03 April 2009

PSIKOLOGI REMAJA

BAB I
PENDAHULUAN

Psikologi atau ilmu jiwa yang diajarkan dari tingkat dasar sampai strata terakhir dan direalisasikan ke dalam kehidupan manusia adalah bersumber dari Barat, kecuali sedikit yang mengambil referensi psikologi Islam. Hal ini didasari pilsapat materialisme mereka yang membuang sisi moral dalam kehidupan, maka mereka tidak memiliki metoda untuk melakukan studi jiwa (ruh), sehingga jauh dari gizi spritual sebagai solusi prilaku psikologi itu sendiri.
Dalam Islam ada yang namanya pendidikan spritual, Kaitannya dengan ini ada beberapa hal yang harus difahami untuk membangun psikolgi agama Islam.
Memahami 4 istilah penting, di Barat tidak mampu membedakan 4 hal ini, dari sini bisa ditangkap kesan kegagalan Barat dalam memberikan solusi psikologis.
1. Ruh, adalah sebutan umum untuk bagian dalam tubuh, lawannya jasad, esensinya hanya Allah yang mengetahui, secara khusus.
2. Nafs, adalah sifat dominasi dari kecendrungan-kecendrungan tubuh (jasad)
3. Aqal, sifat lain dari ruh yang berfunsi sebagai prangkat berpikir,
4. Hati, sebuah pusat atau bagian terpenting dalam ruh untuk memberikan membangun dominasi baik di anngota tubuh dan sebagai singgasana iman serta perangkat komunikasi efektif kepada Pensipta.

BAB II
PSIKOLOGI AGAMA PADA REMAJA

Dalam beberapa ayat Alquran terkadang terjadi silang istilah, untuk memahami psikolgi Islam kita memerlukan peranan ilmu agama. Ketahuilah bahwa Barat dalam membangun ilmu psikologi hanya berdasarkan nafs (itupun hanya sebatas kecendrungan jasad).
Tujuan psikologi dalam Islam adalah:
1. Menyingkap ayat Allah swt dan hukum-Nya dalam diri manusia.
2. Mengenal pedoman hidup yang ideal yang sesuai dengan hukum ilahy (alam) untuk kebahagiaan hidup dunia dan akherat
3. Mengenal motif-motif penyimpangan dari kehidupan ideal dan lurus, yang berdampak kepada penderitaan, kegelisahan dan penyakit jiwa lainnya.
Adapun psikologi Barat dengan alasan ilmiah, rasional dan objektif hanya bertujuan untuk melakukan interpretasi prilaku manusia melalui upaya mendapatkan undang-undang ilmiah dalam memahami dan menerka sebuah prilaku, sebagai prolog dan standar dalam bidang praktik.
Faktor yang mempengaruhi perkembangan manusia. Dalam Islam ada tiga factor penting yang kerap saling mendominasi dalam perkembangan manusia:
1. Keturunan (Lihat: Ali-Imran 23-24)
2. Lingkungan.
3. Metafisik (gaib).

A. Psikologi Remaja Muslim
Masa remaja pertama (early adolescence) – 13 s/d 17 pr dan 14 s/d 17 lk -
Fase ini adalah fase di mana anak diperlakukan sebagai teman, pada umumnya mereka tidak mau dibilang anak kecil walaupun belum matang, mereka pada saat ini duduk di sekolah menengah pertama dan atas.
Masa remaja kedua = pemuda (Late adolescence) 17 s/ 21.
Jika anak mulai meninggalkan 7 tahun kedua dan siap memasuki 7 tahun ketiga dan seterusnya, Islam memberikan rambu batasan dengan istilah balig atau taklif, di mana anak telah dinilai siap untuk menerima semua sapaan hukum dari Allah swt, sekaligus mempertanggungjawabkannya dihadapan-Nya kelak di hari akhir. Maka pada usia ini anak tidak lagi mau dibilang anak kecil walaupun belum matang. Maka pada saat ini tibalah peranan bapak secara utuh, di mana bapak berperan sebagai murabbi dalam memberikan qudwah serta bimbingan moral dan spritualnya. Berhasil dan gagalnya pada usia ini sangat bergantung kepada peranan bapak sebagai murabinya.
Lihat QS. Annisa, 6. dan Hadis Rasulullah saw: “Telah diangkat qalam (pencatat baik buruk) dari 3 hal: orang tidur sehingga terbangung, anak kecil sehingga ia dewasa, dan orang gila sehingga ia berakal. HR Ahmad & Abu Daud.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh orangtua khusunya bapak, kaitannya dengan pendidikan intelektual, social, spritual dan emosional seksualnya. Perkara ini sama sekali tidak mendapat perhatian dari psikologi Barat. Yaitu:
1. Tadabur ayat-ayat Alquran dan Hadis
2. Menghayati makna ukhuwah Islamiyah
3. Menghayati perjuangan ulama Islam salaf dan halaf serta Membaca perkembangan
Islam kontemporer
4. Mempermudah jalan perkawinan
5. Penghayatan kehidupan moralis, seperti; hukum bergaul bebas dengan lawan jenis, urgensi Gadl el-Bashar dari rangsanagan seksual (pemisahan tempat tidur & etika izin memasuki kamar orangtua di usia 7 tahun kedua sangat membantu pendidikan saat ini).
6. Penghayatan secara inten akan pentingnya upaya Mujahadah (seperti, puasa, etika makan, tidur dan bergaul), rutinitas ibadah, dan hidup iffah serta qana’ah (kehidupan sederhana anak dan penuh dengan qanaah pada 7 tahun kedua sangat membantu penghayatan hidup saat ini) agar terhindar dari perbuatan maksiat dan memperkokoh keimanan.
7. Mengenalkan segala dampak dan penyakit moral, social dan lainnya dalam kehidupan bebas.

B. Remaja dan Pembentukan Psikologinya
Remaja biasanya berada dalam masa transisi. Masyarakat transisi dalam istilah J. Useem dan R.H. Useem dinamakan ”modernizing society”. Masyarakat ini adalah masyarakat yang sedang mencoba untuk membebaskan diri dari nilai-nilai masa lalu dan menggapai masa depan dengan terus menerus membuat niali-nilai baru atau hal-hal baru.
Menurut Emile Durkheim, keadaan masyarakat transisi akan membawa individu anggota masyarakat kepada keadaan ’anomie’. Anomie menurut Durkheim adalah ”normlessness” yaitu suatu sistem sosial dimana tidak ada petunjuk atau pedoman buat tingkah laku. Jadi adalah keadaan ekternal seperti dalam keadaan hukum rimba yang terdapat dalam masyarakat yang tiba-tiba dilanda perang. Kebiasaan-kebiasaan dan aturan-aturan yang biasa berlaku tiba-tiba tidak berlaku lagi. Akibatnya adalah ”individulaisme” dimana individu-individu bertindak hanya menurut kepentingannya masing-masing (Durkheim, 1951)
Kondisi anomie ini tentu saja berlaku terhadap anggota masyarakat terutama terhadapa para remaja. Merton selanjutnya menyatakan bahwa anomie juga menunjuk pada manusia yang ”ambivalent” (tidak jelas nilai yang dianutnya) dan ”ambigous” (tidak jelas bentuk kelakuannya) dalam masyarakat yang juga tidak konsisten (Merton,1957). Akibatnya memang ada manusia-manusia yang bertingkah laku konform, yaitu menerima nilai (oleh Merton diartikan sebagai tujuan umum dari suatu kebudayaan) dan norma (artinya aturan-aturan khusus dari lembaga masayarakat tertentu). Remaja-remaja yang menerima apa saja yang dikatakan orang tua mereka untuk mencapai gelar sarjana adalah contoh dari jenis konform ini.
Tingkah laku menentang yang biasanya ada dalam proses pembentukan psikologi remaja digolongkan ke dalam 4 jenis :
1. ”innovation”
Yaitu tingkah laku yang menyetujui nilai tetapi menentang norma. Akibatnya bisa negatif dan positif.
1. ”Ritualism”
Yaitu tingkah laku yang menolak nilai-nilai tetapi menerima norma.
1. ”Retreatism”
Yaitu pengingkaran terhadap nilai maupun norma. Bentuk reaksinya adalah pelarian-pelarian dari nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku.
1. ”Rebellion”
Yaitu pemberontakan, menolak nilai-nilai dan norma-norma yang ada tapi mengadopsi nilai-nilai dan norma-norma yang lain yang berasal dari luar masyarakatnya.

BAB III
RINGKASAN

8Psikologi atau ilmu jiwa yang diajarkan dari tingkat dasar sampai strata terakhir dan direalisasikan ke dalam kehidupan manusia adalah bersumber dari Barat.
Faktor yang mempengaruhi perkembangan manusia. Dalam Islam ada tiga factor penting yang kerap saling mendominasi dalam perkembangan manusia:
1. Keturunan (Lihat: Ali-Imran 23-24)
2. Lingkungan.
3. Metafisik (gaib).
Masa remaja pertama (early adolescence) – 13 s/d 17 pr dan 14 s/d 17 lk -
Fase ini adalah fase di mana anak diperlakukan sebagai teman, pada umumnya mereka tidak mau dibilang anak kecil walaupun belum matang, mereka pada saat ini duduk di sekolah menengah pertama dan atas.
Remaja biasanya berada dalam masa transisi. Masyarakat transisi dalam istilah J. Useem dan R.H. Useem dinamakan ”modernizing society”. Masyarakat ini adalah masyarakat yang sedang mencoba untuk membebaskan diri dari nilai-nilai masa lalu dan menggapai masa depan dengan terus menerus membuat niali-nilai baru atau hal-hal baru.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Hasan, Yusuf M. 2007. Pendidikan Anak Dalam Islam. Artikel diambil dari situs internet: http://wbumuadz.wordpress.com/2007/05/05/pendidikan-anak-dalam-islam/
Idris, Zahara. 1981. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarata: Angkasa Raya.
Kafrawi. 1979. Pola Bimbingan Masyarakat Islam. Jakarta: CV. Multi.
Rainul, dkk. 1987. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam dan UT.

Tidak ada komentar: