09 April 2010

QUANTUM TEACHING

BAB I PENDAHULUAN

Seiring perkembangan zaman, dunia pendidikan juga memerlukan berbagai inovasi. Hal itu penting dilakukan untuk kemajuan kualitas pendidikan, tidak hanya pada tataran teori tapi sudah bisa diarahkan kepada hal yang bersifat fraksis.
Diakui atau tidak (meski masih belum ada penelitian konkret), banyak yang merasa sistem pendidikan terutama proses belajar mengajar, membosankan. Dalam sebuah situs di internet ditulis, fakta yang terjadi akhir-akhir ini ada banyak keluhan murid tentang pendidikan. Di antaranya, murid menganggap pendidikan saat ini kurang memberikan kebebasan berpikir, banyak hapalan, mata pelajaran banyak mengejar kurikulum, mengajarkan pengetahuan bukan keterampilan, dan banyak mengajarkan logika tanpa melibatkan emosi.
Seiring dengan perkembangan dunia pendidikan, ditemukan sebuah pendekatan pengajaran yang disebut dengan Quantum Teaching, dikembangkan oleh seorang guru dalam pembelajaran. Quantum Teaching sendiri berawal dari sebuah upaya Dr Georgi Lozanov, pendidik asal Bulgaria, yang bereksperimen dengan suggestology. Prinsipnya, sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil belajar.
Pada perkembangan selanjutnya, Bobbi de Porter (penulis buku best seller Quantum Learning dan Quantum Teaching), murid Lozanov, dan Mike Hernacki, mantan guru dan penulis, mengembangkan konsep Lozanov menjadi Quantum Learning. Metode belajar ini diadopsi dari beberapa teori. Antara lain sugesti, teori otak kanan dan kiri, teori otak triune, pilihan modalitas (visual, auditorial, dan kinestetik) dan pendidikan holistik.
Konsep itu sukses diterapkan di Super Camp, lembaga kursus yang dibangun de Porter. Dilakukan sebuah penelitian untuk disertasi doktroral pada 1991, yang melibatkan sekitar 6.042 responden. Dari penelitian itu, Super Camp berhasil mendongkrak potensi psikis siswa. Antara lain peningkatan motivasi 80 persen, nilai belajar 73 persen, dan memperbesar keyakinan diri 81 persen.
Sekolah yang didirikan de Porter itu, menjadi pusat percontohan tempat metode Quantum dipraktikkan. Remaja, karyawan, eksekutif perusahaan, menjadi murid di sekolah ini. Tujuannya satu: menjadi manusia baru. Pada akhirnya Quantum Learning itu kembali disempurnakan menjadi Quantum Teaching. Itulah sebabnya Jack Canfielf, penulis buku Chicken Soup of the Soul mengatakan, metode ini akan mengobarkan kembali api yang ada di dalam diri Anda.

BAB II
QUANTUM TEACHING

A. Pengertian, Asas dan Tujuan Quantum Teaching
Pengertian : Adapun pengertian Quantum Teaching Menurut Bobby De Porter yaitu:
“Quantum Teaching adalah konsep yang menguraikan cara-cara baru dalam memudahkan proses belajar mengajar, lewat pemaduan unsur seni dan pencapaian-pencapaian yang terarah, apapun mata pelajaran yang diajarkan.”
Quantum Teaching menjadikan segala sesuatu berarti dalam proses belajar mengajar, setiap kata, pikiran, tindakan asosiasi dan sampai sejauhmana mengubah lingkungan, presentasi dan rancangan pengajaran.
Sebagaimana ungkapan di atas, Colin Rose juga berpendapat bahwa Quantum Teaching adalah panduan praktis dalam mengajar yang berusaha mengakomodir setiap bakat siswa atau dapat menjangkau setiap siswa. Metode ini sarat dengan penemuan-penemuan terkini yang menimbulkan antusiasme siswa. Quantum Teaching menjadikan ruang-ruang kelas ibarat sebuah konser musik yang memadukan berbagai instrumen sehingga tercipta komposisi yang menggerakkan dari keberagaman tersebut. Sebagai guru yang akan mempengaruhi kehidupan murid, anda seolah-olah memimpin konser saat berada di ruang kelas.
Asas : Adapun asas Quantum Teaching adalah bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka. Hal ini mengingatkan kita pada pentingnya memasuki dunia murid sebagai langkah pertama. Memasuki terlebih dahulu dunia mereka berarti akan memberi izin untuk memimpin, menuntun, dan memudahkan perjalanan mereka menuju kesadaran dan ilmu pengetahuan yang lebih luas. Dengan mengaitkan apa yang diajarkan oleh guru dengan sebuah peristiwa, pikiran atau perasaan yang didapatkan dari kehidupan rumah, sosial, atletik, musik, seni, rekreasi atau akademis mereka. Setelah kaitan itu terbentuk, dengan mudah dunia siswa dibawa ke dunia guru atau pengajar. Guru akan memberikan pemahaman tentang isi dunia itu.
Tujuan : Adapun tujuan Quantum Teaching adalah untuk meraih ilmu pengetahuan yang luas dengan berdasarkan prinsip belajar yang menyenangkan dan menggairahkan. Terdapat perbedaan antara tujuan dan prioritas. Tujuan merupakan hasil akhir yang ingin diraih. Sedangkan prioritas merupakan tahapan-tahapan yang akan dilalui dalam mencapai tujuan. Menciptakan suasana yang dinamis dalam belajar, dengan memadukan berbagai unsur-unsurnya serta melakukan penggubahan, merupakan tahapan-tahapan untuk mencapai ilmu pengetahuan yang luas sebagai tujuan.
B. Prinsip dan Model Quantum Teaching
Prinsip : Adapun prinsip Quantum Teaching adalah sebagai berikut:
1. Segalanya berbicara, Segalanya dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh, dari kertas yang dibagikan hingga rancangan pelajaran, semuanya mengirim pesan tentang belajar.
2. Segalanya bertujuan, Semua yang terjadi dalam penggubahan kita, mempunyai tujuan. Oleh karena itu, Kathy Wagone membuat istilah yang memotivasi: “tetapkanlah sasaran tersebut agar bisa berprestasi setiap harinya”
3. Pengalaman Sebelum Pemberian Nama, Otak kita berkembang pesat dengan adanya rangsangan kompleks, yang akan menggerakkan rasa ingin tahu. Oleh karena itu, proses yang paling baik terjadi ketika siswa telah mendapatkan informasi sebelum memperoleh kesimpulan dari apa yang mereka pelajari.
4. Akui Setiap Usaha, Belajar mengandung resiko. Belajar berarti keluar dari kenyamanan. Pada saat siswa mengambil langkah ini, mereka patut mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka. Seperti kata Noelle c. Nelson bahwa pujian atau penghargaan kepada seseorang atas karyanya memunculkan suatu energi yang membangkitkan emosi positif.

5. Jika Layak Dipelajari, Layak Pula Dirayakan. Perayaan adalah sarapan para pelajar juara. Perayaan memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan minat dalam belajar. Sehubungan dengan itu, Dryden berpesan bahwa ingatlah selalu untuk merayakan setiap keberhasilan.
Model : Adapun model Quantum Teaching terdiri atas dua tahap, tahap pertama disebut konteks, dan tahap kedua adalah isi.
1. Tahap Pertama (Konteks). Yang dimaksud dengan tahap pertama atau konteks yaitu tahap persiapan sebelum terjadinya interaksi di dalam kelas. Berhubungan dengan konteks, ada empat aspek yang harus dipersiapkan:
a. Suasana, termasuk di dalamnya keadaan kelas, bahasa yang dipilih, cara menjalin rasa simpati dengan siswa, dan sikap terhadap sekolah dan belajar.
b. Landasan, yaitu kerangka kerja: tujuan, keyakinan, kesepakatan, prosedur, dan aturan bersama yang menjadi pedoman untuk bekerja dalam komunitas belajar.
c. Lingkungan, yaitu cara menata ruang kelas, pencahayaan, warna, pengaturan meja dan kursi, tanaman, dan semua hal yang mendukung proses belajar.
d. Rancangan, yaitu penciptaan terarah unsur-unsur penting yang menimbulkan minat siswa, mendalami makna, dan memperbaiki proses tukar menukar informasi.
2. Tahap Kedua (Isi). Tahap kedua (isi) merupakan tahap pelaksanaan interaksi belajar, hal-hal yang berhubungan dengan bagian ini adalah:
a. Presentasi, yaitu penyajian pelajaran dengan berdasarkan prinsip-prinsip Quantum Teaching sehingga siswa mereka dapat mengetahui banyak hal dari apa yang dipelajari. Tahap ini juga diistilahkan pemberian petunjuk, yang bermodalkan dengan penampilan, bunyi dan rasa berbeda.
b. Fasilitas, yaitu proses untuk memadukan setiap bakat-bakat siswa dengan kurikulum yang dipelajari, dengan kata lain bagian ini menekankan bagaimana keahlian seorang pengajar sebagai pemberi petunjuk, langkah-langkah apa yang akan ditempuh untuk mengakomodasi karakter siswa.
c. Keterampilan Belajar, yaitu bagian yang mengajarkan bagaimana trik-trik dalam belajar yang tentu berdasarkan pada prinsip-prinsip Quantum Teaching, sehingga para siswa memahami banyak hal, meskipun dalam waktu yang singkat.
d. Keterampilan Hidup, bagian ini mengajarkan bagaimana berkomunikasi dengan efektif dengan orang lain sehingga terbina kebersamaan dalam hidup. Keterampilan hidup diistilahkan juga keterampilan sosial.
C. Relevansi Proses Belajar Mengajar dengan Quantum Teaching
1. Pengertian dan Komponen Proses Belajar Mengajar
Pengertian Proses Belajar Mengajar Menurut Sardiman AM yaitu: “bahwa proses belajar mengajar merupakan kegiatan interaksi antara dua unsur manusiawi, yakni siswa sebagai pihak yang belajar, dan guru sebagai pihak yang mengajar, dengan siswa sebagai subyek pokoknya.”
Sedangkan tujuan proses belajar mengajar sama dengan tujuan pendidikan, yang menurut Redja Mudya Harjo yaitu: “untuk pengembangan kemampuan-kemampuan pribadi secara optimal dengan tujuan-tujuan sosial yang bersifat manusia seutuhnya, yang dapat memainkan peranannya sebagai warga dalam berbagai lingkungan persekutuan hidup dan kelompok sosial.”
Adapun komponen proses belajar mengajar merupakan hal-hal penting yang tidak dapat diabaikan dalam proses belajar mengajar, dikarenakan hal-hal penting tersebut mesti dilalui untuk mencapai tujuan proses belajar mengajar secara efektif dan efisien. Diibaratkan pada sebuah mesin, jika salah satu dari komponennya tidak berfungsi, maka mesin tersebut tidak akan dapat beroperasi. Oleh karena itu, setiap tenaga pengajar perlu memahami komponen-komponen dalam proses belajar mengajar, sehingga mereka dapat mempersiapkan segala sesuatu demi kelancaran aktifitasnya.
Adapun komponen-komponen proses belajar mengajar akan dipaparkan seperti berikut:
a. Tujuan proses belajar mengajar
Tujuan proses belajar mengajar adalah adanya hal-hal ideal yang menjadi target atau sasaran yang mesti dicapai dalam proses belajar mengajar. Adapun tujuan yang mesti dicapai dalam proses belajar mengajar adalah memperoleh pemahaman dan keterampilan. Pemahaman yang dimaksudkan adalah peserta dalam proses belajar mengajar memiliki banyak pengetahuan dengan cara kreatif berpikir, membaca dan menulis. Sedangkan keterampilan adalah memiliki keahlian dalam memecahkan setiap persoalan, terampil menyampaikan pengetahuan kepada orang lain, serta terampil melukiskan pengetahuannya dalam tulisan.
b. Bahan Pelajaran (Materi)
Setelah merumuskan tujuan, kemudian diikuti langkah pemilihan bahan pelajaran yang sesuai dengan kondisi tingkatan siswa yang akan menerima pelajaran, jelasnya bahan pelajaran merupakan isi dari proses interaksi tersebut.
c. Guru dan Siswa
Guru dan siswa adalah salah satu komponen proses belajar mengajar, yakni yang memberikan pengajaran dan yang menerima pelajaran. Sebagai guru profesional, mereka mesti memenuhi syarat-syarat dalam melaksanakan tugasnya. Adapun beberapa syarat tersebut adalah
i. Harus memiliki bakat sebagai guru
ii. Harus memiliki keahlian sebagai guru
iii. Memiliki kepribadian yang baik dan terintegrasi
iv. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas
Menurut Maslow, siswa memiliki beberapa kebutuhan, yaitu:
i. Kebutuhan akan keselamatan, yaitu kebutuhan yang timbul setelah kebutuhan fisiologis. Tiap orang berusaha menjaga keselamatan dan keamanan dirinya dari gangguan luar, atau situasi-situasi yang tidak menyenangkan.
ii. Kebutuhan memiliki dan mencintai yaitu kebutuhan akan kasih sayang dalam keluarga dan kebersamaan dalam masyarakat
iii. Kebutuhan akan penghargaan, ialah keinginan seseorang akan penilaian yang baik dari orang lain, ingin dihormati, merasa mampu, percaya atas kemampuannya menghadapi hidup di dunia ini.
iv. Kebutuhan untuk menonjolkan diri adalah kebutuhan tertinggi, ingin dianggap orang yang terbaik, ingin menjadi orang ideal, dan lain-lain.

2. Strategi dalam proses belajar mengajar
Salah satu komponen penting untuk mencapai keberhasilan proses belajar mengajar adalah strategi. Strategi adalah penghubung antara siswa dan guru, dimana dengan strategi kita dapat mengembangkan pengajaran. Berbagai strategi yang dapat digunakan berdasarkan pada tujuan yang akan dicapai. Strategi dalam proses belajar mengajar, tentunya dirumuskan oleh guru yang bertindak sebagai pengarah baik dari segi materinya, tugas-tugas pada komunikasi, media, maupun suasana lingkungan belajar yang diciptakan. Jika strategi tidak dirumuskan, maka guru tidak akan mengetahui bagaimana perkembangan siswa dan tentunya secara umum tujuan pembelajaran tidak tercapai.
D. Sarana (alat)
Alat atau sarana merupakan komponen yang tak terpisahkan dalam proses belajar mengajar. Sarana sangat dibutuhkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Penggunaan sarana juga harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan juga disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa. Seiring dengan perkembangan teknologi di bidang pendidikan, maka semakin banyak pula tercipta sarana-sarana yang digunakan dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, guru haruslah menyesuaikan penggunaan sarana tersebut dengan tetap berpatokan pada tujuan sehingga dapat tercapai secara efektif dan efisien.
E. Evaluasi
Evaluasi perlu dilakukan sebab untuk melihat sejauhmanakah bahan yang diberikan kepada peserta didik dengan metode tertentu dan sarana yang telah ada dapat mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Tegasnya penilaian atau evaluasi ini merupakan baromater untuk mengukur tercapainya proses belajar mengajar.

BAB III KESIMPULAN

Quantum Teaching merupakan konsep yang diturunkan dari Quantum Learning yang mempunyai motto membiasakan belajar nyaman dan menyenangkan. Dari konsep Quantum Learning yang akan diterapkan dalam dunia bisnis, maka dibuatlah Quantum Bisnis, begitu pula konsep Quantum Learning yang akan diterapkan dalam interaksi belajar mengajar, maka dirancanglah konsep Quantum Teaching.
Quantum Teaching merupakan sebuah strategi untuk mempraktekkan Quantum learning di ruang-ruang kelas, berusaha memberikan kiat-kiat, petunjuk, dan seluruh proses yang dapat menghemat waktu, mempertajam pemahaman dan daya ingat, membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat.
Berdasarkan tujuan dari proses belajar mengajar, maka dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa untuk dapat mendapatkan wawasan yang luas, pembentukan sikap dan memberikan keterampilan, konsep Quantum Teaching inilah langkah atau strategi yang komprehensif untuk meraih tujuan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Wagone , Kathy. 2004. Seni Meraih Sukses Sederhana, alih bahasa oleh Arman Prayitno. Batam : Interaksara.
Nelson, Noelle C. Jeannine L. Calaba. 2005. The Power of Appreciation,alih bahasa oleh Yulianto Rahmat. Jakarta : Buana Ilmu Populer.
Dryden , Gordon. 2004. Revolusi Cara Belajar. Bandung : Kaifa.
AM, Sardiman. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Harjo, Redja Mudya. 2001. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Oemar, Hamalik. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Tidak ada komentar: