24 April 2008

Syari`at Ini Telah Sempurna

Syari`at Ini Telah Sempurna
Kategori: Aqidah, Manhaj oleh: abu_muhammad Tanggal 22 Dec 2007. Dibaca: 888 kali
Allah Tabaaraka wa Ta`aala berkata takkala memberikan karuniaNya kepada hamba-hambaNya :
((اليوم أكملت لكم دينكم وأتممت عليكم نعمتي ورضيت لكم الإسلام دينا)). المائدة (3).

Artinya: “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu Dinmu, dan telah Kucukupkan kepadamu ni`matKu, dan telah Kuredhoi Islam itu jadi Din bagimu.” Al Maaidah: (3).

Berkata al Imam al Baghawiy ketika menafsirkan ayat yang mulia ini: “Perkataan Allah `Azza wa Jalla :
((اليوم أكملت لكم دينكم))
Maksudnya: Dihari turunnya ayat ini Saya telah sempurnakan bagi kalian Din kalian. Maknanya: `amalan yang wajib dan sunnah, al huduud dan al Jihad, hukum-hukum baik yang halal dan yang haram, tidak akan turun lagi setelah turunnya ayat ini baik yang halal atau haram, tidak satupun dari `amalan yang wajib. Inilah ma`na perkataan Ibnu `Abbas radhiallahu `anhuma-, diriwayatkan juga dari beliau bahwa ayat riba turun setelah ini.”

Berkata Sa`iid bin Jubeir dan Qataadah: “Saya telah sempurnakan bagi kalian Din kalian artinya tidak akan melaksanakan haji bersama kalian seorang musyrikpun.”

Perkataan Allah `Azza wa Jalla :
((وأتممت عليكم نعمتي))
Maksudnya : “Saya telah laksanakan janji Saya pada perkataan Saya :

((ولأتم نعمتي عليكم)). البقرة : (150).
Artinya : “Dan agar Kusempurnakan ni`matKu atasmu.” Al Baqarah : (150).

Maka diantara kesempurnaan nikmatNya ialah dimana mereka memasuki Makkah dalam keadaan aman dan kemenangan, dan mereka melaksanakan haji dalam keadaan tenang, tidak seorangpun orang musyrikin bersama mereka.”1

Berkata al Imam Ibnu Katsiir dalam tafsiirnya: “Ini merupakan nikmat Allah Ta`aala yang paling terbesar atas ummat ini, sekira-kira Allah Ta`aala telah menyempurnakan bagi mereka Din mereka. Maka tidak berhajat mereka lagi kepada Din selainnya, dan juga kepada Nabi selain dari Nabi mereka Shollallahu `alaihi wa Sallam, oleh karena itu Allah Ta`aala menjadikan dia sebagai khatamul Anbiyaa`, dan mengutus beliau kepada manusia dan jin. Maka tidak yang halal kecuali apa yang telah dihalalkan olehNya, tidak ada yang haram kecuali apa yang diharamkanNya, tidak ada Din kecuali apa yang telah disyari`atkanNya.”2
Ayat yang mulia ini menunjukan kepada kita bahwa syari`at ini telah cukup dan sempurna, dan mencukupi setiap apapun yang dibutuhkan oleh makhluq dimana Allah Jalla wa `Alaa telah menurunkan perkataanNya:

((وما خلقت الجن والإنس إلا ليعبدون)). الذاريات : (56).

Artinya: “Dan tidaklah Kuciptakan jin dan manusia kecuali untuk ber`ibadat kepadaKu.” Adzzaariyaat : (56).

Dan segala sesuatu yang Dia khabarkan; adalah haq dan benar, tidak ada kedustaan dan kekurangan padanya, sebagaimana Allah Ta`aala berkata:

((وتمت كلمة ربك صدقا وعدلا)). الأنعام : (115).

Artinya : “Telah sempurnalah kalimat Rabbmu (al Quraan sebagai kalimat yang benar dan `adil)”. Al An`aam : (115); maksudnya: benar dalam khabar dan `adil dalam perintah dan larangan, maka takkala telah Allah sempurnakan bagi mereka Din ini; cukuplah ni`matNya atas mereka”.

“Maka jangan sampai membayangkan seorang manusia datang, kemudian dia mengadakan sesuatu yang baru dalam syari`at ini; karena penambahan atas syari`at ini merupakan bentuk penyusulan atas Allah Tabaaraka wa Ta`aala, dan akan membisikan bahwa syari`at ini kurang, maka sudah tentu ini sangat menyelisihi apa yang datang dengan Kitaabullahi Tabaaraka wa Ta`aala.

Jangan sekali-kali seorang manusia membayangkan ketika dia menambah syari`at Allah ini, dia tidak akan dicela”.3

Permasalahan ini sesungguhnya Allah Jalla wa `Alaa telah meyakinkan ahlil milal keseluruhannya-bagi Allah sajalah segala pujian-, akan tetapi kebanyakan mereka menentangnya; sebagaimana yang difirmankan Allah Ta`aala:
((وجحدوا بها واستيقنتها أنفسهم ظلما وعلوا)). النمل : (14).
Artinya: “Dan mereka mengingkarinya karena kezholiman dan kesombongan mereka, padahal hati mereka meyakini kebenarannya”. An Naml : (14).

Dari Thooriq bin Syihaab; berkata: “Berkata seorang yahudi kepada `Umar radhiallahu `anhu: sesungguhnya kalian membaca satu ayat pada Kitab kalian, kalau seandainya diturunkan atas kami orang orang yahudi; akan kami jadikan hari turunnya itu sebagai hari `iid! Berkata `Umar: ayat apa itu? mereka menjawab:
((اليوم أكملت لكم دينكم وأتممت عليكم نعمتي)).
Berkata `Umar: “Demi Allah sesungguhnya saya sangat mengetahui hari turunnya ayat itu atas Rasulullahi Shollallahu `alaihi wa Sallam, dan waktu turunnya ayat itu : turun atas Rasulullahi Shollallahu `alaihi wa Sallam pada sore `Arafah, pada hari Jumu`at”.4

Sesungguhnya Rasulullahi Shollallahu `alaihi wa Sallam bersabda:
“إنه لم يكن نبي قبلي إلا كان حقا عليه أن يدل أمته على خير ما يعلمه لهم، وينذرهم شر ما يعلمه لهم….”
Artinya: “Sesungguhnya tidak ada seorang Nabi sebelum saya kecuali adalah wajib atasnya untuk menunjukan ummatnya kepada kebajikan yang telah dia ketahui bagi mereka, dan mengingatkan mereka akan kejelekkan yang mereka ketahui bagi mereka…..”5

عن أبي ذر الغفاري رضي الله عنه؛ قال : تركنا رسول الله صلى الله عليه وسلم وما طائر يقلب جناحيه في الهواء؛ إلا وهو يذكر لنا “يذكرنا” منه علما. قال : فقال صلى الله عليه وسلم : “ما بقي شيء يقرب من الجنة ويباعد من النار؛ إلا وقد بين لكم”.

Artinya: Dari Abi Dzarr al Ghifaariy radhiallahu `anhu; berkata : Rasulullahi Shollallahu `alaihi wa Sallam telah meninggalkan kami dan tidak ada seekor burungpun yang sedang membalik balikkan sayap di udara; kecuali dia telah menyebutkan (mengingatkan) `ilmunya bagi kami. Berkata Abu Dzarr: Bersabda Rasulullahi Shollallahu `alaihi wa Sallam : “Tidak tersisa sedikitpun sesuatu yang akan mendekatkan ke Jannah (surga) dan menjauhkan dari neraka; kecuali telah dijelaskan bagi kalian.”6

Hadist Nabawiy yang mulia ini terdapat padanya pernyataan yang sangat jelas dan gamblang sekali bahwa setiap apapun yang akan mendekatkan kedalam Jannah sungguh Rasul kita Shollallahu `alaihi wa Sallam telah menjelaskannnya, dan setiap apapun yang akan menjauhkan kita dari neraka; kecuali sungguh telah dijelaskan juga oleh Rasul kita Shollallahu `alaihi wa Sallam kepada kita.

Maka apapun bentuk `amalan yang baru atau bid`ah sesungguhnya merupakan tambahan atas syari`at ini, dan keberanian yang sangat jelek diserukan oleh pelakunya bahwa syari`at ini belum cukup, belum sempurna!, maka menghajatkan pada tambahan dan ciptaan yang baru darinya!!

Dan inilah apa yang telah dipahami oleh ash-haabun Nabi Shollallahu `alaihi wa Sallam, sebagaimana dalam satu hadist shohih dari jalan Ibnu Mas`uud radhiallahu `anhu : dia berkata:
“اتبعوا ولا تبتدعوا؛ فقد كفيتم, وكل بدعة ضلالة”.
Artinya: “Ikutilah oleh kalian (ber-itiba’-lah) jangan sekali-kali kalian mengadakan bid`ah; sungguh telah cukup bagi kalian, dan setiap bid`ah adalah menyesatkan.”7

Kesimpulan: “Sesungguhnya seorang yang menganggap bid`ah itu baik melazimkan baginya secara `adat bahwa syari`at ini disisinya belum sempurna sama sekali, maka ayat Ta`aala:
((اليوم أكملت لكم دينكم))
Sama sekali tidak ada nilai maknanya disisi mereka.”8

Apabila sudah demikian; maka seorang mubtadi` hasil dari perkataannya secara lisan ialah: sesungguhnya syari`at ini belum cukup, sebab masih ada tersisa daripadanya hal-hal yang perlu untuk ditambahkan; karena kalau dia meyakini tentang kesempurnaan dan cukupnya syari`at ini dari berbagai sisi; sudah tentu dia tidak akan membuat bid`ah, dan tidak akan menambahnya, dan orang yang mengatakan seperti ini jelas-jelas sesat dari as shiraathil mustaqiim.

Berkata Ibnul Maajisyuun: saya telah mendengar al Imam Maalik berkata: “barang siapa yang membuat satu bid`ah dalam Islam, dia pandang baik; sesungguhnya dia telah menda`wakan bahwa Muhammad Shollallahu `alaihi wa Sallam telah khianat dalam menyampaikan Islam; karena Allah berfirman:
((اليوم أكملت لكم دينكم)),
apapun yang bukan ajaran Din (Islam) pada hari itu; maka hari ini juga bukan bagian dari Din.”9

“Jadi jalan ad Din (kebenaran) dan `ibadat yang benar hanyasanya apa yang telah dijelaskan oleh Pencipta makhluq ini menurut lisan RasulNya Muhammad Shollallahu `alaihi wa Sallam. Maka barangsiapa yang menambah atau mengurangi; sungguh-sungguh dia telah menyelisihi Pencipta Yang Maha Bijaksana dan Maha Ber`ilmu, dengan bentuk susunan tertentu dari diri dia sendiri, mungkin saja obatnya akan menjadi penyakit, `ibadatnya jadi ma`shiyat, sementara dia tidak merasakan. Sebab ad-Din (al Islam) sungguh telah sempurna dengan betul-betul sempurna. Barangsiapa yang menambah di dalamnya sedikit saja; berarti sungguh dia telah menyangka bahwa ad Din ini kurang, dialah yang akan menyempurnakannya dengan perkiraan `aqalnya yang rusak, dan khayalannya yang membingungkan.”10

Berkata al Imam as Syaukaaniy di “al Qaulul Mufiid” halaman 38 ketika membantah ahlul bid`ah tentang pendapat mereka: “Apabila Allah sungguh telah menyempurnakan DinNya sebelum Dia mewafatkan NabiNya Shollallahu `alaihi wa Sallam; maka apa mamfa`at pemikiran yang diadakan oleh pemiliknya setelah Allah Ta`aala menyempurnakan DinNya??!

Kalau seandainya merupakan bagian ad Din dalam i`tiqad mereka; belum sempurna kecuali dengan pemikiran mereka! Dan ini padanya penolakan terhadap al Quran!

Kalau bukan bagian dari ad Din; apa faedahnya menyibukan diri dengan sesuatu yang bukan bagian dari ad Din?!

Ini merupakan hujjah pamungkas, dan dalil yang agung, tidak memungkinkan bagi peng`ibadat `aqal untuk menolaknya dengan penolakan apapun, maka jadikan ayat yang mulia ini sebagai dalil yang utama untuk merontokkan wajah-wajah peng`ibadat `aqal, dan membalikan hidung-hidung mereka serta menghancurkan hujah-hujah mereka.”
Berkata al Imam Abu Ismaa`il `Abdullah bin Muhammad al Anshoriy al Harawiy rahimahullahu Ta`aala: saya telah mendengar Ahmad bin al Hasan bin Muhammad al Bazzaar, al Faqiih, al Hanbaliy ar Raaziy, di rumahnya di ar Ray berkata : “Setiap apapun yang diada-adakan setelah turunnya ayat ini; maka itu merupakan sampah, tambahan dan bid`ah”.11

——————————————————————-
Diterjemahkan dari kitab “`Ilmu Ushuulul Bida`” halaman 17-21 oleh as Syaikh `Ali Hasan, oleh Abul Mundzir/Dzul Akmal bin Muhammad Kamal as Salafiy Lc.
Rimbo Panjang 5 Syawwal 1428H/16 Oktober 2007M.

Footnote:
1 Lihat “Tafsiir al Baghawiy” (1/637), cetakan Daarut Thoiyyibah.
2 Sesungguhnya telah meriwayatkan Ibnu Jariir dan Ibnul Mundzir dari Ibnu `Abbaas tentang ayat ini : perkataannya. “Allah Tabaaraka wa Ta`aala telah mengkhabarkan NabiNya Shollallahu `alaihi wa Sallam dan orang mu`minin bahwasanya Dia betul betul telah menyempurnakan bagi mereka keimanan, makan tidak menghajatkan mereka kepada tambahan selama lamanya…..”; sebagaimana juga dijelaskan dalam “ad Durrul Mantsuur” (3/17). Nukilan dari kitab “`Ilmu Ushuulul Bida`”, hal. 17-18, oleh as Syaikh `Ali Hasan.
3 “al Bid`ah wal Mashoolihul Mursalah” (hal. 111) oleh Taufiiq al Waa`ii.
4 Hadist ini diriwayatkan oleh al Imam al Bukhariy (45,4407,4606,7268), Muslim (3017).
5 Hadist ini diriwayatkan oleh al Imam Muslim (1844) dari jalan Ibnu `Amr.
6 Berkata as Syaikh `Ali Hasan : “sanad hadist ini shohih”. Dan lihat takhriijnya di : “al Itmaam” (21399), “ar Risaalah” (hal.93) oleh al Imam as Syaafi`iiy ditahqiiq oleh as Syaikh Ahmad Syaakir, “Miftaahul Jannah” (hal.32) oleh as Sayuuthiy dita`liiq oleh saudara kami Badrul Badr.
7 Diriwayatkan oleh Abu Khaitsamah di “al `Ilmu” no. 54 dari jalan Ibraahim an Nakha`iiy; berkata : berkata `Abdullah. Dan sanad ini shohih; bagi apa yang sangat ma`ruuf dari Ibraahim pada shighat yang seperti ini bukan hanya satu orang saja dari Ibnu Mas`uud radhiallahu `anhu.
8 “al I`tishoom” (1/111), oleh al Imam as Syaathibiy.
9 “al I`tishoom” (1/49).
10 “Miftaahul Jannah Laa Ilaaha Illallahu”, hal. 58 oleh al Ma`shuumiy, ditahqiiq oleh as Syaikh `Ali Hasan.
11 “Dzammul Kalaam wa Ahluhu” (1/17-18 no., oleh al Imam al Harawiy, ditahqiq oleh as Syaikh `Abdurrahmaan bin `Abdil `Aziiz as Syibl. “Siyaru A`laamin Nubalaa” (18/509), oleh al Imam ad Dzahabiy.

Tidak ada komentar: