (therapy) dengan menyuruh para klien/ pasiennya mengarahkan perhatian kedunia luar dan menyibukkan diri dengan kegiatan yang bermanfaat.
Pertumbuhan dan perkembangan kesadaran beragama tipe periang berjalan secara setapak dan setapak, makin lama makin kuat dan akhirnya menjadi matang. Permasalahan yang dihadapinya dipecahkan satu demi satu dengan melalui jalan yang rata. Kematangan kepribadiannya berkembang sedikit demi sedikit seperti anak yang dibimbing berjalan oleh orang tuanya, sehingga ia akhirnya dapat lari sendiri. Perkembangan kehidupan agamanya secara beralasan, terkendalikan, dapat diperkirakan dan bersifat rational. Pertobatan yang dilakukan biasanya tidak secara mendalam, tidak serius secara dangkal. Berbedah dengan tipe penyedih yang perkembangan kematangan agamanya melalui penderitaan dan pertobatan yang mendalam.

D. Tipe Penyedih
Tipe penyedih biasanya kurang mendapatkan perhatian masyarakat umum maupun para sarjana Ilmu Sosial terutama pada masa perkembangan kematangan kehidupan agamanya. Salah satu ciri tipe ini adalah tidak menyenangi popularitas, tidak mau menonjolkan diri, ada kecenderungan mengadakan perenungan tentang rahasia keTuhanan secara mendalam, mengadakan uzlah, menyendiri, betapa, zuhud, menghindari kenikmatan duniawi, mensucihkan hati dan menjauhi godaan syetan atau dosa. Tipe inilah yang sering mendapatkan sinar illahi atau semacam penghayatan “Kehadiran Tuhan”. Bila kesadaran beragamanya telah matang seringkali tipe ini mampu mengubah kehidupan masyarakat menuju kematangan beragama serta mengadakan kemajuan-kemajuan yang mengagumkan seperti Al-Ghozali, Abdul Qadir, Al Jailani, Syekh Junaidi Al Baghadadi, Wali Songo dan Pangeran Diponegoro. Ide-ide yng banyak orisinal, tidak mengambil ide orang lain tetapi berasal dari dirinya sendiri. Ia tidak puas dengan hanya melaksanakan kehidupan praktis sehari-hari dan berusaha mengolah fakta yang dihadapinya sebagai alat untuk membuktikan atau menjelaskan suatu teori. Bila pemikirannya disokong oleh intuisi maka akan timbul ide baru yang bersifat kreatif. Ia berani mempertahankan idenya walaupun pada mulanya mungkin bertentangan dengan pendapat dan pandagan masyarakat. Ia berpegang teguh pada norma-norma etis yang telah diselidiki kebenarannya, walaupun mungkin tidak sejalan dengan norma yang berlaku disekitarnya. Secara positif ia tidak mudah terkena penyakit zamannya bahkan ia berani mengadakan pemikiran dan tindakan revolusioner dalam mempertahankan kebenaran yang dipercayainya. Ia tidak pernah meragukan kebenaran pendapatnya bila telah sampai pada kehidupan agama yang mantap. Ia yakin bahwa kebenaran itu pada akhirnya diakui oleh orang lain dan masyarakat umum. Ia berana mengorbankan dan mengarahkan seluruh kemampuannya untuk membelah kebenaran. Semangat juangnya yang meluap belum tentu ditampilkan ke luar namun kadang-kadang terlihat korsluiting dengan masyarakatnya yang menunjukkan kehebatan perasaan kenikmatan beribadah yang menggelora di dalam dirinya (majdzub). Ia mempunyai pandangan khas dalam mengantisipasi masa depan dan memiliki ketajaman meramalkan sesuatu. Tipe ini banyak ditemukan pada ahli Ilmu Kalam, Ushuluddin, pendiri tariqat, kaum sufi dan pujangga.

Tidak ada komentar: